Meratapi

16 4 0
                                    

Dia yang merindukan momen berharga bersama keluarga hangatnya itu, bercanda tawa bersama mereka, meskipun sesekali bertengkar dengan salah satu saudara kandungnya

Mereka berkumpul sembari memikirkan apa yang akan terjadi besok dengan tanpa satu pun anggota keluarga yang menemani? mampukah mereka melewati itu semua?

Mereka yang berniat berkumpul bersama, karena tidak ingin menghabiskan waktu malam sendirian, mereka yang menemani salah satu dari mereka yang tidak berani berada di kegelapan

Sungguh, momen ini mungkin adalah momen yang paling mereka tidak bisa lupakan di masa depan nanti

🎗🎗🎗

"Nikhi?"

"Pulang dengan gue yuk, gue tidak berani sendiri" ucapnya membuat Navin terkekeh, Nikhi mempunyai sifat yang paling manja di antara yang lain, karena dia satu satunya anak bungsu di antara mereka berempat

"Elen sudah pulang?"

"Belum" keduanya terdiam, Navin berjalan sembari menunduk lesu sambil sesekali menghela napas lelah, sedangkan Nikhi bergidik ngeri melihat sekeliling desa yang tampak gelap

"Navin"

"Hng?"

"Lo kenapa sedari tadi seperti lesu saja?"

"Hm, tidak ada apa apa"

"Coba cerita sama gue ih!"

Navin lagi lagi menghela napas panjang "gue menyesal tidak menyadari pesan pesan tersirat yang kedua kakak gue dan orang tua gue ucapkan padaku dan bodohnya gue malah berpikir mereka mengatakan hal itu karena gue yang udah remaja dan sebentar lagi lulus sekolah menengah atas"

"Pesan apa?"

Bukannya menjawab, Navin malah terdiam, otaknya kembali mengingat semua ucapan yang di katakan kedua kakak perempuannya, pesan tersirat lebih tepatnya, namun ia tak menyadarinya

"kita bersenang senang hari ini, sebelum aku dan kamu menghadapi hari yang berat esok"

"Apapun keadaannya jangan terlalu banyak bersedih ya? Dan seberat apapun kondisinya jangan juga cepat menyerah ya?" Terbayang Varsha yang mengatakan hal itu sambil tersenyum penuh arti

"Dewasalah dengan keadaan, sekalipun itu memaksamu, jika kamu sudah berada di fase dewasa oleh keadaan dan kamu sudah memperoleh sesuatu dari fase itu, sesekali nikmatilah masa kecil, seperti mengenang peristiwa masa kecil dengan membeli barang barangnya ataupun memakan makanannya, kau paham kan maksudku?" Dan juga Himeka yang mengatakan hal itu sambil menatap dengan tatapan dalam pada Navin

"Harusnya aku menyadari arti dari senyuman dan tatapan mereka saat itu"

Nikhi menatap Navin yang terdiam dan tak kunjung menjawab pertanyaannya, ia pun menyenggol lengan Navin membuat sang empu tersentak

"Entah, gue tidak bisa menceritakan, gue inget, tapi lidah gue terasa kelu"

"Oh, oke gue paham kok dan kalau lo tidak peka sama pesan tersirat mereka, itu wajar kok, karena tak semua orang sadar dan mengerti arti pesan tersirat, apalagi dari kata kata yang di ucapkan lisan"

Navin mengangguk lesu saat mendengar ucapan Nikhi, keduanya berpisah karena Nikhi masih harus berjalan 6 meter lagi menuju rumahnya

"Bisa tidak lo pulang sendiri?" Tanyanya saat kedua gadis desa itu berhenti di depan teras rumah Navin

"B-bisa kok bisa, lagipula sudah dekat kok"

"Beneran?" Navin menatap tak percaya pada Nikhi, pasalnya salah satu temannya itu tidak suka berada di tempat yang gelap sendirian dan jalan menuju rumahnya hanya menggunakan lampu yang sedikit remang remang

"Bisa kok, dah ya gue duluan"

"Hm, dah" setelah itu Navin langsung memasuki rumahnya yang gelap karena dia belum menyalakan semua lampu di ruangan rumahnya,terkecuali kamar mandi

Cteekk

Ctekk

Cteekk

Ctekk

Cteekk

Cteekk

"Huh! Nyalain lampu cape juga ya" dirinya bangkit dari sofa, lalu mengambil handuk yang di gantung, ia memilih mandi saat ini untuk menenangkan pikirannya yang kalut

Setelah menggantung handuknya di sebuah gantungan, Navin pergi ke dapur untuk melihat lihat stok bahan masakan

Gerakannya terhenti saat melihat beberapa potongan daging yang di simpan rapi dalam kulkas dengan berbalutan  plastik

Tangannya terulur mengambil beberapa potongan daging itu, karena ada secarik kertas yang tertempel di plastik yang di gunakan untuk membungkus potongan daging itu

"Navin, masaklah daging ini saat ibu, ayah, adik dan kakak mu sudah pergi, buatlah sup agar bisa menghangatkan tubuhmu, daging ini sudah ibu siapkan sehari sebelum kami pergi, ibu ingin kamu makan enak meskipun kami pergi, maafkan kami yang pergi tanpa memberi tahu mu ya, nak"

Gadis itu menghela napas saat sudah selesai membaca pesan dari ibunya itu, ia memutuskan untuk membuat sup dengan sebagian potongan daging itu saja, agar daging yang lainnya masih bisa di masak esok hari

Ia berniat membuat sup seperti yang ibunya tulis dalam kertas itu, aroma masakannya menguar ke seluruh ruangan dapur, ia jadi merindukan masakan sup daging ibunya itu

Navin meniup uap ke suapan sup yang hendak ia makan, setelah di rasa sedikit dingin, barulah gadis itu memakannya

Matanya menatap sekeliling ruang tamu yang sedang ia tempati saat ini, ia jadi teringat biasanya di saat ibunya memasak sup daging, keluarganya berkumpul di meja makan, terkecuali Himeka- kakak sulungnya yang belum pulang dari tempat kerjanya

Mereka saling berbincang satu sama lain dan menuangkan makanan ke dalam piring masing masing yang biasa di lakukan oleh Varsha- kakak keduanya

Navin tersenyum getir mengingat itu, biasanya sesaat setelah mereka selesai makan malam, ayah dan kedua adiknya berkumpul di ruang tamu sembari menonton televisi dan memakan cemilan

Sedangkan ia, Varsha dan ibunya membersihkan bekas makanan mereka dan membereskannya, Himeka pulang dari tempat kerjanya dan yang paling terakhir memakan sup daging buatan ibunya

Saat itu Navin dan Varsha menemani Himeka yang memakan sup daging di teras rumah sambil sesekali berbincang

Lagi lagi tersenyum tipis, ia saat merindukan momen itu

Seusai memakan makanannya, Navin mencuci piring dan membersihkan ruang tamu dan menonton televisi sebentar, sambil menunggu malam tiba, karena ia dan ketiga temannya berencana akan berkumpul kembali di lapangan

Pukul 8 malam, Navin mengunci pintu utama rumahnya, dia akan pergi ke lapangan saat ini

Tak tak tak

Navin berjalan di sepanjang jalan desa yang sangat sepi dan gelap, hanya ada sedikit penerangan yang menerangi jalan desa ini

"Loh? Kalian udah dateng aja, kirain belum pada datang tadi" ucapnya saat melihat teman temannya yang sedang mengumpulkan kayu ke tengah tengah lapangan

"Lo salah kira Nav, justru lo menjadi orang yang paling terakhir datang" Elen terkekeh

Navin ikut membantu ketiga temannya membawa kayu untuk membuat api unggun, setelah sudah selesai menyusun kayu kayu itu, Navin menggesek  korek untuk menyalakan api

Setelah api menyala, keempat gadis itu berkumpul mendekat api yang menyala, Brunella mengeluarkan kotak di tengah tengah pembicaraan mereka

Misteri Hilangnya Penduduk||GfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang