Navin mengangguk pelan, walaupun ia bingung mengapa Himeka tiba tiba berbicara seperti itu "Iya kak, kakak akan pergi bekerja besok seperti biasanya?"
"Entahlah" pandangan Himeka berubah sendu menatap langit langit yang cerah di malam hari, tapi tidak dengan hatinya yang sedari tadi memiliki segundah kecemasan
"Tidak di makan cemilannya?" Kedua kakak beradik itu menoleh pada seorang gadis yang menghampiri mereka, anak tengah
Varsha
"Belum, bareng bareng saja"
Mereka membicarakan banyak hal, hal hal yang belum mereka ceritakan satu sama lain
Benar? Saudara kandung akan jarang berkumpul dan bercerita tentang apa yang di alami pada dirinya saat susah beranjak dewasa, berbeda dengan saat masih kecil yang semua hal yang di alami diri sendiri tidak satu pun yang terlewat untuk di ceritakan
Sampai tak sadar, bahwa malam semakin larut saja dan perasaan kedua kakak Navin semakin gundah saja, mengingat beberapa jam lagi fajar akan tiba
Kedua orang tua Navin dan kedia adiknya, sudah terlelap lebih dahulu, berbeda dengan kedua kakak tertua Navin yang ingin mengobrol bersamanya
Entah apa, tiba tiba sekali, pikirnya"Navin"
"Hng?"
"Cita cita mu apa?"
Navin terdiam menatap Varsha yang memasang wajah sayu padanya "Entah, apa ya? Belum aku pikirkan sih" tangannya terulur menggaruk pelipis nya
Sebuah tangan mendarat di bahu Navin, menepuknya pelan, Himeka
"Semua orang pasti punya cita citanya masing, entah itu menjadi orang yang sukses, menjadi sesorang yang di kenal oleh satu negeri, ataupun profesi yang diimpikan oleh mereka, itulah cita cita, sesuatu atau keinginan sesorang untuk mewujudkan sesuatu yang menjadi impian atau angan angan mereka selama ini, ingin angan angan di pikiran mereka yang terlihat mustahil itu menjadi nyata"
"Tidak mungkin kan, kamu tidak membayangkan sesuatu yang sangat sangat kamu inginkan dan suatu profesi yang kamu idam idamkan? Jika kamu yakin dapat mewujudkannya, maka raihlah itu, ya semampu kamu melakukannya"
"Apa ya?" Navin melirik keatas guna mengingat ngingat sesuatu yang ia angan angankan belakangan ini
"Relawan... mung-kin" ucapnya sedikit ragu
"Bagus itu!" Varsha mengangguk cepat
"Tujuan mu ingin menjadi relawan apa?" Tanya Himeka
"Ingin membantu orang orang yang kesulitan"
"Dalam hal?"
"Ekonomi dan fisik"
Varsha dan Himeka saling tatap, keduanya kompak kembali menatap Navin
"Jika itu impian terbesar mu, berusahalah untuk mewujudkannya"
"Oke kak!" Navin mengacungkan jempolnya ke arah Himeka
Ketiga saudara kandung perempuan itu berbicang lama, sangat lama, sampai ketiganya tak menyadari bahwa sudah dini hari, tepatnya pukul 2
Sebentar lagi fajar akan muncul kan?
"Sudah jam 2 pagi, kau tidurlah, beberapa jam lagi fajar akan muncul" ucap Himeka
"Baik, kakak juga ya? Kak Varsha dan kak Himeka?"
Kedua mengangguk bersamaan sebagai jawaban, menatap punggung Navin yang memasuki rumah dengan tatapan sendu
"Kau siap kak?"
"Sebenarnya sih tidak, tapi ini mau tidak mau, jadi aku siap siap saja"
🎗🎗🎗
Pagi hari..
