Bagian 33

3.9K 218 8
                                    




















Ternyata banyak hal tak terduga, di mulai dari rencana yang di susun keluarga Mahendra prihal honeymoon putra dan menantunya, karena satu dan lain hal rencana itu harus tertunda lantaran dokter memberi saran untuk Joshua menyiapkan diri untuk kemoterapi berikutnya dan walaupun Joshua sedikit merasa kesal pada akhirnya baik Joshua maupun keluarganya memutuskan untuk menurut.

Hingga dua minggu berselang rencana itu akhirnya di laksanakan, masih dengan tujuan yang sama dan persiapan secara matang yang di lakukan secara bersama-sama oleh keluarga Mahendra. Kabar baik lainnya yang datang adalah Joshua mulai dapat kembali berdiri dan berjalan pasca kemoterapi terakhirnya, dokter juga mengatakan jika metode baru yang di gunakan pada tubuh Joshua membuahkan hasil yang baik.

Dan honeymoon itu adalah sebuah hadiah yang di berikan dokter pada Joshua dengan mengijinkannya walau tetap dengan catatan mempersempit kegiatan di luar ruangan karena khawatir akan berbagai hal yang memperburuk keadaan pria dua puluh lima tahun itu.



Joshua dan Noa tak melepaskan tangan satu sama lain sepanjang perjalanan, keduanya terus memberikan afeksi intim tak peduli pada sang sopir yang mengantar mereka. Ya, mereka melakukan bulan madu itu hanya berdua, karena di villa juga ada beberapa pegawai yang bekerja di sana dan Tyana telah menghubungi para pegawainya prihal Joshua dan Noa yang akan bermalam di sana selama kurang lebih tiga hari.

Saat tiba hari sudah sore dan kondisi puncak terlihat berkabut dan hendak hujan. Cuaca juga sangat dingin membuat Joshua merangkul erat tubuh Noa selama keduanya berjalan menaiki anak tangga memasuki villa minimalis kepunyaan Mahendra itu.

"It's cold, the weather .... " Ujar Noa saat keduanya sampai di dalam kamar utama dengan berbagai aksen kayu itu. Ada jendela cukup besar di kamar itu menghadap sebuah taman yang cukup luas di penuhi rumput yang terawat.

"Iya dong, inikan puncak Sayang," Joshua menghampiri Noa yang tengah berusaha menyingkap gorden guna melihat pemandangan di luar, tangannya melingkari pinggang Noa, bibirnya mencium sisian wajah Noa, "dan cuaca ini cocok banget buat bulan madu."

Seketika pipi Noa bersemu, mengapa ia tiba-tiba memikirkan hal yang sangat kotor, ia malu dan takut Joshua menyadari itu.

"Ah! Ya!" Noa membalikan tubuh dengan reflek, "aku baru sadar .... " Kata-katanya terpotong saat pandangannya bersitemu dengan milik Joshua, iris coklat Joshua terlihat begitu lembut, Noa dapat merasakan sebuah cinta dari sana, walaupun selama pernikahan itu Noa masih di hantui rasa perih setiap kali afeksi Joshua berikan mengingat Joshua menganggapnya sebagai oranglain.

"I remember you Noa, kamu bukan oranglain di mata aku, i'm so sorry karena gak jujur lebih cepet."

Ucapan Joshua membuat jantung Noa terasa berhenti berdebar saat itu juga, mengapa seakan Joshua membaca dengan jelas isi pikirannya, "Mas ...."

"I know what you thinking for this long time, tapi sejak pertama kali kita berucap janji di altar saat itu, aku selalu anggap kamu Noa, bukan oranglain, Noa caregiver aku yang berhasil bikin aku jatuh hati pandangan pertama, you are so pretty, especially your smile, when you talk everything, aku cuma gak bisa bilang, aku terlalu takut kamu nolak aku ... Karena kamu tau aku sakit dan mungkin--"

Tidak, Joshua tak lagi dapat melanjutkan ucapannya karena ranumnya telah di sambar oleh sosok di hadapannya, Noa memagutnya dan untuk sesaat tak dapat menyadari situasi jika saja Noa tak meremat bahunya meminta untuk ia membalas cumbuan penuh emosi itu, Joshua dapat merasakan sebuah cairan yang menuruni pipi Noa, suaminya menangis dan dengan penuh perasaan Joshua meraih pinggang Noa lebih dekat, mendekapnya erat seolah tak ada lagi hari esok, seolah esok adalah hari terakhir ia dapat memeluk tubuh itu lagi.

















Tbc ...

Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang