Bab 36

158 6 0
                                    

"Kenapa kamu ke kamarku?" tanya Mahen dengan suara serak setelah tertawa bersama Kanaya.

"Ayo, berangkat! Kita ke sekolah," jawab Kanaya dengan semangat.

Mahen melirik ke samping, melihat jam yang berada di atas nakas menunjukkan pukul setengah tujuh. "Baiklah, kamu turun. Aku akan segera bersiap," kata Mahen sambil berdiri dari tempat tidur.

Dengan jahil, Kanaya mengecup pipi Mahen lalu segera berlari keluar kamar.

Mahen tersentak sejenak lalu mengelus pelan pipinya yang baru saja dikecup Kanaya. "Dasar, gadis nakal," gumam Mahen sambil tersenyum tipis.

Mahen mengambil seragamnya lalu berjalan ke kamar mandi. Setelah rapi, Mahen berniat untuk segera turun ke bawah, tapi mencoba memastikan sekali lagi penampilannya yang ia rubah. Dirinya memilih melepas kacamata bulatnya dan rambutnya dibuat sedikit berantakan, terkesan sedikit nakal tapi tampan.

Mengambil jaket dan tasnya, Mahen segera turun ke bawah menghampiri meja makan. Terlihat Kanaya dan Mamanya sudah duduk di meja makan. Bi Inah sedang menata makanan di atas meja.

Kanaya dan Mamanya mendengar suara sepatu mendekat, mereka melihat ke arah suara dan ternyata itu Mahen. Mereka berdua takjub dengan perubahan Mahen.

"Morning, Ma." kata Mahen mendekat. Memeluk Mamanya sekilas lalu duduk di kursi samping Mamanya. Mahen tidak peduli dengan tatapan takjub dari mereka.

"Morning, sayang. Kok Kanaya tidak dapat pelukan pagi?" kata Mamanya Mahen sambil tersenyum.

Kanaya hanya menatap Mahen dengan tatapan menggoda. Mahen pura-pura tidak peduli, tapi membisikan sesuatu pada Mamanya, "Kanaya di kamar berani mengecup Mahen, Ma."

Mamanya Mahen sontak melihat Kanaya, lalu mendekat pada Mahen dan berbisik, "Bukankan itu sudah biasa, sayang?"

Mahen terkejut. "Astaga, berarti Mahen dulu dengan Kanaya sudah benar-benar dekat. Pantas saja Kanaya sedari awal lengket sekali padanya," pikirnya. Mahen menatap Kanaya sambil mengambil roti yang ada di depan Kanaya, menyeringai tipis dan berkata, "Hukuman bagi gadis nakal."

Kanaya yang melihat itu melunturkan senyumannya dan mendengus sebal. "Segitunya, kan biasanya juga seperti itu. Kenapa jahat sekali, apalagi ini di depan calon mama mertuanya. Dasar cowo ga peka," pikirnya.

Mereka makan dengan khidmat. Setelah selesai, Mahen dan Kanaya pamit pada Mamanya dan segera berangkat.

Menuju garasi, Mahen sempat bertanya, "Mau naik motor atau mobil?"

Kanaya menjawab, "Motor," tapi Mahen memilih mobil. Mahen langsung memilih mobil Bugatti Chiron berwarna hitam.

Kanaya mengikuti Mahen dari belakang, masuk dalam mobil, memasang sabuk pengaman lalu bertanya sebal, "Kenapa tadi tanya kalau ujungnya naik mobil?"

Mahen menyalakan mobilnya, menatap Kanaya sekilas lalu menjawab, "Lihat bajumu, kurang bahan."

Mahen menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah Mamanya. "Mahen berangkat, Ma. Mama istirahat di rumah ya," kata Mahen sebelum melajukan mobilnya.

Kanaya ikut melambai dan memberikan kecupan jauh. "Mama, Kanaya yang cantik, mau ke sekolah dulu ya," katanya dengan ceria.

Mamanya Mahen tertawa pelan melihat tingkah kedua anak kesayangannya itu lalu masuk ke dalam rumah ditemani Bi Inah.

"Ini bukan kurang bahan tau, namanya trend. Lagian, ini ketetapan seragam sekolah," kata Kanaya menjawab perkataan Mahen tadi.

Mahen mengangguk kepala, "Okey, tetap kurang bahan."

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Mahen dan Kanaya menikmati perjalanan sambil sesekali berbincang. "Kamu suka dengan gaya baruku?" tanya Mahen tiba-tiba.

Kanaya melirik Mahen, "Iya, kamu terlihat lebih keren dan tampan. Kenapa tiba-tiba merubah penampilan?"

Mahen menjawa asal, "Mungkin tidak ingin membuat seorang Kanaya Handoko malu. Mempunyai tunangan seorang cupu."

Kanaya menatap tidak suka ke arah Mahen, "Aku gak malu, ya. Kamu tetep ganteng tau, meski pakai kacamata."

"Ohw, meskipun aku tidak pakai bajupun tetap tampan." Mahen tersenyum jail.

"Iya, Ehh... kamu itu loh, bisa bisanya sih." Kanaya salah tingkah 'Heh bisanya si gak peka yang satu ini berkata seperti itu. Tapi bener juga sih pasti lebih tampan' pikir Kanaya. Pipinya bersemu merah apalagi Kanaya pernah sekali melihat Mahen bertelanjang dada waktu berenang dirumahnya.

Kanaya semakin gugup dibuatnya, mengibas ngibaskan tangannya ke wajah. Kanaya melirik Mahen, "Kenapa, panas sekali." mencoba menghilangkan rasa gugupnya.

Mahen yang melihat Kanaya hanya menggeleng kepala, mendekatkan kepalanya pada kanaya dan berbisik "Pasti, sexy."

Kanaya menatap langsung Mahen, memukul bahu Mahen, "Heh, sana fokus nyetir. Aku tau kamu lagi godain aku."

"Hahaha, hahaha" Mahen tertawa puas melihat wanita yang digodanya sedang sala tingkah.

Sesampainya di sekolah, Mahen dan Kanaya segera turun dari mobil. Mahen langsung menggandeng tangan Kanaya, membuat beberapa siswa yang melihat mereka berbisik-bisik.

'Apasih hubungan mereka?'

'Heh, si cupu berubah tuh'

'Yoi, gue gak sangka bakal secakep gitu'

Mahen tidak memeduliakn bisikan yang tidak bermanfaat baginya.
"Kenapa Kamu gandeng tangan aku?" tanya Kanaya dengan malu-malu.

Mahen mengeratkan genggamannya karena Kanaya berusah melepasnya, "Supaya mereka tau, seorang Kanaya sudah punya pasangan." raut puas tergambar di wajah Mahen.

𝐌𝐀𝐇𝐄𝐍 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang