Rencana

20 4 0
                                    

Mereka berkumpul sembari memikirkan apa yang akan terjadi besok dengan tanpa satu pun anggota keluarga yang menemani? Meratapi nasib mereka, yang tidak pernah mereka duga akan terjadi seperti ini

Mereka yang berkumpul bersama sembari mengingat ingat momen bersama keluarga mereka masing masing, si tengah yang rindu berangkat dengan kakak atau adiknya, si bungsu yang rindu berbincang dengan kakaknya dan si sulung merindukan bermain bersama adiknya

🎗🎗🎗

"Gue bawa makanan, makan saja, gue tidak merasa lapar, daripada mubazir" ketiganya mengambil makanan yang di sodorkan Brunella pada mereka

"Sepertinya cepat atau lambat, kita harus mencari kerja" ucap Navin

"Kerja dimana? Tidak mungkin kan di desa ini?" Elen berceletuk

"Gue menyarankan kerja di desa sebelah"

"Kerja apa?"

"Kerja paruh waktu, karena gue dengar di desa sebelah sedang mencari pekerja paruh waktu karena minimnya jumlah pekerja"

"Kenapa? Sedikit peminat?"

"Bisa dibilang begitu, di tambah kebanyakan orang tua di desa mereka tidak setuju jika anak mereka yang masih usia sekolah harus bekerja paruh waktu, khawatir waktu sekolah dan bermainnya terganggu"

"Benar" Brunella mengangguki ucapan Navin "hanya orang tua dari keluarga kalangan bawah yang mengizinkan anak mereka untuk bekerja paruh waktu karena ekonomi yang terdesak dan itupun mereka lakukan mau tidak mau kepada anak mereka"

"Orang tua mereka yang menyuruh?"

"Ya, lebih tepatnya orang tua mereka yang mendaftarkan anaknya untuk bekerja paruh waktu"

"Hm, boleh saja sih kerja, yang penting tidak waktu bekerja tidak terlalu lama dan berat" setuju Nikhi

"Tapi syarat menjadi pegawai kerja paruh waktu adalah minimal berusia 17 tahun"

"Yok angkat tangan, siapa yang sudah berusia 17 tahun!"

Semuanya mengacung ucapan Elen, karena mereka satu umur

"Satu lagi, syarat menjadi pegawai kerja paruh waktu adalah sudah mempunyai kartu tanda penduduk, siapa yang sudah punya!"

Keempat gadis itu terdiam, tidak ada yang mengangkat tangan, karena salah satu dari mereka belum ada yang membuat kartu tanda penduduk, di karenakan mereka semua baru saja beranjak 17 tahun, 2 bulan yang lalu

"Belum ada yang punya ya?" Tanya Brunella

"Lo yang bertanya saja tidak mengangkat tangan" celetuk Nikhi

"Hihihi" Brunella tertawa geli

"Bagaimana? Kita harus cepat cepat bikin kartu itu"

"Biasanya ke kepala desa, tapi ini kan kepala desa kita tidak ada"

"Ke desa sebelah mungkin bisa"

"Kalau dia bertanya apa alasannya?"

"Bilang saja, kalau kepala desa di desa kami sedang tidak bisa membantu kami mengurusi pembuatan kartu tanda penduduk kami"

"Masuk akal, perjalanan dari sini ke desa sebelah memakan waktu?"

"Tidak lah, seperti ke luar kota saja, paling hanya memakan waktu kurang lebih setengah jam, 30 menit mungkin"

"Kapan berangkat?"

"Hari libur sekolah, besok hari senin, lo lupa?"

"Bisa dibilang begitu, fakta tentang penduduk desa di sini, membuat gue shock dan tidak bisa mempercayai itu" ucap Nikhi lesu, sebagai anak bungsu dia merasa sedih, tidak ada kakak kakaknya yang biasa menjaga dan mentraktir makanannya, tidak ada juga yang mengajaknya ngobrol mulai hari ini dan seterusnya

Ia sangat kesepian dengan perginya seluruh anggota keluarganya secara mendadak, bukan hanya Nikhi, tetapi ketiga temannya juga

Di tambah lagi, yang pergi bukan hanya seluruh anggota kelurga mereka saja, tetapi seluruh penduduk desa pun pergi secara begitu saja, lebih tepatnya menghilang dalam waktu semalam

Apa yang terjadi dengan semua penduduk di sini? Kenapa kejadiannya tiba tiba sekali? Pikirnya

Brunella melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya "Sudah  larut malam, mau pulang kapan?"

