Bagian 7

6.7K 390 0
                                    

















Noa berjalan menuju sebuah tangga yang membawanya menuju lantai dua, lantai di mana terdapat tiga pintu yang berbeda, dua bercat putih, sementara satu lainnya berwarna abu-abu gelap dan berada di pojok. Marko berjalan ke arah pintu tersebut di ikuti Noa yang berjalan di belakangnya, ada rasa khawatir namun juga rasa penasaran yang ia alami. Sosok Joshua terdengar sangat misterius saat Helga bercerita padanya, belum lagi Marko yang pernah mengayakan betapa buruk perangai sang adik, memang Noa merasa takut, namun di sisi lain ia juga sangat penasaran.

Marko tak langsung masuk, melainkan mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali, ada jeda beberapa sekon hingga akhirnya pintu terbuka, di hadapan Marko terlihat sosok yang lebih tinggi darinya, Noa yang berdiri di belakang Marko juga dapat melihat jelas mata tajam tak ramah itu melirik sekilas ke arahnya.

"Kenapa?" Tanya sosok yang Noa sudah tahu pasti bernama Joshua Mahendra. Noa akui, Joshua sangat tampan dan penuh kharisma. Entah mengapa auranya terasa sangat kuat, overall, Noa tak mendapati sosok penyakitan yang selama ini ia bayangkan, hanya saja Joshua terlihat berkulit sangat pucat.

"Kaki lo udah baikan?" Tanya Marko mendapati ternyata sang adik sudah bisa kembali berdiri bahkan berjalan setelah pagi tadi Joshua sangat kesulitan hanya untuk berdiri.

"Di kamar lo aja bisa?"

Joshua melihat aneh pada sang kakak, apalagi saat ia melihat sosok asing yang sama sekali tak ia kenali juga ikut bersama Marko, untuk alasan apa Marko mengajak orang tak di kenal masuk ke dalam kamarnya tentu saja Joshua sangat menolak keras usul tersebut.

"Bawah aja, lo duluan, gue nyusul."

"No, ke bawah pake tangga Joshua, kalo lo jatuh gimana?"

Joshua menatap Marko jengah, memang sejak ia sakit keluarga yang tadinya kurang peduli satu sama lain menjadi lebih perhatian padanya dan hal tersebut cukup menggelikan bagi Joshua.

"Go first, Marko, gue bukan orang disabilitas, dont be overeact," Ujar Joshua sebelum kembali menutup pintu cukup keras.

Noa sedari tadi hanya terdiam, ia cukup terkejut melihat apa yang Josh lakukan, ternyata benar jika Joshua memang memiliki kepribadian yang buruk seperti apa yang Marko dan Helga katakan padanya.

Marko melihat ke arahnya sembari tersenyum dengan kesal, "see, kamu yakin masih mau nyoba?" Tanya Marko mencoba kembali memastikan.

Noa hanya menggigit bibir bawahnya, ia tak tahu harus mengatakan apa dan hal itu tak di hiraukan Marko karena lelaki itu segera berjalan menuruni tangga menuju lantai satu, tentu saja Noa juga mengikuti seperti anak itik di belakang Marko.

















Ketiganya berada di ruang tamu, Joshua duduk sendiri di sebuah single sofa sementara Marko dan Noa duduk di sofa yang sama berhadapan langsung dengan sosok Joshua dengan ekspresi dingin dan tatapan tak ramahnya.

"Ada apa? Lo gak kerja?" Tanya Joshua saat menyadari jika Marko masih berada di sana dengan pakaian santainya.

"Gue lagi libur, by the way ada yang mau gue omongin, tapi sebelum itu gue mau lo dengerin dulu dan jangan potong omongan gue," Ujar Marko memperingati. Ia tak ingin Joshua bereaksi terlalu keras di hadapan Noa, ataupun mengatakan sesuatu yang akan menyinggung sahabat dari kekasihnya itu.

Joshua mengernyitkan sebelah matanya, ia juga melirik sekilas sosok Noa yang hanya duduk tenang di sana tanpa berani menatap Josh yang seakan siap menerkamnya.

"Sebelumnya, Josh, kenalin, ini Noa, perawat lo."

Joshua cukup terkejut dengan perkataan Marko, ia tak memperkirakan jika pembicaraan yang Marko inginkan adalah prihal sosok lelaki yang duduk di hadapannya, dan apa? Perawat, mengapa tiba-tiba Joshua merasa ia di perlakukan seperti orang sekarat.

"What the fuck are you talking about, Marko?"















Tbc ...

Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang