Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Marissa bisa beradaptasi dengan lingkungan dan udara kota Jakarta, ia tampak tidak terlihat kelelahan sama sekali dan napsu makannya tetap terjaga saat asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya membuatkan hidangan dengan menu khas masakan Indonesia.
Tuan dan Nyonya Lloyd sedang pergi bersama supirnya yang lain meninggalkan Faye dan Marissa di rumah, "Apakah kau tau club malam yang enak di sekitar sini?" tanya gadis itu sembari menikmati makan siangnya.
"Ada," Faye yang duduk di seberangnya mengangguk dan berpikiran untuk mengajak Marissa ke club milik Sulax, "mau aku pesankan sekarang mejanya?"
"Oh, kau sudah biasa pergi kesana?"
"Pemilik club itu adalah temanku," senyum Faye, "kita bisa pergi saat masih sore jadi tidak pulang terlalu malam."
"Ide bagus." Marissa selalu merespon semua perbincangan mereka berdua dengan senyuman yang tidak pernah luntur. Berbeda dengan Yoko yang selalu memberikan wajah dingin dan acuh.
"Apa yang sedang bocah itu lakukan sekarang ya? Apakah Andre menjaganya dengan baik?" alih-alih mengirimi Sulax pesan, Faye sekilas melihat kontak milik Yoko dan membaca kembali pesan-pesan yang pernah mereka kirim. Tidak ada lagi perbincangan setelah ia keluar dari rumah Tuan Sukvimol, Yoko tidak lagi menghubunginya, sama sekali.
"Phi Faye..." panggilan dari Marissa membuat Faye menoleh, "mau jam berapa kita berangkat nanti?" seluruh alat makan yang sudah selesai ia gunakan sedang dibereskan oleh sang asisten rumah tangga.
"Jam berapa pun kau siap, Marissa."
"Baiklah, jam 7 saja." Faye pun pamit pergi untuk beristirahat di kamar yang sudah disediakan oleh tuan Lloyd sampai waktunya mereka pergi nanti.
***
"Jadi aku membuat kesepakatan dengan ayah agar ia mau mengizinkanku pergi tanpa pengawal," Neko mendengarkan semua cerita sang adik, dirinya tidak bisa berkata-kata lagi, "jadi aku sekarang sudah bebas untuk pergi tanpa pengawal." Senyum Yoko.
"Sebenarnya ya, aku itu bingung, kau mau Faye kembali bekerja atau tidak?"
"Mau." Sang adik mulai menepikan mobilnya ketika ia sudah sampai di tempat yang mereka tuju.
"Lalu bagaimana mungkin kau mengambil resiko yang sangat besar seperti itu, maksudku dengan taruhan seperti itu. Ketika kau kalah, Faye akan di pecat, Yo." Mereka berdua keluar dari mobil, Yoko memberikan kunci mobilnya kepada seorang valet.
"Ya aku akan bermain cantik, aku tidak mungkin gegabah," Yoko merangkul tubuh Neko, "makanya aku mengajakmu kemari, ya ya ya ya..."
"Aishh...." Dengus Neko, mereka berdua masuk ke club milik Sulax, sang adik mengajak kakaknya untuk minum-minum bersama bahkan beberapa hari setelah ia terlepas dari pengawalnya.
Sulax memberikan salam pada mereka berdua dan memberitahukan Neko dan Yoko ruang VIP yang sudah mereka pesan, "Aku harus mengurus hal lain dan tidak bisa menemani kalian minum, jadi tidak apa-apa kan kalau aku izin sebentar?" tanya Sulax.
"Tidak apa-apa, Phi." Neko dan Yoko memesan 2 botol minuman, mereka menikmati setiap tegukan dari gelas mereka masing-masing.
"Sebaiknya kau tidak minum terlalu banyak, Yo. Kalau ayah lihat kau mabuk tanpa di dampingi oleh pengawal, ini adalah awal kehancuranmu." Neko kembali mengingatkan Yoko tentang kesepakatannya dengan sang ayah.
"Aku akan berhati-hati, aku tidak akan minum terlalu banyak di awal." Semua ini Yoko lakukan untuk mengesampingkan pikirannya yang terus terbayang-bayang sosok Faye.
"Jika saja Phi Faye ada disini, dia pasti akan menjagaku. Dia akan minum bersamaku dan kita akan mabuk bersama-sama lagi seperti waktu itu."
Terus menerus memikirkan kapan Faye akan kembali bekerja dengannya bukanlah hal yang mudah. Keputusannya menjatuhkan dan membuka hatinya kembali untuk orang lain dan berhenti mengharapkan kasih sayang tuan Sukvimol tidak berjalan semudah yang ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission [END]
FanficTentang seorang gadis yang menggemaskan, cantik, pintar dan berbakat dalam segala hal tetapi cukup licik untuk mengelabui keluarga dan orang sekitarnya. Sang Ayah terpaksa meredam kenakalan anak bungsunya itu dengan berbagai cara sampai harus mencar...