Bagian 39

3.5K 205 1
                                    

















Joshua yang tengah memainkan ipadnya cukup terkejut saat Noa masuk ke dalam kamar, pria manis itu terlihat sembab, matanya memerah dan tak ada hal lain yang dapat membuat seseorang seperti itu jika bukan karena baru saja habis menangis.

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Joshua membuat Noa yang sudah berhenti menangis merasa ingin menangis lagi. Pria manis itu berjalan dengan tangisan seperti anak kecil, menghampiri Joshua.

Joshua segera membawa Noa dalam pelukan, ia mengusap punggung Noa dengan lembut, membiarkan suaminya itu menumpahkan tangisan, "kenapa Sayang, hm? Ada yang sakit?"

Noa menggelengkan kepala ia, "a-aku cuma sedih, aku sedih abis anter Baba pulang ... " Noa semakin menangis sesenggukan hingga Joshua harus menenangkannya. Itu pertama kali Joshua melihat Noa menangis seperti itu, butuh beberapa menit hingga tangisan Noa reda sepenuhnya.

Setelah kurang lebih dua puluh menit Joshua memberikan waktu hingga sang suami buka suara, yang pertama kali Noa inginkan adalah bertanya.

"Mas sama Papi dan Kak Marko tadi abis ngomongin apa?"

Joshua tersenyum, rupanya Noa sudah ingin bicara dengannya,  yang artinya Noa sudah merasa lebih baik.

"Aku sama Papi, Marko, tadi abis ngomongin rumah sakit yang ada di singapore Sayang, kata Marko dia udah reservasi next kemo aku ke sana. Kamu ikut, ya?"

Noa merasa sangat lega mendengar itu, benar, keluarga Mahendra sudah membicarakan prihal pengobatannya ke luar negeri sejak awal mereka menikah dan akhirnya Joshua benar-benar mendapatkan tanggal pasti.

"Pasti aku ikut, dong, Mas. Aku suami kamu gak mungkin aku gak ikut."

"Aku pengen sembuh, gimanapun caranya aku pengen bales semua pengorbanan kamu selama ini buat aku."

Noa yang sedari tadi berada dalam dekapan Joshua melirik ke arah wajah tampan sang suami walaupun Joshua sekarang jauh lebih tirus dari saat pertama kali mereka bertemu.

"Mas pasti sembuh, Mas harus positif thinking, pokoknya Mas bakal sembuh."

Joshua tersenyum ia lalu mengecup pangkal kepala Noa, "i'll try my best, buat punya keluarga sama kamu, punya anak yang lucu kaya kamu. It will be my best live i ever have."

"You will,  tapi Mas kalo punya anak maunya cewek atau cowok?"

Joshua terdiam menimbang, hingga beberapa sekon ia mengeratkan dekapannya pada tubuh Noa, "apa aja, asal mirip kamu."

Noa terkekeh, ia mengusap tangan kekar Joshua yang terlihat berkulit pucat, Joshua sudah jarang mengalami sakit kepala dan juga sudah tidak terlalu pelupa, beberapa bulan yang lalu sebelum kemoterapi terakhirnya ia masih lupa di mana menyimpan kaus kakinya sendiri. Kini Noa semakin memupuk harapan jika suaminya itu akan membaik dan bertahan lebih lama.

"Terus kalo kita punya anak, kamu mau di panggil apa?" Tanya Noa lagi.

"Aku mau di panggil Ayah, kamu Buna, kayanya lucu." Joshua tersenyum membayangkan sosok bocah yang nantinya akan memanggil mereka sebagai ayah dan buna, sangat menggemaskan.

"Aku juga suka deh. Hmmm Mas, kalo misalnya anak kita udah ada sekarang, Mas mau bilang apa ke dia?"

"Hmm ... Apa ya ... aku cuma mau bilang ke anak kita, kalo aku sayang banget sama dia, aku mau minta maaf kalo aku mungkin gak bisa nemenin dia sampe besar--"

"Mas! Aku marah, ya, jangan begitu!"

Joshua terkekeh, ia mengecup pipi Noa kemudian, "iya-iya, sorry. Aku bakal bilang kalo kamu hebat, Ayah bangga sama kamu karena kamu udah hadir ke dunia dan Buna sama Ayah sayang banget sama kamu. Jadi anak baik dan please lebih sayang Buna daripada Ayah, karena Buna lebih banyak berjuang daripada Ayah. Hmm ... Pokoknya kamu harus jadi anak baik, jangan nakal. Ayah sayang kamu dan Buna juga."

Noa tak dapat menyembunyikan haru saat mendengar tiap kalimat yang Joshua katakan. Ia tanpa sadar menitikan air mata, bahkan Noa mulai terisak, Joshua melihat itu segera mendekap kepala Noa, "Sayang, kok nangis?"

Noa menggelengkan kepala, "i'm so happy, it's tears of happiness, that's verry sweet."

Joshua terkekeh, ia mengusap rambut Noa dan mengecupinya beberapa kali. Setelah itu mereka berdoa bersama dan tidur kemudian karena waktu sudah semakin larut dan Joshua tak bisa tidur lebih dari pukul sebelas malam.














Tbc ...

Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang