Bab 15

308 18 0
                                    

Mahen melajukan motornya dengan cepat di jalanan pagi yang ramai. Ia melihat jam tangannya menunjukkan pukul 06.30, menambah kecepatan, khawatir gerbang sekolah akan segera dikunci.

Saat gedung sekolah mulai terlihat, Mahen mempercepat laju motornya, melewati tulisan besar "International High School" di atas gerbang. Banyak siswa terlihat berjalan atau mengendarai kendaraan mereka memasuki sekolah.

Mahen memasuki area sekolah dan segera memarkirkan motornya. Setelah melepas helm, ia merapikan rambut dan kacamatanya, lalu mengubah gestur tubuhnya agar terlihat seperti anak cupu.

Mahen berjalan menuju kelas, menghindar dan menundukkan kepala setiap kali berpapasan dengan murid lain.

Di saat Mahen menuju kelas, banyak siswa yang memandangnya dengan jijik, beberapa bahkan tidak segan berteriak atau berbisik-bisik menghinanya.

"Heh, si cupu datang lagi," teriak salah satu siswa.

"Kenapa nggak pulang aja? Nggak ada yang mau lihat muka lo di sini," bisik siswa lain dengan nada menghina.

Mahen terus berjalan dengan fokus, berusaha untuk tidak terpengaruh oleh kata-kata mereka.

Sesampainya di kelas, Mahen langsung duduk di bangku paling belakang, di pojok dekat jendela.

Ia menatap keluar jendela, mencoba mengabaikan bisikan-bisikan yang masih terdengar di sekitar ruangan.

Tak lama kemudian, Xavier dan Laura masuk ke kelas.

Xavier berjalan dengan percaya diri, senyumnya terlihat licik saat melihat Mahen duduk di pojok. Ia menghampiri Mahen dan menepuk pundaknya dengan keras.

"Heh, lihat siapa yang akhirnya kembali," kata Xavier dengan nada mengejek. "Lo, masih hidup ternyata."

Laura yang berdiri di sebelah Xavier hanya menggelengkan kepala, meski tanpa kata-kata, sikapnya tidak jauh berbeda.

Mahen menahan diri untuk tidak bereaksi. Ia tahu bahwa menunjukkan reaksi hanya akan memberi mereka kepuasan. Ia tetap menundukkan kepala dan mengabaikan mereka.

"Sampai kapan lo mau jadi pengecut, Mahen?" tambah Xavier dengan nada mengejek. "Lo, pikir bisa lari dari gue?"

Mahen menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dan fokus pada pelajaran yang akan dimulai.

Dia tahu, ini adalah bagian dari rutinitasnya di sekolah, dan dia harus tetap kuat untuk menghadapi semuanya.

Bel tanda masuk berbunyi.

Guru kelas, Pak Arif, memasuki ruangan dan meminta semua siswa duduk di tempat mereka.

"Baik, anak-anak, kita mulai pelajaran hari ini," kata Pak Arif. "Buka buku kalian di halaman 45."

Mahen tanpa minat membuka bukunya. Karena merasa bosan Mahen memilih untuk tidur saja.

𝐌𝐀𝐇𝐄𝐍 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang