#32 Lust

1.2K 125 8
                                    

Yoko duduk bersama keluarganya di ruang makan, seperti biasa mereka akan berada di satu meja makan saat jam makan tiba. Neko yang duduk di hadapannya tidak memberikan respon yang berarti setelah kejadian kemarin, Yoko sendiri belum ada niat untuk memberitahukan hubungannya bersama Faye kepada sang Kakak.

"Ayah dan Ibu akan pergi ke Thailand, apakah kalian tidak mau ikut?" tanya Nyonya Sukvimol.

"Tidak, Bu. Aku masih banyak kerjaan kampus, Neko saja yang ikut." Racau Yoko sembari menikmati menu makan malamnya.

"Aku juga tidak bisa, aku banyak kegiatan, Bu. Kapan-kapan lagi saja," senyum Neko, "memangnya ada urusan apa ke Thailand?"

"Central World baru saja meresmikan bangunan baru mereka dan Ayah di undang untuk datang kesana."

"Lagi-lagi Central World," Neko melirik ke arah Yoko dan melihat adiknya itu mengernyitkan dahinya.

"Kalian perginya lama?" Yoko mengunyah suapan terakhir makan malamnya.

"1 minggu saja."

"Apa yang bisa aku lakukan bersama Phi Faye selama 1 minggu ya?" ada banyak hal yang terlintas di benak Yoko, ia tidak lagi memikirkan rencana nakal seperti dulu. Setelah memiliki hubungan resmi dengan sang supir, Yoko akan fokus menghabiskan waktu dengan kekasihnya itu.

Setelah melewati 1 bulan tanpa adanya Faye, Yoko kini melihat kunci mobil Land Cruiser yang biasanya ia ambil sendiri dari atas meja ruang tamu pun sudah tidak ada, pertanda seseorang sudah mempersiapkan mobilnya.

"Selamat memulai pekerjaanmu kembali," sang Ayah dan sang supir berdiri di teras rumah sembari menatap ke arah halaman, "kau menyelesaikan tugasmu dengan sangat baik, nanti kalau ada–,"

"Tidak ada," Yoko segera memotong ucapan Ayahnya, membuat mereka berdua menoleh ke arah kedatangan Yoko, "Ayah tidak bisa merekomendasikan Phi Faye lagi kepada kolega Ayah yang lain tanpa seizinku." Ucap Yoko seolah melindungi sang supir.

"Bukankah itu pekerjaan bagus untuk Faye? Jadi ia bisa mengenal banyak kolega Ayah, Yo."

"Tidak, aku tidak mengizinkannya, lagi pula sekarang-sekarang aku sedang sibuk dengan kegiatan lain," Yoko menoleh ke arah Faye, "jadi aku akan membutuhkan Phi Faye kemana pun aku pergi, Yah."

Tuan Sukvimol menarik napas panjang, "Baiklah, Ayah tidak akan mengganggumu karena kau sudah menepati janjimu untuk menjadi anak baik selama Faye tidak ada, maka Ayah juga akan melakukan hal yang sama. Ayah akan mendengarkanmu." Lelaki itu mengelus pucuk kepala Yoko dengan lembut.

"Kalau begitu, saya pamit dulu, Tuan. Karena Yoko harus segera berangkat ke kampus."

Yoko pun mengikuti sang supir berjalan menuju mobilnya dan masuk ke mobil tanpa ada drama seperti sebelumnya.

"Anak baik, huh?" senyum Faye sembari memakai sabuk pengaman.

"Tentu saja, Ayah sendiri bilang kalau aku anak baik, masa Phi Faye tidak," Yoko tersenyum miring ke arah Faye, "aku kan anak baik."

"Apakah anak baik sepertimu akan menuruti semua yang aku perintahkan?"

"Tentu saja."

***

Di sela-sela waktu luangnya, selesai mengantar dan menjemput Yoko dari kampus, Faye menyempatkan diri untuk belajar membuat beberapa simpul shibari secara diam-diam. Awalnya ia hanya bisa membuat simpul mati dan simpul hidup saja, sekarang ia bisa membuat beberapa simpul dasar untuk mengikat pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Faye juga mempraktikkannya sendiri dan mengukur seberapa kuat simpul yang ia buat.

Tok... tok... tok...

Belum sempat Faye berdiri untuk membukakan pintu kamarnya, Yoko segera masuk setelah menengok apakah ada Faye di dalam tidak, "Phi Faye?"

Secret Mission [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang