Bab 23

219 9 0
                                    

Mahen memasukkan bukunya ke dalam tas karena sudah waktunya untuk pulang. Ia segera meninggalkan kelas dan menuju parkiran.

Semenjak kejadian pertengkarannya dengan Xavier, banyak teman sekelas yang berusaha menghindar jika berpapasan dengannya, mungkin karena takut sejak tahu betapa beringas dirinya saat menghajar Xavier.

"Kenapa mereka semua melihatku seakan-akan aku monster?" pikir Mahen dengan sedikit frustrasi.

Sampai di parkiran, Mahen mengeluarkan ponselnya untuk mengetik pesan kepada Kanaya.

Kanaya

aku baik-
dan maafkan aku menyakitimu -


Dia merasa bingung. Meskipun sudah kasar dan cuek pada Kanaya, masih saja Kanaya berusaha mendekatinya. "Kenapa dia tetap bertahan? Mungkin dia bisa jadi teman," pikir Mahen.

Mahen mengenakan helmnya dan segera meninggalkan area sekolah untuk pulang. Dia melajukan motornya sambil menikmati jalanan yang sepi. Angin sore menerpa wajahnya, memberikan sedikit ketenangan setelah hari yang penuh drama. "Setidaknya jalanan tenang," gumamnya.

Sampai di rumah, Mahen segera melihat jam. Sudah sekitar jam 3 sore, berarti ia harus segera membersihkan diri dan bersiap untuk ke kantor.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Mahen memandang cermin sebentar, memastikan penampilannya rapi.

"Sudah saatnya berangkat," gumamnya pada diri sendiri. Dia mengambil tas kerjanya dan menuju pintu.

Saat hendak keluar rumah, ponselnya berdering. Itu dari Maura.

" Pak Mahen, anda sudah siap? Rapat dimulai jam 4 tepat di ruang konferensi lantai 3," kata Maura di ujung telepon.

"Saya sedang dalam perjalanan. Tolong ingatkan Pak Hadi untuk bersiap," jawab Mahen.

"Pak Hadi akan langsung menuju ke sana, Pak Mahen."

"Sampai jumpa di sana."

Mahen menutup telepon dan segera menuju motornya. Sambil melajukan motornya ke kantor, dia berpikir tentang kejadian hari ini. Perkelahian dengan Xavier dan hubungan yang membingungkan dengan Kanaya.

"Aku harus lebih tenang dan fokus," pikir Mahen.

Setibanya di kantor, Mahen langsung menuju ruang konferensi. Ia melihat Maura dan Pak Hadi sudah berada di sana, menyiapkan segala sesuatu untuk rapat.

"Maaf, sedikit terlambat," kata Mahen sambil duduk.

"Tidak masalah, Tuan Mahen. Rapat baru saja mulai," jawab Pak Hadi dengan senyuman.

Rapat pun dimulai dengan pembahasan penting yang harus dihadiri Mahen. Meski pikirannya masih sedikit kacau karena kejadian di sekolah, Mahen berusaha fokus dan memberikan kontribusi terbaiknya.

𝐌𝐀𝐇𝐄𝐍 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang