Xavier bersama dengan gengnya akhirnya datang, berjalan masuk ke kantin dengan langkah percaya diri.
"Xavier, kenapa kok kamu ganteng bangett sih"
"Jantungku rasanya mau copot"
"Asupan pagi, asupan pagi"
Banyak teriakan dari penggemar mereka. Dia langsung menuju meja tempat Laura duduk dan mulai berbicara dengannya.
Sedangkan ditempat lain Andre ddk dengan Mahen juga. Yang melihat itu merasa jijik seketika.
"Perasaan mereka gak seganteng itu" kata Zion dengan heran.
"Bener, mereka malah keliatan jamet." timpal Dion.
Andre mengarahkan pandangan ke Mahen dan memberi isyarat dengan matanya untuk bersiap-siap.
"Ingat, tugas lu cuma bikin dia marah," bisik Andre pelan.
"Eh, bos kenapa bisik-bisik. Ada apaan?" Tanya Zion.
Andre tidak menghiraukan perkataan Zion, segera mengkode Mahen untuk segera beraksi.
Mahen mengangguk. Dia lalu mendekati meja Xavier dan Laura. Dengan tenang, "Xavier, bukan tapi tuan pengecut." kata Mahen. Tumben sekali Xavier tidak termakan emosinya -hm, menarik
Xavier mengangkat alisnya, sedikit bingung. "Apa urusan lu?"
Mahen tersenyum tipis. "Gue, denger lu ada masalah sama Kanaya?."
Laura langsung menatap Xavier. "Masalah apa, Xavier?"
Xavier terlihat kesal. "Bukan urusan lu."
Mahen menahan senyum. "Gue, heran. Kanaya bilang sama gue. Kalau lu suka main belakang?"
Xavier berdiri dari kursinya dengan marah. "Apa maksud lu?!"
Andre yang berada di pojok kantin memperhatikan dengan seksama, menikmati setiap detik ketegangan yang terjadi.
Mahen tetap tenang, tidak terganggu dengan kemarahan Xavier. "Gue, cuma pastiin apa yang gue denger. Kalau gak bener, ya udah."
Laura yang merasa cemas mencoba menenangkan Xavier. "Sudahlah, Xavier. Kita bisa bicarakan ini nanti."
Xavier menatap Laura dengan tajam, kemudian kembali menatap Mahen. "Kalau gue denger lu ngomongin gue lagi, lu bakal nyesel."
Mahen mengangkat bahunya, berpura-pura acuh. "Terserah. Gue cuma mau pastiin sesuatu."
Setelah itu, Mahen berbalik dan berjalan kembali ke meja Andre. "Selesai, hanya itu saja?" tanya Mahen sambil duduk.
Andre tertawa kecil. "Gue gak nyangka lu jago juga. Itu baru permulaan. Lu liat aja nanti."
Mahen hanya mengangguk.
Setelah beberapa saat, Laura terlihat berbicara dengan Xavier dengan nada yang lebih rendah, tapi ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kecemasan. Xavier terlihat semakin marah, dan Mahen bisa melihat bibirnya bergerak cepat, mungkin sedang mengeluarkan kata-kata kasar.
Andre menatap puas. "Gue yakin, malam ini mereka bakal ribut besar."
"Kenapa kau tidak langsung saja mendekati Laura? kau berkata jika kau menyukainya." kata Mahen.
Andre menatap Mahen dengan serius. "Gue gak mau buru-buru. Gue mau dia liat sendiri gimana si brengsek -Xavier sebenarnya. Setelah itu, baru gue masuk."
Mahen mengangguk, mengerti strategi Andre. "Oky. Kau harus hati-hati, aku rasa Laura tidak sebaik yang kira."
Andre tersenyum penuh arti. "Gue, tau sifat Laura. Lu gak usah khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐇𝐄𝐍 (END)
Teen FictionMemasuki sebuah novel adalah mimpi buruk bagi Keira. Akankah Keira dapat menyesuaikan diri dengan tubuh barunya?