"Sekarang pukul?"

"10 malam"

"Nanti saja dulu lah, Kita masih harus mengobrol di sini"

"Bagaimana ini? Jadi kan kita mengambil pekerjaan paruh waktu di desa sebelah?"

"Jadi lah, cepat atau lambat kita harus mempunyai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari kita"

"Terus ke rumah kepala desa sebelah kapan?"

"Hari libur, mungkin. Karena jika hari biasa seperti besok, kepala desa biasanya sedang tidak ada di rumahnya"

"Tahu dari?"

"Ya, dulu suka saja berkunjung ke rumahnya mengikuti kakak karena dia meminta bantuan untuk membantu membuat kartu tanda penduduk pada kepala desa kampung sebelah dan kakak beberapa kali mengajak ke sana setelah pulang sekolah, tetapi anaknya berkata dia sedang tidak ada di rumah, akhirnya kita memilih untuk berkunjung lagi ke rumahnya pada hari libur dan ada... dia bilang juga jika ingin ingin berkunjung ke rumahnya di hari libur saja, karena waktunya senggang, jangan di hari biasa karena dia pasti sedang tidak ada di rumah" jelas Elen

"Berarti.. Kita pergi ke rumah kepala desa sebelah, hari libur saja?" Tanya Nikhi

"Iya, lagipula besok hari senin, sudah pasti sang kepala desa sedang tidak ada di rumah"

23.00 wib

"Sudah pukul 11 malam, mari kita pulang, kita juga harus pergi ke sekolah besok" ucap Brunella

"Mari, tapi kita matikan dulu apinya" Elen menepuk nepuk celananya yang sedikit kotor, lantas ketiganya menatap Navin yang sedari tadi hanya diam menatap api unggun di depannya

Dia bahkan tidak tahu bahwa ketiga temannya itu sudah beranjak dari tempat duduknya

"Navin? Kau tidak mau pulang?" Elen menatap heran temannya itu

"E-eh? Mau, sudah larut malam ya? Mari kita pulang" Navin yang tersentak segera bangun dari tempat duduknya

"Iya, tapi bantu kami mematikan apinya dan membereskan bekas tempat duduk kita" Brunella mulai mengipasi pelan api unggun itu agar padam

"Mengapa pula di kipasi?"

"Agar padam lah, aku hanya berani memakai cara ini" sahutnya, Navin mendengus kecil lalu menatap kedua temannya yang lain sedang membersihkan dan membereskan bekas tempat duduk mereka tadi

Keempat gadis itu berjalan beriringan menuju rumah mereka masing masing, yang paling dekat dengan lapangan adalah rumah Elen dan yang paling jauh dari lapangan adalah Nikhi

Terkadang Nikhi mengeluh, mengapa rumahnya jauh sekali untuk pergi ke lapangan atau menuju rumah teman yang lainnya? Karena dia tipe seseorang yang sangat tidak suka berjalan sendirian dan berada di rumah sendirian

Keesokan harinya keempat gadis itu bersekolah di satu sekolah yang sama dan beberapa dari mereka juga ada berada di kelas yang sama

Mereka menjalankan hari harinya seperti biasa, sekolah, bermain, membereskan rumah dan mengerjakan tugas, bedanya mereka melakukannya tanpa seorang anggota yanh menemani ataupun membantunya

Selain membereskan rumah, kegiatan seperti mengerjakan tugas, sekolah dan bermain, keempat gadis itu lakukan bersama sama, karena mereka tidak suka melakukan kegiatan kegiatan tadi sendirian dan mereka melakukan kegiatan itu berganti tempat, tidak selalu di rumah Brunella ataupun di lapangan desa

Misteri Hilangnya Penduduk||GfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang