#7 Porridge

1.1K 130 6
                                    

Meskipun ia melihat tubuh sang supir pribadi sudah babak belur karena kecelakaan yang ia lakukan tapi Yoko tetap tidak peduli dengan keadaan Faye. Ia masuk ke dalam ruang wardrobenya dan menggeser beberapa barang di sudut ruangan, entah apa yang Yoko pikirkan, gadis itu membawa masuk sebuah meja berukuran sedang ke dalam sana beserta sebuah kursi.

"Apa yang harus aku lakukan agar dia bisa keluar dari rumah ini? Apakah aku harus membunuhnya?" Terlintas pikiran seperti itu di benak Yoko karena ia sudah sangat frustasi, selama beberapa hari ini Faye tidak kunjung menyerah padanya.

"Tidak, tidak, itu akan menjadi masalah yang sangat rumit kalau sampai ada korban disini, lagi pula aku kan anak baik bagaimana bisa aku membunuh seseorang hanya karena aku tidak suka dengannya?" Yoko berjalan kesana kemari sembari membawa kertas dan sebuah pulpen, ia menuliskan banyak sekali rencana yang menurutnya bisa segera membuat Faye benar-benar selesai sekarang.

Yoko berpindah tempat menuju ke arah balkon kamarnya, pikirnya semoga saja dengan terpapar angin luar ia akan mendapatkan lebih banyak inspirasi. Tapi dari sudut matanya, Yoko melihat Faye sedang mengobati luka-lukanya sendirian, ada rasa kasihan yang ia rasakan jauh di dalam hatinya tapi semua itu perlahan-lahan tertutup setelah mengingat kembali adanya Faye justru membuat kehidupannya berjalan semakin sulit dan semakin jauh dari yang ia inginkan.

Faye membawa kotak obat yang Jessie berikan padanya, kalau-kalau ia ingin mengobati luka-lukanya sendiri di kamar, "sepertinya aku harus meminta izin pulang sehari pada Tuan Sukvimol...." Pikir Faye.

"Luka seperti ini saja sih tidak ada apa-apanya, aku pernah mengalami luka yang lebih parah. Tapi bertemu dengan anak nakal seperti dia, dia lebih parah dari anak-anak konglomerat lainnya." Faye kembali membereskan semua obat-obatan yang sudah selesai ia gunakan, melihat Faye mulai berdiri dari sisi kasurnya Yoko segera masuk kembali ke dalam kamar dan menutup pintu balkonnya.

Semua rencana Yoko, ia tempel di dekat meja sedang yang sudah ia masukan ke dalam ruang wardrobenya. Karena hanya ia yang akan masuk ke kamar, ia mengunci ruang wardrobenya dan menyimpan kuncinya di tempat yang aman.

***

"Ayah bilang kalau kau akan izin beberapa hari untuk pulang, benarkah itu?" Neko menghampiri Faye yang sedang membuat secangkir minuman hangat di dapur belakang.

"Iya," Faye membawa cangkirnya ke halaman belakang dan duduk disana diikuti oleh Neko, "karena tubuhku terasa sangat sakit, aku ingin beristirahat sehari saja tidak sampai beberapa hari."

"Kalau Yoko akan pergi di hari kau mengambil libur bagaimana?" Neko terlihat tertunduk sembari memainkan ponselnya.

"Ya sudah aku akan kemari dan menjemputnya, semudah itu. Kau mau minuman hangat juga?" Faye menawarkan diri untuk membuatkan minuman hangat untuk Neko.

"Teh manis hangat saja satu," Faye mengangguk dan mulai membuatkan minuman yang Neko minta, "Phi, benarkah kau adalah teman dekatnya Lux Sulax?" tanya Neko penasaran.

"Kenapa memangnya?"

"Karena aku mendapatkan rekomendasi dari dia, maka dari itu aku memberitahu ayah agar meminta nomormu kepada Tuan Suppachai."

"Iya, kami berdua teman dekat. Sangat dekat sekali bahkan...," Faye menyajikan segelas teh manis hangat sesuai dengan yang Neko minta, "silakan."

"Terima kasih." Neko memeluk gelas tersebut dan merasa sangat nyaman karena gelasnya hangat.

Neko dan Faye terus berbincang beberapa hal antara pertemanannya dengan Sulax tanpa mereka berdua tau kalau Yoko sedang berada di belakang tembok yang ada tidak jauh dari mereka berdua sembari mendengar semua pembicaraan itu.

Secret Mission [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang