#16 Confused

1.2K 133 3
                                    

Pagi-pagi benar, Faye sudah bangun dan bersiap untuk kembali menjemput Yoko lalu mengantarkan gadis itu berangkat ke kampus. Sang Adik mengintip dari dapur setelah membuatkan Kakaknya bento untuk dibawa.

"Kau tidak perlu repot-repot membuatkan aku sarapan, aku bisa beli bubur." Faye tetap menerima kotak makan yang diberikan oleh Friend dan menyimpannya ke dalam ransel.

"Aku sedang mencoba resep baru, kalau menurutmu enak, nanti aku masukan ke dalam menu kafe," Friend melipat kedua tangannya dan menunggu sang kakak untuk pergi bekerja, "apa yang harus aku katakan pada Daddy dan Mommy kalau mereka mencari kau?"

"Maksudmu?"

"Kalian sudah bangun? Pagi-pagi begini?" Tuan Chirathivat turun dari tangga dan berjalan menghampiri kedua anak perempuannya, "kau mau kemana Faye?" bahkan tatapan lelaki itu terlihat memperhatikan penampilan Faye yang sudah rapi bahkan parfumnya yang maskulin dan harum pun tercium olehnya.

"Ada urusan, Dad. Harus pergi pagi-pagi, ini sekalian dibawain bekal oleh Dede." Senyum Faye berusaha mencairkan suasana.

"Da de da de terus...." Friend yang awalnya tersenyum juga setelah mendengar panggilan dari sang Kakak segera merubah senyumnya menjadi senyum masam.

"Oh ya sudah, hati-hati." Senyum Tuan Chirathivat, lelaki itu kemudian duduk di sofa dan kembali melihat ponselnya yang sudah pasti dipenuhi oleh pemberitahuan mengenai perusahaannya sendiri.

Faye segera meninggalkan rumah sebelum ada pertanyaan lain yang akan dilontarkan oleh sang ayah, "Faye..."

Langkah Faye kembali terhenti, ia memejamkan matanya sejenak lalu berbalik dengan senyuman menanggapi panggilan Tuan Chirathivat, "Ya, Dad?"

"Bisakah kau mengurus kerja sama dengan keluarga Sukvimol?" Faye saling bertukar pandang untuk ke sekian kalinya dengan sang Adik saat Tuan Chirathivat masih sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa harus Faye, Dad? Kan ada Friend."

"Apa?!" sang Adik berusaha melakukan protes dengan memberikan isyarat pada Kakaknya.

"Friend juga yang memegang kerja sama dengan Richie dari keluarga Armstrong kan, Dad?" lagi-lagi Faye menambahkan alasan lain untuk meyakinkan sang Ayah.

"Sial!!" bisik Friend yang kesal segera membuka apronnya dan meremasnya dengan keras.

"Benar, dia juga bisa melakukannya," Faye menelan air liurnya padahal tenggorokannya terasa sangat kering, "ya sudah, biar dia saja yang mengurusnya. De, tapi dokumennya tetap harus ada ya, kapan kau bisa ke Bangkok?"

Friend menggelengkan kepalanya pelan sembari menatap kesal sang Kakak, "Kapan saja bisa, Dad. Nanti aku akan urus semuanya, Daddy kabari saja kapan aku harus antarkan berkasnya ke Bangkok."

Gadis itu berusaha untuk tidak mengecewakan sang Ayah, menurutnya ini hanyalah kerjaan mudah tapi tentu saja Faye, sang Kakak harus membayar upah yang tidak murah untuk kebohongan ini.

***

Saat makan siang, Faye memakan bekal yang sudah dibuatkan oleh Friend, tidak mewah karena isinya hanya ada nasi goreng dengan campuran vegetable mix, telur dadar dan beberapa potong nugget.

"Apa bedanya dengan nasi goreng yang sudah ada?" ketika Faye mencoba isi bekalnya, ia seketika teringat masa kecilnya. Sang ibu yang selalu membuatkan menu masakan ini ketika ia akan berangkat sekolah, tidak sama tapi hampir mendekati sempurna menurutnya.

"Telur dadar ini...." Faye mengunyah setiap suapan dengan mata tertutup, ia benar-benar merasakan kembali suasana masa kecilnya. Semuanya hanya karena telur dadar di dalam nasi goreng ini.

Secret Mission [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang