Sebastian menatap jalanan dari kaca jendela saat tengah berada di dalam kereta kuda yang di tumpanginya menuju kediaman Radlieffe. Hari ini ia baru saja mengunjungi istana kaisar untuk memberikan jawaban atas permintaan kaisar yang memerintahkannya untuk menyingkirkan Felix.
Pria itu terpaksa menyetujui tawaran itu karena memang tidak ada pilihan lain, tentu saja ia tidak ingin melakukannya, Sebastian tidak memiliki keinginan untuk menjadi duke menggantikan Felix. Namun di sisi lain ia tidak ingin mati.
Sebastian mengalihkan pandang pada belati ditangannya yang baru saja Lionel berikan. Benda pusaka istana itu bukanlah belati biasa, melainkan belati yang terbuat dari tulang naga dan mengandung sihir kuno yang akan membuat siapapun mati dengan sekali tusukan.
Diwaktu yang bersamaan, sudah lebih dari dua minggu Evelyn berdiam diri di dalam kamarnya setelah kecelakaan yang menciderai kakinya waktu pesta pertunangannya. Kali ini ia ingin mencoba keluar kamar untuk berjalan-jalan, gadis itu sudah merasa bosan terus-terusan berada di ruangan yang sama.
Evelyn berusaha turun dari ranjangnya perlahan. Biasanya ia akan di bantu Luna atau Hilda, namun kali ini Evelyn sengaja tidak memanggil pelayan pribadinya itu karena ia merasa kakinya sudah jauh lebih baik sekarang.
Evelyn berjalan perlahan menuju ambang pintu untuk keluar dari kamarnya, ia sudah bisa berjalan sendiri walau sedikit tertatih. Hari ini ia ingin mengirup udara segar di taman kediaman duke.
Evelyn dengan hati-hati menuruni beberapa undakan tangga pada teras, namun saat menapaki tangga ketiga, kakinya tiba-tiba kram sehingga tubuhnya oleng kedepan. Gadis itu memejamkan matanya erat, pasrah saat tubuhnya akan terjatuh. Namun sebelum menyentuh tanah, Evelyn merasakan seseorang menahan pinggangnya dari bawah.
Evelyn membuka matanya perlahan dan mendapati Sebastian lah orang yang sudah menyelamatkannya. Pria itu menatap Evelyn dengan raut terkejut, untung saja ada dirinya, kalau tidak mungkin gadis itu sudah terluka sekarang.
"Apa yang kakak lakukan di sini?" tanya Sebastian heran, bukankah seharusnya gadis itu berada di kamar untuk memulihkan lukanya.
Dari kejauhan, Felix yang saat itu tengah mencari keberadaan Evelyn melebarkan matanya melihat sebastian memeluk Evelyn. Sebelumnya, Felix mencari Evelyn dikamarnya, karena ia tidak ada di sana, ia pun pergi mencarinya keluar. Namun pemandangan yang dilihatnya saat ini membuatnya geram. Pria itu pun berjalan menghampiri keduanya dengan langkah cepat.
"Aku hanya ingin ..." sebelum Evelyn menyelesaikan kalimatnya, seseorang memotongnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" petanyaan Felix sontak membuat Evelyn dan Sebastian terkejut.
Sebastian segera melepaskan Evelyn setelah gadis itu memperbaiki posisinya. Ia kemudian menatap Felix yang terlihat marah. Kenapa disaat seperti ini Felix tiba-tiba datang. Pasti pria itu pasti akan salah paham.
Felix menatap dingin kearah Sebastian sembari berjalan kearahnya "Berani-beraninya kau menyentuhnya?" tanyanya gusar sembari mencengkeram kerah Sebastian, tak terima wanita miliknya di sentuh oleh pria lain walaupun itu saudaranya sekalipun.
"Felix tunggu! Ini bukan seperti yang kau pikirkan. Dengarkan dulu penjelasanku" Evelyn berusaha melerai keduanya, gadis itu terlihat panik saat Felix hendak memukul sebastian.
Felix tak menghiraukan ucapan evelyn, Felix menyorot penuh amarah pada pria didepannya. Sementara sebastian hanya diam tak berkutik.
Evelyn menggenggam tangan Felix "Tolong jangan memukulnya, Sebastian tadi hanya menyelamatkanku saat aku akan terjatuh" ungkapnya, ia berusaha menghentikan Felix sebelum ia memukul Sebastian.
Felix mendengus kesal kemudian mendorong tubuh sebastian menjauh darinya. Pria itu kemudian menarik tangan Evelyn untuk masuk kembali ke dalam tanpa sepatah katapun.
"Felix, tunggu sebentar! Kakiku masih sakit" pinta Evelyn berusaha menjajarkan langkah kakinya dengan Felix. Ia merasakan nyeri pada kakinya karena Felix membawanya berjalan terlalu cepat.
Felix tiba-tiba menghentikan langkahnya tak jauh dari pintu masuk. Pria itu sedikit mendorong bahu Evelyn hingga punggungnya menempel pada tembok "Aku tidak bisa membiarkan orang itu tetap tingga di tempat ini" ujarnya menatap dalam bola mata Evelyn, ia seolah takut seseorang merebut gadis itu darinya.
Evelyn menggelengkan kepalanya pelan, "Bukankah tadi sudah ku katakan kalau Sebastian hanya menolongku, apa kau tidak mempercayaiku?" Evelyn mengerjabkan matanya, berusaha menyakinkan pria didepannya itu.
"Aku percaya padamu, tapi tidak dengannya. Dia mungkin saja bertindak lebih jauh" tatapan matanya perlahan berubah menjadi tatapan khawatir. Ketakutannya bukanlah hanya keresahan belaka, selama ini Felix melihat ketertarikan Sebastian pada Evelyn dan itu mengganggu pikirannya.
"Aku dan Sebas..." sebelum Evelyn meyelesaikan kalimatnya, Felix lebih dulu menyambar bibirnya dengan rakus. Evelyn terbalalak saat bibirnya dilumat cukup kasar oleh pria didepanya itu. Walaupun begitu Evelyn tidak bisa mendorongnya, ia memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan pada bibirnya. Felix memang sengaja mencium Evelyn secara tiba-tiba karena ia tidak suka Evelyn menyebut nama pria lain dihadapannya.
Evelyn bernafas terengah-engah setelah Felix melepaskan ciumannya, pria itu hampir saja membuatnya kehilangan nafas kalau saja ia tak berhenti.
"Berjanjilah kalau kau tidak akan dekat-dekat dengannya!" pinta Felix dengan suara rendah, sedikit memaksa.
"Baiklah, aku berjanji. Tapi kau tidak perlu sampai mengusirnya dari sini" pinta Evelyn yang tidak setuju saat Felix mengatakan akan mengusir Sebastian dari mansion, padahal Sebastian tidak melakukan kesalahan apapun.
Felix mengernyitkan keningnya "Baiklah, aku akan tetap membiarkannya tinggal di sini" ucapnya setengah hati. "Madam Camilla sudah datang, sebaiknya kita segera menemuinya di ruang tamu" sambung Felix yang mengungkapkan tujuan awalnya mencari Evelyn.
Madam Camilla adalah salah satu desainer terbaik di ibu kota yang akan membuat gaun pengantin Evelyn. Felix sengaja memilihnya karena gaun yang ia desain memiliki kualitas yang tinggi dan gaun yang ia rancang selalu menjadi trend diantara para bangsawan.
"Baiklah, tapi aku akan kesana setelah berganti pakaian lebih dulu" pintanya untuk menunggu sebentar. Evelyn ingin berganti pakaian yang lebih baik saat akan menemui tamunya.
"Tidak perlu, kau masih terlihat cantik bagaimanapun penampilanmu saat ini" ucap Felix jujur seraya tersenyum tipis. Felix mengatakan itu bukan untuk membual. Baginya, Evelyn akan selalu cantik dimatanya, walaupun gadis itu mengenakan gaun lusuh sekalipun.
Pipi Evelyn seketika terasa panas mendengar pujian dari Felix "Aku hanya akan berganti sebentar saja" desak Evelyn yang bersikeras ingin berganti pakaian.
Felix meraih pingang Evelyn dan menggendongnya "Tidak ada waktu lagi, kita sudah membuatnya menunggu lama" ujarnya sembari berjalan menuju ruang tamu untuk menemui nyonya Camilla.
"Felix, turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri" Evelyn sedikit berontak, ada perasaan malu saat ia berpapasan dengan beberapa pelayan di sepanjang koridor.
"Bukankah kau bilang tadi kakimu masih sakit. Jadi biarkan aku membawamu ke sana" Felix terus membopong gadis itu tanpa memedulikan permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Fiance's Obsession
Tarihi KurguKehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Setelah kehilangan rumahnya, evelyn dan kedua adiknya tinggal disebuah rumah kecil yang ada di pinggir...