Bagian 12

6.1K 379 1
                                    

















Noa merasa lega, ia baru saja menelpon Babanya mengabari jika dirinya tak dapat pulang karena alasan pekerjaan, sebenarnya walaupun Sang Baba tengah sakit lelaki kurang lebih seumuran Tyan itu masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah, hanya saja ia mengalami beberapa penyakit, seperti diabetes dan hipertensi yang mengharuskan untuk rutin mengonsumsi obat-obatan setiap bulannya.

Noa rasa juga hari pertamanya tak begitu buruk mengingat Joshua selalu memintanya untuk menjauh itu jua yang membuat Noa jarang berkontak dengan lelaki itu, namun sebagai seorang caregiver Noa tetap merasa bertanggung jawab, seperti ia akan mengecek keadaan Joshua secara berkala setiap setengah jam. Bahkan saat hari tengah menjelang nyaris pagi, Noa tetap mengecek kondisi Joshua dengan memasuki kamar sang majikan melewati pintu penghubung yang berada dalam kamarnya.

"Mukanya pucet banget, sayang banget, padahal Mas Joshua ganteng gini, mirip Om Jaren." Noa bergumam sembari terus memperhatikan wajah terlelap Joshua.

Sebelumnya ia belum terlalu memperhatikan isi ruangan pribadi Joshua itu, namun saat Noa perhatikan kembali, kamar Joshua terlihat cukup kosong, tidak terdapat poster dari penyanyi atau film tertentu, yang hanya dapat Noa lihat adalah beberapa gambar sketsa rumah buatan tangan Joshua menghiasi dinding bercat putih gading itu.

"Sepi banget hidup kamu, ya, Mas?" Noa menghela napasnya dalam entah mengapa hatinya merasa sedih dan berat, Noa merasa harus segera pergi dari sana sebelum terbawa emosi impulsifnya, ia tak sanggup terus berada di sana dan melihat wajah lelap Joshua, entah mengapa ada rasa kasihan yang hinggap di hatinya.

"I'm sorry Bubu, i didn't mean it, Maaf ... "

Baru saja hendak melangkah pergi, Noa dapat mendengar gumaman dari bibir Joshua, ia mengigau namun tangannya terlihat mencengkram kuat sprei. Noa mendekat, ia juga dapat melihat jelas raut tak nyaman dari adik kandung Marko itu.

"It's okay Mas ... Everythings gonna be fine," Noa berujar sembari terus mengusapi punggung tangan Joshua yang gemetar, hingga akhirnya tubuh lelaki itu kembali rileks. Pertanyaan muncul dalam benak Noa, apa yang sebenarnya Joshua alami, ada apa dengan lelaki tampan itu.



















"Good Morning!"

"AAGH! WTF NOA!" Joshua benar-benar berteriak saat melihat caregivernya itu berada tepat di depan wajahnya saat ia membuka mata, Noa duduk tepat di sisi ranjang sembari tersenyum lebar nyaris sampai telinga.

"Hehe ... Time for breakfast, Mas!" Ujar Noa dengan riang, ia bahkan membawa setangkup roti selai coklat di atas piring juga jus jeruk.

"Are you crazy? Gue bahkan belum cuci muka."

"Gak perlu, langsung sarapan aja--"

"seriously, Noa, you better get out from my room."

"Mas!" Noa memajukam bibirnya, ia memicingkan mata menatap Joshua dengan intens, "Mas mau cepet meninggal, yah?"

Joshua sangat terkejut dengan perkataan Noa, ia nyaris menoyor kepala lelaki itu andai saja ia tak ingat dengan imagenya yang dingin.

"Just go away, gue bisa urus diri gue sendiri--"

"NO!" Noa kali itu menaruh nampan di tangannya ke atas nakas, ia berdiri di sisi ranjang Joshua lalu berpangku tangan, "Nonono! Aku yang urusin Mas, itu udah jadi perintah bos!"

"Bos?" Kali itu Joshua semakin merasa heran, kepribadian Noa sangat amat merepotkan baginya.

"Yes! Bubu and Om Jaren, juga Kak Marko, mereka bos aku, jadi yang bisa nyuruh-nyuruh aku cuma mereka, not Mas Josh."

Joshua menghela napas mencoba menenangkan emosinya yang hampir meledak di hadapan sang pria lebih muda darinya itu.

"Okay, whatever, tapi abis sarapan jangan ganggu gue."

Noa mengangguk semangat, "deal!"







Tbc ...




Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang