#30 Fantasy

1.2K 130 13
                                    

Keluarga Lloyd tiba di bandara dan akan di jadwalkan untuk terbang dalam 3 jam lagi, Faye membawa barang-barang yang memang bisa ia bawa dari bagasi mobil keluarga itu.

Tuan Lloyd menjabat tangan Faye dengan erat dan berkali-kali mengucapkan terima kasih dengan semua yang sudah dikerjakan oleh wanita tersebut, "Terima kasih karena sudah mau menemani keluarga kami selama berada di Indonesia, Faye." Senyum Tuan Lloyd.

"Terima kasih karena sudah mau menjadi supir pribadi anak kami, Faye, semoga kita bisa bertemu lagi." Nyonya Lloyd juga menepuk-nepuk bahu Faye dengan lembut, sama seperti Ibunya sendiri.

"Sama-sama, Tuan, Nyonya. Senang bekerja dengan keluarga anda, hati-hati di jalan dan sampai bertemu lagi." Faye mengangguk beberapa kali dan memberikan senyuman terbaiknya.

"Bayaranmu sudah saya transfer, sekali lagi terima kasih."

"Ah iya terima kasih, Tuan."

Ketika Tuan dan Nyonya Lloyd sudah bergegas membawa koper mereka masing-masing, Marissa masih tetap diam mematung dan menatap ke arah Faye.

"Marissa?" panggil Tuan Lloyd.

"Aku akan berpamitan sebentar lagi dengan Phi Faye, Yah," alasannya.

"Baiklah, Ayah tunggu disana ya, jangan lama-lama."

"Ya, sebentar..."

Setelah suasana perpisahan itu cukup hangat karena keberadaan Tuan dan Nyonya Lloyd, kini suasana sudah terasa jauh berbeda ketika hanya ada Marissa dan Faye disana. Mereka berdua masih terkekang oleh situasi kemarin malam, tentang perasaan itu.

"Phi Faye..."

"Ya, Marissa?"

"Terima kasih karena sudah mau menjadi supir pribadiku selama berada disini, kau sudah mengajakku ke berbagai macam tempat yang asyik dan seru. Menghabiskan waktu bersamamu juga sangat-sangat menyenangkan, jadi... terima kasih." Faye mengangguk tapi ia tidak tau harus membalasnya dengan perkataan apa.

"Apakah, pacarmu itu adalah Yoko Apasra anak dari tuan Sukvimol?"

Ini bukanlah pertanyaan sulit tapi pertanyaan ini berhasil membuat lidahnya terasa kelu, sosok yang selalu menjadi obsesinya dan gadis yang sangat ia idam-idamkan itu tiba-tiba dipertanyakan statusnya.

"Aku pikir kita tidak akan membicarakan ini lagi, Kak." Faye berusaha menghindari pertanyaan Marissa.

"Aku mohon Phi Faye, jawab saja pertanyaan terakhir dariku ini," Faye menoleh ke arah lain sesaat sebelumnya, ia berpikir sejenak dan memantapkan jawaban yang akan ia berikan, "apakah dia orangnya?"

"Iya, dia orangnya."

"Ya, meskipun itu cuma harapan kosong." Kekeh Faye dalam hati.

"Berarti dia mengatakan hal yang benar," wajah Faye segera berubah ketika mendengarkan kalimat terakhir yang Marissa katakan, "aku kira dia berbohong dan mengada-ada ternyata ia mengatakan hal yang sebenarnya, maafkan aku karena tidak menganggapnya sebagai hal yang serius."

"Kapan dia mengatakannya?"

"Waktu di Bandung. Kalian cocok, saling melengkapi...," Faye tidak menyangka kalau Yoko akan mengatakan hal seperti ini kepada Marissa, ini diluar dari dugaannya. Ia berpikir kalau selama ini hanya dirinyalah yang menaruh hati pada sang anak majikan tapi nyatanya Yoko juga memiliki perasaan yang sama, "aku pergi dulu, selamat tinggal Phi."

"Ya, hati-hati," Faye melihat punggung Marissa yang semakin lama semakin menjauh darinya, tidak ia sangka jika hal seperti ini harus ia ketahui dari orang lain bukan dari Yoko sendiri, "Aku harus menanyakan kebenaran ini dari bocah tengil itu, aku tidak mimpi kan?" Faye berusaha menyadarkan dirinya sendiri, "Yoko bisa berani mengatakan hal seperti... itu?"

Secret Mission [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang