Akhirnya, beberapa guru datang dan berhasil melerai perkelahian tersebut. Pak Eko, guru BK, memisahkan mereka dengan paksa. "Cukup! Hentikan sekarang juga!" teriak Pak Eko dengan nada tegas, menarik mereka berdua terpisah. "Kalian berdua ikut saya ke ruang BK sekarang!"
Mahen menyadari keberadaan Kanaya di sampingnya dan berusaha menenangkan dari jauh dengan berbisik, "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."
Di ruang BK, Mahen dan Xavier duduk berhadapan dengan Pak Eko, yang baru saja melerai perkelahian mereka. Mahen hanya menatap Pak Eko dengan datar tanpa rasa takut, dan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Pak Eko memandang mereka dengan tatapan tidak percaya. "Kalian tahu, apa yang kalian lakukan itu sangat tidak bisa diterima. Sekarang, saya ingin tahu, apa penyebab kalian berkelahi?"
Mahen dan Xavier hanya diam, tidak ada yang merespon. Pak Eko menghela napas panjang dan lebih memilih bertanya pada Mahen terlebih dahulu. "Mahen, ceritakan dari awal apa yang terjadi."
Mahen menghela napas, menatap Pak Eko dengan tegas. "Pak, semua bermula dari Xavier yang selalu memprovokasi saya. Dia tidak berhenti mengejek dan mengganggu saya. Saya sudah berusaha sabar, tapi kali ini dia sudah keterlaluan."
Xavier yang mendengar penjelasan Mahen merasa tidak terima. "Itu bohong, Pak! Dia yang mulai duluan! Mahen memang cari masalah! Dia tidak bisa terima kenyataan kalau aku lebih baik darinya!"
Pak Eko memandang mereka dengan ekspresi serius. "Kalian berdua harus belajar mengendalikan emosi. Ini tidak bisa dibiarkan. Kalian berdua akan mendapat hukuman yang setimpal."
Mahen dan Xavier tetap duduk diam, menahan rasa sakit di sekujur tubuh mereka.
Pak Eko melanjutkan, "Kalian berdua akan dihukum. Mahen, kamu membersihkan toilet perempuan, dan Xavier, kamu membersihkan toilet pria. Sepulang sekolah."
Xavier tidak terima dan memilih pergi meninggalkan ruang BK tanpa rasa bersalah. Mahen menerima hukuman dengan mengangguk karena dia juga salah. Pak Eko melihat kelakuan Xavier hanya merasa jengkel. "Mahen, apakah ada yang ingin kamu sampaikan?"
Mahen menghela napas panjang. "Pak, bolehkah saya meminta izin untuk melaksanakan hukuman tidak hari ini tapi besok? Saya ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan."
Pak Eko menatap Mahen sejenak, lalu mengangguk. "Baik, Mahen. Kamu bisa melaksanakan hukuman besok. Pastikan kamu menyelesaikan tugasmu dengan baik. Dan tolong, jangan ada lagi perkelahian seperti ini."
Mahen mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Terima kasih, Pak. Saya akan melakukannya dengan baik."
Dengan itu, Mahen keluar dari ruang BK, kembali ke kelas dengan pikiran yang masih dipenuhi oleh ketegangan dan kemarahan yang belum sepenuhnya reda. Dia tahu bahwa ini bukan akhir dari masalahnya dengan Xavier, Xavier akan lebih mengganggu nya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐇𝐄𝐍 (END)
Teen FictionMemasuki sebuah novel adalah mimpi buruk bagi Keira. Akankah Keira dapat menyesuaikan diri dengan tubuh barunya?