Mereka yang memberi pesan tersirat, namun ia tidak menyadarinya, bahkan tidak tahu makna di balik pesan tersirat yang mereka ucapkan ...
🎗🎗🎗
"Baiklah" Cassia melepas rangkulannya "bersenang senang lah hari ini, sebelum menghadapi hari esok, aku juga akan bersenang senang sebelum pergi dari sini esok hari"
Varsha tersenyum mengangguki ucapan teman dekatnya, ada sedikit rasa tak rela meninggalkan sebuah tempat yang ia huni sejak lahir, matanya menatap sendu punggung teman dekatnya- Cassia yang berjalan semakin jauh, lalu atensinya beralih pada Navin yang sedang menendang nendang kerikil, Varsha menghampiri adik perempuannya itu dan merangkulnya
"Mari masuk, kita bersenang senang hari ini, sebelum aku dan kamu menghadapi hari yang berat esok" kedua kakak beradik itu berjalan dengan Varsha yang merangkul Navin
"Hari berat?"
"Iya, kita kan tidak tahu apakah besok adalah hari yang paling berat ujiannya tidak" Varsha tersenyum tipis
"Darimana kakak tahu itu?"
"Hanya menebak saja, perhatikan baik baik, aku menyimpan makna tersirat di kata kataku barusan"
"Makna tersirat?" Gumam Navin
"Navin"
Navin menatap Varsha yang tersenyum ke arahnya, tumben sekali kakak perempuannya ini full senyum
"Mau naik bianglala?" Tangannya menunjuk sebuah bianglala yang tidak jauh dari tempat mereka berdua berdiri
"Habis dari pekan raya ya?" Ucap seorang gadis yang lebih tinggi dari Varsha dan Navin sedang duduk di teras rumah, dia kakak sulung perempuan Navin dan Varsha, Himeka namanya
"Iya, kok tau? Kakak menguntit ya?" Tuduh Navin pada kakak sulung perempuannya itu
"Eh, enak saja! Enggak ya! Buat apa kakak menguntit kalian berdua, tidak ada kerjaan!"
"Hm, iya iya deh si paling si-buk" Varsha menyindir kakak perempuannya yang menjadi pegawai di salah satu perusahaan, sangat sibuk dan pulang selalu malam
"Memang hasil uangnya untuk siapa?!"
"Untuk kita berdua juga sih, hehehe"
"Huh!" Himeka mendelik melihat kedua adiknya berlari kedalam rumah
Navin dan Varsha memilih berlari masuk kedalam rumahnya, daripada berdebat hal yang tidak jelas dengan kakak sulungnya, terlebih lagi kakak sulungnya itu baru beberapa menit sampai rumah, capek ya? Kasihan sekali
Navin menghentikan langkahnya saat melihat sang ibu sedang memasak di dapur, ia pun memilih menghampirinya untuknya menanyakan perihal pergi kemana siang tadi? Karena mendadak tidak berada di rumah
"Bu"
"Hng? Sudah pulang Navin? Apakah kalian berdua bersenang senang?"
"Sudah bu, tadi siang ibu pergi kemana?"
"Ke suatu tempat"
Navin terdiam, kalau jawaban ibunya begini, pasti ibunya tidak mau memberi tahu yang sebenarnya
"Navin, bantu ibu mengangkat makanan makanan ini ke meja makan, setelah itu panggil saudara saudaramu untuk makan malam"
Navin mengangguk dan langsung membawa makanan makanan yang baru saja selesai di masak ibunya itu ke meja makan
"Makan dulu makan" ucapnya pada Varsha dan kedua adiknya yang berada di ruang tamu, lalu kakinya melangkah menuju teras rumah, yang mana ada kakak sulungnya menyantai di depan
"MAKAN KAK!" Teriaknya di ambang pintu
"Pelan pelan kek! sampe kaget gue"
Setelah seluruh keluarganya berkumpul, termasuk kedua orangtua Navin, kedua kakak dan kedua adiknya di meja makan, mereka pun memulai kegiatan makan malamnya
Suka senang seluruh keluarga rasakan, tertawa saat bungsu kesal tidak mendapatkan rebutannya, sulung menertawakan ekspresi kesal bungsu, yang tengah meledeki bungsu karena dia menenangkan rebutannya, sedangkan pengais bungsu fokus dengan kegiatan makannya yang penting perut kenyang, tidak peduli jika saudaranya itu berebutan makanan sampai baku hantam
Mereka semua dalam hati yang sedang sangat gembira, sampai lupa bahwa esok hari adalah hari yang paling berat untuk anak tengah, entah ada peristiwa apa besok
Ibu dan ayah dari kelima anak itu, memudarkan tawanya saat mengingat hari esok, mungkin besok adalah hari yang paling berat dan menyedihkan juga untuk keduanya
"Navin" suara lembut sang ibu memanggil anak tengah mereka, yang membuat meja makan hening seketika
"K- kenapa bu?" Dia sedikit gugup, karena semua atensi anggota keluarganya mengarah padanya
"Kamu bisa memasak kan?"