"Hoaamm, jam berapa ini?" Navin mengecek ponselnya
"Sepertinya aku tidur nyenyak sekali, buktinya aku bangun pukul 8 pagi"
Sambil mengucek matanya, Navin pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, sekitar 10 menit ia selesai karena sekalian buang air kecil dan berjalan keluar kamar mandi
"Ibu-eh?" Matanya memicing kaget, saat tidak melihat kehadiran ibunya di dapur, biasanya di hari minggu dari pukul 7 pagi sampai pukul 8 pagi, ibunya itu masih berada di dapur, entah memasak, mencuci piring ataupun memotong motong sayur
Karena kedua kakak perempuannya itu sedang beres beres rumah, seperti mengepel lantai, menyapu, menyiram tanaman dan membersihkan debu debu
Sedangkan Navin? Ah, dia mah mungkin menunggu di titah dulu baru bekerja
Biasanya sih, dia bagian mencuci baju anggota keluarga, makanya jarang sekali terlihat beres beres rumah
"Apa ibu masih tidur?" Navin pergi ke lantai dua di rumahnya, ke kamar ibunya untuk mengecek apakah ibunya itu berada di kamar atau tidak, jika tidak, sudah di pastikan ibunya itu sedang pergi berbelanja ke pasar
"Kosong? Mungkin ibu pergi berbelanja, biasanya pagi hari di hari libur, ibu pergi ke pasar untuk membeli bahan bahan memasak"
Kalau biasanya sih, dengan Himeka dan Varsha, mungkin Navin harus mengecek kamar kedua kakak perempuan tertuanya tersebut
Navin menatap kamar bertuliskan Himeka Dyvette, Kakak sulungnya
Dengan ragu, ia memutar knop pintu kamar dan membukanya, sedikit tak berani karena, Himeka itu sangat tidak suka seseorang memasuki kamarnya tanpa seizin darinya
"Kak?"
Kosong juga.
"Hm"
Navin berjalan menuruni satu persatu anak tangga dengan cepat dan tatapannya beralih pada sebuah kamar di depannyaKamar Varsha.
Navin membuka pintu kamarnya dan seperti yang ia duga, kosong
"Haaahh.. kalau begini sih, berarti kak Varsha dan kak Himeka pergi berbelanja ke pasar untuk membantu ibu membawa barang belanjaan"
"Ya sudah lah" Navin berjalan ke meja makan dan membuka tudung saji, ia menghela napas lega ibunya itu sudah memasak makanan untuknya, walaupun dirinya sedang tidak ada di rumah
Dengan cepat ia mengambil piring bersih di rak piring dan mengambil beberapa potong daging di sup daging masakan ibunya itu
Ia mengunyah makanan yang di suapkan ke dalam mulutnya sembari menatap sekeliling rumah
Sepi sekali.
Angan angannya melihat ayahnya yang selalu menonton televisi di ruang tamu saat pagi hari di hari libur dan kedua adiknya yang sedang bermain di ruang tamu, bahkan biasanya mainan kedia adiknya selalu tergeletak berantakan di atas karpet setiap hari libur, tapi ini bersih?
Navin mengangkat satu alisnya saat melihat tak ada satupun piring kotor yang terdapat di wastafel, akhirnya ia memilih untuk mencuci sendiri piring bekas pakainya, walaupun tugas mencuci piring adalah Varsha
Mungkin Varsha telah mencuci semua piring kotor seluruh keluarganya saat Navin masih tertidur tadi,pikirnya
Ia pun beralih mengepel lantai, tidak ada orang di rumah membuat rasa membereskan rumahnya menjadi tinggi, Ia menyapu lantai, mengepel, membersihkan debu di sudut ruangan dan menyirami tanaman
"Navin!" Suara teriakan berbarengan dengan ketukan pintu keras itu membuat Navin terperanjat, ia sedang mengelap meja makannya agar tidak terdapat remahan makanan yang bisa menyebabkan datangnya semut
Langkahnya pun menghampiri pintu utama rumahnya, lalu memutar knop pintu dan membukanya, setelah di buka tampaklah seorang gadis yang berdiri menopang lutut di depan pintu masuk dengan napas tersengal sengal
Ia menatap heran gadis di depannya ini yang berdiri di depan pintu utama rumahnya dengan napas yang tersengal sengal, seriusan dari rumah ke rumahnya sampai tersengal sengal begini? Pikirnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Hilangnya Penduduk||Gfriend
Mystery / ThrillerMisteri Hilangnya Penduduk dimana satu desa menghilang dalam semalam, hanya tersisa 4 orang remaja yang tinggal di desa itu, kira kira kemana perginya satu penduduk yang termasuk orang tua dari 4 remaja yang tersisa di desa, mereka bertemu 2 orang g...