Bab 1

1.4K 41 0
                                    


Keira Samanta, yang sebelumnya mengira napas terakhirnya akan menjadi akhir dari segalanya, perlahan membuka matanya dan merasakan sesuatu yang aneh.

Dia tidak lagi berada di medan perang, tetapi di sebuah kamar yang asing. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan klasik dan perabotan bergaya era Victoria.

Dengan kesadaran yang semakin pulih, Keira mencoba duduk dan memperhatikan sekelilingnya.

"Dimana ini?" gumam Keira, kebingungan.

Dia merasa tubuhnya berbeda, lebih tinggi dan lebih berotot. Keira kemudian menyadari bahwa dia tidak lagi berada di dunia yang ia kenal.

Dia beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke cermin besar di sudut ruangan. Di cermin, pantulan yang ia lihat bukanlah dirinya sendiri, tetapi seorang pria tampan dengan mata tajam dan rambut hitam tebal.

"Ini... ini tidak mungkin," bisik Keira dengan suara terkejut. "Bagaimana bisa?" yang semula ia perempuan bisa menjadi seorang pria.

Dia menyentuh wajahnya, merasakan garis-garis wajah yang berbeda. "Aku... aku adalah Mahen?" suaranya gemetar. Mahen, tokoh figuran dalam novel "Because You" yang terakhir ia baca.

Dan sialnya, Mahen adalah tunangan dari tokoh antagonis wanita dalam novel tersebut.

"Ini pasti mimpi buruk," katanya sambil mundur menjauh dari cermin. Namun, dia tahu bahwa ini bukan mimpi dan entah bagaimana jiwanya telah berpindah ke dalam novel.

Keira mulai mengingat isi cerita dari novel tersebut. Dimana menceritakan dua orang remaja saling jatuh cinta yaitu Xavier Addison dan Laura Tamara adalah dua remaja dengan dunia yang sangat berbeda.

"Xavier Addison," Keira bergumam, mencoba mengingat lebih detail. "Dia dengan sikap dingin dan wajah yang selalu terlihat marah, adalah hasil dari masa lalu yang penuh trauma. Keluarganya yang tidak harmonis meninggalkan bekas mendalam pada dirinya, membuatnya sulit untuk percaya pada kebaikan orang lain. Sifatnya yang cuek dan pemarah hanya mempertegas betapa ia mencoba untuk menjaga jarak dari orang-orang di sekelilingnya."

Sebaliknya, Laura Tamara adalah sinar cerah di tengah awan gelap. "Dengan senyum manis dan sifat yang ceria, Laura selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan," kenang Keira. "Dia memiliki hati yang baik dan selalu mencari cara untuk menyebarkan kebahagiaan di sekelilingnya. Ketika Laura dan Xavier bertemu, dua dunia yang bertolak belakang ini mulai saling berinteraksi."

"Laura, dengan ketulusan dan kebaikannya, mulai memecahkan dinding dingin yang dibangun Xavier di sekeliling dirinya," lanjutnya. "Xavier yang awalnya tidak tertarik dan hanya menganggap Laura sebagai gangguan, perlahan-lahan mulai merasakan perubahan. Laura membuatnya merasa nyaman dan diperhatikan, sesuatu yang selama ini tidak pernah ia rasakan. Xavier mulai menunjukkan sisi lembutnya yang tersembunyi dan menjadi lebih manja dengan kehadiran Laura."

Namun, tidak semua orang senang melihat kedekatan Xavier dan Laura. "Andre Kusuma," sebut Keira, "yang selalu menunjukkan kebaikan dan keceriaan, ternyata hanya menggunakan topeng untuk menarik perhatian Laura. Andre sebenarnya sangat iri dengan hubungan yang terjalin antara Laura dan Xavier dan mencoba untuk merusak kedekatan mereka dengan berbagai cara."

"Dan ada juga Kanaya Handoko," Keira mengingat lebih lanjut. "Teman masa kecil Xavier, juga merasa terancam. Kanaya memiliki sifat baik namun polos, yang membuatnya sangat naif. Sejak kecil, Kanaya selalu bersama Xavier, dan perasaannya terhadap Xavier berkembang menjadi cinta yang mendalam. Namun, Xavier hanya menganggap Kanaya sebagai adik, dan penolakan tersebut membuat Kanaya semakin terobsesi dengan Xavier. Karena cinta yang tak berbalas, Kanaya menjadi sangat cemburu terhadap Laura dan mulai membullynya di sekolah, mencoba untuk menjauhkan Laura dari Xavier."

Keira menghela napas panjang. "Ketika tindakan Kanaya semakin brutal, Xavier menjadi sangat marah dan frustrasi. Ia tidak bisa mentolerir perlakuan Kanaya terhadap Laura dan mengancam hubungan mereka. Keterlaluan Kanaya mencapai puncaknya ketika dia merencanakan sesuatu yang jauh lebih berbahaya: membunuh Laura. Namun, Xavier yang sangat peduli dengan Laura akhirnya mengetahui rencana jahat Kanaya dan berhasil menggagalkan upaya tersebut."

Dengan semua ingatan tentang cerita tersebut dalam benaknya, Keira—sekarang dalam tubuh Mahen—harus segera menavigasi dunianya yang baru ini. Dalam posisinya yang rumit sebagai tunangan Kanaya dan sebagai bagian dari konflik besar dalam novel, Keira tahu bahwa dia harus hati-hati agar tidak hanya menyelamatkan dirinya, tetapi juga mencegah tragedi yang mungkin akan menimpa Laura dan Xavier.

"Aku harus menemukan cara agar tidak terlibat dengan alur cerita," Keira bertekad sambil menatap bayangan Mahen di cermin.

𝐌𝐀𝐇𝐄𝐍 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang