Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Hari ini akan menjadi hari paling penting sekaligus membahagiakan bagi Felix dan Evelyn, karena beberapa jam lagi mereka berdua akan mengikat janji suci sebagai pasangan kekasih sehidup semati.
Evelyn menatap pantulan dirinya didepan cermin, gadis itu tersenyum tipis melihat sosoknya yang tengah mengenakan balutan gaun putih, terlihat begitu indah dan pas di tubuhnya.
Gadis itu tidak bisa mengatur degup jantungnya yang berdebar tidak menentu saat ini. Ada perasaan gugup dan bahagia menyelimuti dirinya. Ia bahagia karena akhirnya akan menikah dengan pria yang dicintainya, namun disisi lain ada perasaan sedih karena kedua orang tuanya tidak bisa menyaksikan hari pernikahannya.
Sebelum pesta dimulai, kereta kuda para tamu undangan terus berdatangan di kediaman Radlieffe untuk menyaksikan hari membahagiakan bagi calon pengantin, tidak terkecuali dengan kaisar. Kali ini ia menyempatkan datang setelah sebelumnya absen di pesta pertunangan Felix dan Evelyn karena waktu itu dirinya sedang menghadiri pertemuan penting dengan utusan dari kerajaan tetangga.
Tiba saatnya acara inti dimulai, yaitu prosesi pengucapan janji pernikahan oleh kedua pasangan pengantin. Kedua penjaga pintu membuka pintu aula, menampilkan Evelyn yang berjalan dengan tenang dan anggun sembari membawa bunga lily menuju altar pernikahan.
Felix yang sudah menunggunya di altar tersenyum tipis kearah Evelyn. Walaupun ia sudah pernah melihatnya mengenakan balutan gaun pengantinnya itu sebelumnya, entah mengapa hari ini wanita itu terlihat sangat cantik.
Disisi lain, saat Evelyn berjalan melewati kaisar, Lionel seketika terperangah, dia membeku ditempat setelah menyadari kalau ternyata wanita yang akan menjadi pasangan Felix adalah Evelyn, wanita yang sudah menolongnya. Lionel kira mereka adalah wanita yang berbeda walaupun memiliki nama yang sama, namun ternyata dugaannya salah.
Setelah Evelyn dan Felix mengucapkan janji suci pernikahan mereka, pendeta mengumumkan keduanya telah resmi menjadi pasangan suami istri. Felix meraih tengkuk Evelyn yang saat ini menghadap ke arahnya. Pria itu perlahan mendekatkan wajahnya pada wanita yang sekarang resmi menjadi istrinya itu, sementara Evelyn menutup matanya perlahan, hingga terasa kecupan lembut mendarat di bibirnya.
Lionel menatap keduanya masih dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka Evelyn, wanita yang membuatnya tertarik itu sekarang sudah resmi menjadi istri dari seseorang yang paling di bencinya. Kalau saja Lionel tau lebih awal, ia mungkin bisa mencegah pernikahan keduanya, namun sayangnya ia sudah terlambat.
Lionel membenci Felix bukan hanya karena ia memiliki darah kaisar yang akan mengancam kekuasaannya. Awalnya saat masih kecil, mereka layaknya saudara yang selalu bermain bersama, namun semakin lama tersimpan rasa kecemburuna di hati Lionel.
Felix selalu lebih unggul darinya dalam segala hal, baik dalam pelajaran maupun seni berpedang. Ia cemburu karena Felix selalu mendapat perhatian dan pujian lebih banyak darinya, baik dari para guru maupun bangsawan lainnya. Padahal dia yang akan menjadi kaisar, seharusnya orang-orang memberi perhatian padanya lebih banyak, namun Felix merebut semuanya itu darinya.
"Aku dengar kau kalah lagi dari nya?" tanya seorang wanita yang tengah duduk di kursi taman, terlihat beberapa teh dan camilan yang tersisa, sepertinya ia baru saja menyelenggarakan pesta minum teh dengan beberapa orang sebelum memanggil putranya.
Anak laki-laki berusia sebelas tahun itu menunduk, tidak berani menatap mata ibunya "Maafkan saya ibunda, lain kali saya akan lebih berusaha lagi" ujarnya dengan nada menyesal.
"Lain kali? Sudah berapa kali kau mengatakannya?" Rowena meninggikan suaranya "Lionel, kau akan menjadi calon pewaris kekaisaran ini, bagaimana bisa? Kau tidak pernah lebih unggul darinya, kalau seperti ini terus bagaimana kau bisa mempertahankan posisimu? Aku sangat kecewa padamu" ucapnya dengan nada dingin, membuat Lionel tertegun mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Fiance's Obsession
Historical FictionKehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Setelah kehilangan rumahnya, evelyn dan kedua adiknya tinggal disebuah rumah kecil yang ada di pinggir...