Bagian 20

5.7K 346 3
                                    
















"What?"

Marko sangat terkejut dengan perkataan sang bubu, saat pulang bekerja Marko di minta untuk datang ke ruang kerja sang ayah dan ternyata di sana sudah terdapat bubunya dan juga ayahnya yang tengah duduk di sebuah sofa panjang di sudut ruangan.

"Bubu mau minta Noa nikah sama Joshua? No way Bub, enggak, Marko gak setuju, gimana bisa Bubu korbanin oranglain cuma demi Joshua, masa depan Noa masih panjang Bub, no!"

"Marko, Bubu tau dan Noa anak yang baik, Bubu bakalan kasih apapun yang Noa mau demi kebahagiaan Noa, Bubu tau hidup Noa gak bahagia, Babanya sakit, ayahnya gak tau di mana jadi apa salahnya nikahin adek sama Noa, itu juga bantu Noa."

"Bub, Bubu juga harus mikirin perasaan Noa dong, Joshua lagi sakit gimana kalo--"

"Marko," Suara Jaren memotong perkataan putra sulungnya karena ia tahu Marko berniat mengatakan sesuatu yang tak seharusnya di hadapan Tyana, "ngomong pelan-pelan sama Bubu."

Marko menghela napasnya, ia mengusak rambutnya sembari mencoba menenangkan diri. Intinya bagi Marko ide dari Tyana sungguh konyol, bagaimanapun ia harus berpikir realistis Noa akan menderita jika memiliki suami yang sakit parah seperti adiknya.

"Ide Bubu gak baik, Bub, emang Joshua bisa menuhin tugasnya sebagai suami di saat kaya gini, Joshua bahkan gak bisa kerja, Bub please pikirin itu juga."

"Papi sama Bubu kerja, Noa gak akan pernah kesusahan secara ekonomi, Kakak tolong ngertiin Bubu, Bubu mau yang terbaik buat Adek. Adek kehilangan semangat buat bertahan dan mungkin kalo Noa jadi suaminya Joshua punya lagi alasan buat sembuh."

"Emangnya Joshua cinta sama Noa Bu? Marko rasa enggak, Bub Joshua bermasalah di kepalanya gimana kalo suatu saat dia ngelakuin hal di luar kuasa dia ke Noa, aku harus bilang apa ke Helga?"

"Udah, udah, mending sekarang kita tidur Sayang, udah jam berapa ini, Kakak juga harus tidur pasti capek baru pulang kerja, kita omongin besok lagi, ya?" Jaren akhirnya menengahi ia tahu percakapan itu akan berlabuh ke mana, Jaren tak ingin terjadi pertengkaran antara anak dan suaminya.















Pagi itu Noa kembali ke rumah Mahendra dengan perasaan bimbang, ia sudah bicara dengan Helga dan Helga mengatakan akan membantunya membayar pinalti jika memang orangtua Joshua menuntutnya. Noa  sungguh merasa tak enak hati karena terus merepotkan Helga namun di sisi lain mentalnya terasa akan rusak jika terus berada di sisi Joshua, Noa tak sekuat itu.

Baru saja memasuki halaman Noa dapat melihat sosok Tyana yang tengah menyirami tanaman, sepertinya lelaki itu tengah libur.

"Pagi Bubu,"  Sapa Noa yang membuat Tyana sontak menoleh.

"Eh, Noa, pagi juga, gimana liburannya Sayang?"

Noa tersenyum, "ya begitulah Bu."

"Lain kali kita liburan bareng aja yuk, Noa, Bubu, Papi sama Joshua, Marko gak usah di ajak dia sibuk."

Noa terkekeh mendengar kelakar sang Bubu, entah mengapa melihat kebaikan yang Tyana berikan menyebabkan rasa tak tega dalam hatinya. Bagaimana bisa ia meninggalkan keluarga yang sudah sangat baik padanya.

"Masuk aja, Sayang, Joshua ada di dalem lagi ngecek kerjaan katanya. Hari ini anak itu lagi hyperaktif, jadi kamu hati-hati, yah, takutnya dia bikin kamu capek."

Noa mengangguk, biarlah hari itu ia habiskan dengan merawat Joshua sepenuh hati sebelum ia benar-benar meninggalkan Joshua dan berhenti dari pekerjaannya.


















Noa mengumpulkan segala niat yang tersisa untuk memutar knop pintu kamar Joshua yang saat ini tepat berada di depan matanya, ia merapal berbagai kata penyemangat dan berdoa pada Tuhan agar di berikan kekuatan untuk merawat Joshua hanya sehari lagi. Saat tangannya berhasil membuka pintu bercat abu-abu tersebut Noa dapat melihat sosok pria dengan hanya mengenakan pakaian tanpa lengan berwarna putih, juga pant cargo berwarna coklat berdiri di depan meja dengan mata tertuju pada lembar kertas besar yang berisi sebuah gambar buatannya sendiri.

Noa memejamkan mata sebelum mulutnya bersiap untuk menyapa sosok yang sejujurnya terlihat semakin tampan di matanya itu, "Mas .... " Noa menyapa dengan suara lirih namun berhasil di dengar oleh Joshua.

Pria itu menoleh, matanya melebar seolah terkejut dengan kehadiran Noa di depan matanya.

"Noa!" Joshua tanpa di duga dengan langkah besar menghampirinya dan tanpa aba-aba memeluk tubuh Noa erat seolah sudah tak bertemu dalam waktu yang lama, "i miss you Noa ... Where have you been .... "















Tbc ...







Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang