Marko tak terkejut, reaksi Joshua sudah ia perkirakan sebelumnya dan tentu saja ia mengerti, tak akan ada yang mampu membuat Joshua menerima begitu saja tentang rencana keluarganya merekrut seorang perawat apalagi Joshua masih merasa baik walaupun kondisinya sudah mulai mengkhawatirkan.
"Ini udah jadi kesepakatan Papi, Bubu dan gue, kita gak mau lo sendirian di rumah sementara gue sama Bubu, Papi sibuk kerja--"
"Yaudah, pada kerja aja ngapain repot-repot urusin gue! Ini konyol banget Marko, lo pikir gue orang disabilitas atau lansia yang perlu perawat! Gue masih bisa lakuin apapun sendirian."
"Ini maunya Bubu, Josh, Bubu yang mau lo dalam pantauan, contohnya tadi pagi motorik lo udah mulai kacau, Josh. Kalo lo emang gak mau ngerepotin keluarga, lo harus terima kalo kita rekrut orang buat rawat lo. Bukan berarti lo lemah kalo di rawat oranglain, Joshua, Kalo lo kekeuh mau sendirian di rumah, lo bakal lebih bikin repot gue Bubu dan Papi. Jadi gue harap lo ngerti."
Noa sedari tadi hanya terdiam mendengar perdebatan sengit kakak-beradik itu, Noa agaknya merasa takut namun bagaimanapun ia sudah mempertimbangkan semua kemungkinan dari awal ia menerima tawaran Marko. Keributan pasti akan terjadi saat perekrutannya.
Joshua hanya berdecak, ia menatap sengit Noa yang sedari tadi tak bergeming. Joshua sesungguhnya hanya merasa lemah dan malu jika ia benar-benar harus berakhir di rawat oleh orang asing.
"Siapa nama lo?" Tanya Joshua pada akhirnya. Noa yang di tanya sontak menegakan tubuhnya.
"Noa, Mas, Noa Narapraja," Jawab Noa penuh percaya diri.
"Yakin lo bisa urusin gue?"
Noa melirik ke arah Marko yang juga tengah melihat ke arahnya, "saya usahakan yang terbaik, Mas."
"Kalo lo lakuin sesuatu yang gak gue suka, sekali aja, lo harus cabut dari kerjaan ini, paham?"
Marko tak dapat mendebat lagi, Joshua yang menerima saja sudah syukur, akhirnya kembali pada Noa sanggupkah ia menghadapi sosok Joshua yang semakin tempramental akhir-akhir itu.
"Paham Mas," Jawab Noa sembari memajang senyuman manisnya.
Akhirnya, itulah akhir dari perdebatan, Joshua memang tak pernah menang jika menyangkut keluarganya, pada akhirnya ia akan menerima segala keputusan yang telah keluarganya buat. Mau tak mau.
Marko dengan santainya meninggalkan Noa dan Joshua berdua di rumah karena ia ingin pergi bertemu dengan Helga;kekasihnya, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Noa yang tengah duduk dengan canggung di sebuah sofa kecil yang berada di kamar Joshua, sementara sosok yang harus ia rawat itu tengah sibuk dengan ponselnya di atas ranjang tanpa mempedulikannya sama sekali.
Noa rasanya sangat sesak, ia merasa lebih baik mengerjakan sesuatu ketimbang hanya diam dan tak melakukan apapun.
"Lo balik aja Noa, di sini gak ada yang bisa lo kerjain," Akhirnya Joshua angkat bicara karena merasa kehadiran Noa memang sejak awal tak di perlukan.
"Eh, enggak bisa Mas, saya kan kerja--"
"Lo tetep di gaji, lebih baik lo pulang dan kerjain hal yang lebih berguna."
Namun Noa tak menggubris, ia lalu berdiri dan berjalan ke luar kamar Joshua. Josh pikir ucapannya berhasil membuat Noa pergi, sejujurnya keberadaan orang asing di kamarnya adalah sesuatu yang sangat mengganggu, Josh lebih suka menikmati kesendiriannya yang tenang di banding harus diam di satu ruangan yang sama dengan sosok yang bahkan tak ia kenali.
Namun sejurus kemudian, pintu kamarnya kembali terbuka dengan Noa yang membawa senampan buah-buahan yang sudah terkupas juga segelas jus jeruk. Joshua menatap heran pada lelaki itu.
"What are you doing?" Tanya Joshua heran.
"Mas, daripada Mas mainan hp terus nanti kepala Mas pusing, mending Mas makan buah, ayo sini saya udah kupasin."
Tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You | Nomin
FanfictionNoa baru saja di pecat dari perusahaannya, karena kesulitan mencari pekerjaan ia terpaksa menerima pekerjaan merawat pria dewasa yang tengah berjuang dengan sakit yang cukup berbahaya. sassyna 2024 BxB Boyslove