Bab 37

158 7 0
                                    

Mahen mengantarkan Kanaya ke kelasnya, mendekat padanya lalu berbisik, "Kalau kangen, hubungi saja," kemudian berjalan menjauh sambil mengedipkan mata pada Kanaya.

Kanaya ingin sekali menimpuk Mahen dengan sepatunya kenapa suka sekali menggodanya, lalu masuk ke kelasnya. Mahen meletakkan tasnya lalu duduk di bangkunya.

Suasana di kelas seperti biasanya, tapi banyak teman kelasnya memandang dirinya secara terang-terangan. Mahen tidak peduli, lebih memilih memasang headphonenya dan mendengarkan lagu lalu memejamkan matanya sambil menunggu bel masuk.

Beberapa saat kemudian, Mahen mengecek ponselnya karena lagunya berhenti. Ternyata ada panggilan masuk. Mahen menjawabnya, "Kenapa?" kata Mahen singkat.

"Istirahat ketemu gue di kantin," kata Andre.

"Untuk apa?" Mahen bertanya.

"Lu kesini aja, gue mau ngejalankan rencana gue," jawab Andre.

"Hm," Mahen menjawab singkat lalu mematikan telepon sepihak.

Mahen menyeringai tipis lalu menyalakan lagi lagunya, memasang headphone kembali, dan memejamkan mata.

"Ayo buat citra seorang Mahen Atmaja lebih ganas," gumam Mahen dalam hati. Hidupnya mungkin tidak akan tenang lagi karena ikut terlibat dengan para tokoh utama novel, karena di antara mereka ada yang berani mengusik keluarganya.

Dirinya sudah menyusun semuanya serapi mungkin agar mereka tidak curiga. Awal baru, citra baru yang akan menghebohkan musuhnya. "Awal kehancuran mereka," gumam Mahen.

Bel berbunyi dan Bu Ana masuk ke dalam kelas.

Mahen menurunkan headphonenya dan dengan malas mendengarkan pelajaran, sesekali melirik ke bangku Xavier yang sedang bermesraan dengan Laura. "Pasangan serasi, sama-sama bajingan," gumam Mahen.

Dirinya juga melakukan hal yang sama jika di sampingnya ada Kanaya, tapi setidaknya tahu tempat untuk bermesraan. "Ck ck, jadi memikirkan Kanaya kan," Mahen tersenyum simpul.

Ting! bunyi notifikasi pesan dari ponsel Mahen terdengar. Mahen memeriksa ponselnya, panjang umur baru saja dipikirkan langsung menghubungi. Mahen membaca pesan dari Kanaya, tertawa kecil.

Kanaya

Mahen-
Aku kangen tau-

Mahen

tidak peduli-


Kok gak peduli sih?
Katanya kalau kangen
suruh chat-


siapa yang bilang?-


Kan, kamu yang bilang
depan kelas aku-

 
tidak tuh-


Mahen-
kok kamu nyebelin sih-
😠

Mahen yang sedang asik dengan ponselnya tidak memerhatikan perhatian seluruh kelas yang tertuju padanya.

Bu Ana merasa geram, lalu mengambil penghapus papan dan melemparkannya ke arah Mahen.

Tukh!!

Mahen terkejut, ponselnya terjatuh di atas pahanya. Dia menghela napas lega, untung saja ponselnya tidak jatuh ke lantai.

Mahen melihat ke depan dan menatap Bu Ana yang terlihat geram. Dengan kesal, Bu Ana mendekati Mahen dan menarik telinganya. Mahen menahan sakit, "Haduh..sakit bu, adu... aduh."

𝐌𝐀𝐇𝐄𝐍 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang