Beberapa hari terakhir setelah Faye mengantarkan keluarga Lloyd mengunjungi para pebisnis terakhir yang ingin menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahannya akhirnya Faye bisa beristirahat dan tidak terasa sebulan sudah hampir terlewati. Lebih tepatnya sekitar 3 minggu lebih sedikit.
Tok... tok... tok...
Pintu kamarnya diketuk oleh seseorang, Faye yang memutuskan untuk tidur di rumah keluarga Lloyd pun segera membukakan pintu kamarnya.
"Phi Faye," Marissa berdiri di hadapannya sembari memegang sebuah benda, "bolehkah aku masuk?"
Awalnya Faye terdiam sembari masih memegang gagang pintunya, "Silakan, Kak." Angguk Faye lalu membuka pintu kamarnya sedikit lebih lebar.
Namun hal yang tidak ia duga adalah ketika Marissa menutup kembali pintu kamarnya padahal Faye berniat untuk membiarkan pintunya tetap terbuka.
"Apa-apaan dia?" Faye memutar bola matanya dengan malas, hal seperti itu tidak seharusnya dilakukan oleh sang anak majikan, Faye hanya berusaha mengurangi kecurigaan orang rumah.
"Karena besok aku akan pulang aku ingin memberikan sesuatu sebagai kenang-kenangan yang mungkin bisa kau pakai." Marissa yang sudah duduk di sisi kasur Faye menyodorkan kotak yang sedari tadi ia bawa.
"Apa ini?" Faye yang berdiri di hadapan Marissa pun memaksa gadis itu untuk mendongak.
"Hadiah, Phi buka saja sendiri."
Faye membuka kotak tersebut yang ternyata berisikan sebuah jam tangan mewah berwarna silver. Faye menelan liurnya, ia tau kalau barang ini bukanlah barang murah dan Marissa tidak akan mengeluarkan uang dengan cuma-cuma hanya untuk memberikannya hadiah seperti ini.
"Jam tangan?"
"Iya, jam tangan, aku tau kau terbiasa mengenakan jam tangan juga jadi aku pikir kalau kau bisa punya jam tangan cadangan adalah hal yang bagus." Senyumnya, tapi senyuman Marissa perlahan memudar ketika Faye menutup kembali kotak hadiah yang dipegangnya tanpa mencobanya terlebih dahulu.
"Terima kasih karena sudah mau memberikan hadiah ini kepadaku, sebenarnya tidak perlu repot-repot untuk membeli barang mewah seperti ini," Faye memaksakan senyumannya, "tapi sekali lagi terima kasih."
"Hmm, ya Phi, sama-sama," Faye tidak mempersiapkan topik pembicaraan apapun untuk dibicarakan karena ini terjadi secara tiba-tiba jadi ia memilih untuk membuang pandangannya ke arah jendela dan tetap berdiri di hadapan Marissa, "Phi Faye..."
Gadis itu berdiri dan memangkas jarak di antara mereka, saat Marissa berdiri tubuhnya seketika sudah berada sangat dekat dengan sang supir, "Phi..." bisiknya hampir tidak terdengar.
"Ya?"
"Selain hadiah ini, aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu..." Faye menangkap tatapan Marissa yang sesekali selalu melihat ke arah bibirnya.
"Kalau Phi Faye tidak keberatan, aku ingin memastikan pertanyaan yang selalu aku pikirkan selama ini." Marissa memberanikan diri untuk mulai menatap mata Faye dalam-dalam.
"Jangan bilang..." batin Faye.
"Apakah Phi Faye sudah punya pacar? Karena–," Marissa meremas sisi pakaiannya.
"Aku sudah memiliki pacar," berbeda dengan jawabannya beberapa waktu lalu, Faye segera memotong ucapan Marissa sebelum gadis itu mengakhiri kalimatnya, "maaf aku berbohong padamu kemarin tapi aku merasa kalau ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku, jadi aku memilih untuk diam saja." Faye merasa tidak nyaman dengan suasana ini, justru inilah kebohongannya. Berbohong mengatakan kalau ia sudah memiliki kekasih padahal belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission [END]
Fiksi PenggemarTentang seorang gadis yang menggemaskan, cantik, pintar dan berbakat dalam segala hal tetapi cukup licik untuk mengelabui keluarga dan orang sekitarnya. Sang Ayah terpaksa meredam kenakalan anak bungsunya itu dengan berbagai cara sampai harus mencar...