Mahen menenangkan mamanya dan mengatakan yang sebenarnya bahwa kecelakaan itu adalah perbuatan dari keluarga Addison dan Tamara. Mamanya sempat tidak percaya, tetapi karena bukti-bukti yang Mahen berikan, Mamanya akhirnya percaya.
"Padahal Papamu tidak pernah jahat pada mereka," kata mamanya sambil terisak.
Mahen menatap Mamanya dengan tenang, "Aku tahu, Ma, tapi mereka sudah gelap mata."
Mahen segera meminta izin mamanya untuk berangkat ke kantor membereskan masalah. Dalam perjalanan, Mahen mendapatkan telepon dari Andre dan memasang AirPods-nya.
"Mahen!" teriak Andre, membuat telinga Mahen terasa berdengung.
"Kenapa?" jawab Mahen singkat.
"Kau menyebarkan berita tentang kehamilan Laura. Bagaimana kau tahu?"
"Sudah lama," jawab Mahen singkat.
"Lu tau kan gue suka sama Laura," ucap Andre dengan suara marah.
"Lalu?"
"Lo mau nantangin gue?"
Mahen menghela napas panjang, lalu berkata, "Andre, anak yang dikandung Laura itu anak Xavier."
"Kenapa lu bisa yakin?" bentak Andre.
"Aku tahu," jawab Mahen tegas.
"Itu anak gue, Mahen!" kata Andre penuh emosi.
Mahen menggelengkan kepala, bingung bagaimana menjelaskan kepada Andre. "Andre, itu anak Xavier."
"Jelas-jelas gue yang ngelakuin itu."
"Kau dibohongi oleh Laura. Aku punya bukti kuat kalau itu anak Xavier. Datanglah ke kantorku, aku akan memberikan semua buktinya padamu," kata Mahen lalu mematikan telepon secara sepihak.
Mahen melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tapi di tengah jalan perasaannya tidak enak, seperti ada yang mengikutinya. Mahen berusaha menghindari penguntit tersebut dengan menambah laju pada mobilnya, tapi mobil itu terus mengikutinya.
Mahen mengambil ponselnya dan segera menghubungi Andre lagi. "Andre," kata Mahen cepat, "aku tidak ada waktu untuk menjelaskan. Cepat datang ke lokasi yang aku kirim. Sepertinya ada orang yang mengikuti aku. Panggil polisi juga kalau bisa."
"Apa- Perkataan Andre terputus karena teleponnya sudah Mahen matikan. Mahen menyembunyikan ponselnya di saku jasnya, di dalam ponsel itu banyak bukti penting.
Mahen melajukan mobilnya, tapi mobil yang mengikutinya berhasil menyusul. Mahen tidak sadar kalau sekarang dia berada di daerah sepi di pinggir jalan, dia tadi hanya fokus bagaimana bisa lolos dari kejaran mereka.
Mobil Mahen dihadang, alhasil mau tidak mau Mahen memberhentikan mobilnya mendadak. Terlihat orang berbaju hitam dengan badan kekar turun dari mobil dan menghampiri mobil Mahen.
"Sial," gumam Mahen. Mahen tadi sudah memberikan lokasinya pada Andre, berharap Andre segera datang tepat waktu. Mereka berjumlah lima orang. Mereka mencoba menghancurkan mobil Mahen dan berteriak menyuruh Mahen segera turun.
Mahen mengambil pistol dan pisau di dashboard mobilnya. Sebagai mantan perwira negara, Mahen aka Keira selalu siaga senjata di mana pun, takut kejadian yang membahayakan seperti yang dialaminya sekarang.
Mahen mengancingkan jasnya dengan rapat, memastikan ponselnya aman di saku. Dia mengambil ancang-ancang, lalu mendobrak pintu kemudi dengan keras, membuat salah satu pria berbaju hitam tersungkur ke tanah. Keempat pria lainnya segera mengepung Mahen, tetapi dia tetap tenang dan siaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐇𝐄𝐍 (END)
Fiksi RemajaMemasuki sebuah novel adalah mimpi buruk bagi Keira. Akankah Keira dapat menyesuaikan diri dengan tubuh barunya?