"Bisa" kepala Navin mengangguk ragu ragu
"Menjaga rumah juga bisa kan?"
"Bisa" setelahnya Navin terkekeh saat menyadari pertanyaan ibunya yang terdengar terlalu mengkhawatirkannya
"Bisa-"
"Bisa semua kok bisa! Semua beres beres aku bisa, apalagi jaga rumah, beuh paling ngampang itu mah, apasih yang Navinka Oksana gak bisa? Bisa kok, apalagi soal beres beres" ucapnya sedikit bangga, membuat ayah dan ibunya saling pandang heran
"Hm" diam diam kakak sulungnya itu mencibir di samping
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan antara satu dengan yang lainnya, semuanya sibuk menghabiskan makanan dan hanya suara dentingan sendok yang memenuhi meja makan
Hingga, Navin pun membantu ibunya di dapur, begitu juga dengan Varsha, ketiga perempuan berbeda usia itu sesekali berbincang di sela sela kegiatan
"Navin"
"Hng"
"Apapun keadaannya jangan terlalu banyak bersedih ya? Dan seberat apapun kondisinya jangan juga cepat menyerah ya?" Ucap Varsha di sela sela kegiatan mencuci piring
"Hah.. biasanya juga aku tidak mudah bersedih, kakak ini kenapa?" Navin terkekeh
"Tidak apa apa, aku hanya memberi tahu mu saja, jarang jarang kan aku memberi wejangan seperti ini?"
"Hm, ya ya"
Sedangkan ibu mereka menyimak perkataan kedua anaknya itu, ia sedang menyiapkan makanan untuk Navin besok, agar ia tidak repot repot memasak, tinggal menghangatkannya saja
"Sehabis ini, jangan cepat cepat masuk ke dalam kamar ya? Kita berkumpul di teras rumah hingga larut malam bersama Kak Himeka"
"Tumben sekali, ada apa memangnya?" Navin menatap Varsha tanda tanya
"Ya, Mau berkumpul saja, memang kenapa? Salahkah saudara kandung berkumpul sesekali dan berbincang bincang?"
"Tidak sih"
"Sudah selesai kan mengelap piringnya? Ini, bawa cemilan ke teras, sudah ada Kak Himeka di teras rumah, kakak mau lanjut menyapu rumah, setelah itu baru menyusul kalian" Varsha menyodorkan sepiring cemilan untuk ia dan saudaranya itu bersantai di teras
Sesampainya di teras rumah Navin sedikit tercengang, kedua kakaknya itu niat sekali ingin bersantai di teras sampai di siapkan hamparan berupa tikar, tak lupa bantal, teko pun bahkan ada, ia menggeleng pelan
masa kecil kurang bahagia nih sepertinya hehe
"Kak" panggilnya pada Himeka yang sedang menatap bintang bintang bertebaran di langit malam
"Hm"
"Cemilan"
"Iya, taruh saja di tikar"
Navin ikut mendudukkan diri di samping kakak sulungnya
"Navin"
"Dewasalah dengan keadaan, sekalipun itu memaksamu, jika kamu sudah berada di fase dewasa oleh keadaan dan kamu sudah memperoleh sesuatu dari fase itu, sesekali nikmatilah masa kecil, seperti mengenang peristiwa masa kecil dengan membeli barang barangnya ataupun memakan makanannya, kau paham kan maksudku?"
![](https://img.wattpad.com/cover/373566938-288-k602883.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Hilangnya Penduduk||Gfriend
Misteri / ThrillerMisteri Hilangnya Penduduk dimana satu desa menghilang dalam semalam, hanya tersisa 4 orang remaja yang tinggal di desa itu, kira kira kemana perginya satu penduduk yang termasuk orang tua dari 4 remaja yang tersisa di desa, mereka bertemu 2 orang g...