#17 Departure

1K 135 5
                                    

Yoko mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya, itu adalah struk pembelanjaan tadi sore. Gadis itu menempelkannya di gabus yang sudah ia pasang di tembok ruang wardrobenya. Yoko menunjukan smirknya dan terus menatap struk belanja tersebut.

"Aku tau kalau kau bisa membeli semua barang barusan dengan uangmu sendiri, tapi..." Yoko duduk di kursi dan menopang dagunya dengan kedua tangan, "aku lebih merasa bahagia ketika aku bisa membelikanmu sesuatu," Yoko menggeleng cepat, "tidak tidak, bukan–"

Ia menatap ke arah lemari tempat dimana ia menyimpan baju-baju untuk hobi dirtbikenya, "ini bukanlah kebahagiaan, ini hanyalah sebuah ucapan terima kasih," Yoko membuka lemari itu dan mengeluarkan sebuah jersey yang berada di sebuah gantungan baju, "terima kasih karena masih mau bekerja menjadi supirku." Senyum Yoko.

Di bagian rumah yang lain, Faye duduk di dapur belakang sembari bersandar dan sibuk memainkan ponselnya. Disana ada Jessie, Indra dan beberapa pegawai lain yang jam kerjanya sudah selesai hari itu.

Drrtt... drrtt...

Faye bangun dari duduknya dan pergi ke belakang, sebuah telpon dari pemilik club langganannya menelpon.

"Halo?"

"Kata Neko kau akan ikut pergi ke villa keluarga tuan Sukvimol, benarkah?" Faye sadar kalau Sulax berteman baik dengan Neko tapi ia tidak tau kalau temannya itu akan ikut pergi pada acara akhir pekan.

"Kau ikut juga?"

"Kalau orang nanya itu di jawab dulu bukan balik bertanya!"

Faye segera menjauhkan ponselnya ketika Sulax berteriak padanya, "Ya ya, aku ikut karena–,"

"Karena apa?"

"Karena Yoko ikut." Jawab Faye singkat, keheningan segera terdengar di antara mereka padahal menurut Faye tidak ada yang salah dengan jawabannya, "Sulax?"

"Kalian akan berduaan?"

"Orang gila! Kan aku supirnya ya aku harus menemaninya kemana pun dia pergi termasuk ke villa keluarga Sukvimol."

Kini giliran Sulax yang sepertinya menjauhkan ponsel itu dari telinganya, "Ya sudah sampai bertemu disana." Faye tidak peduli bagaimana keadaan telinga temannya itu, segala hal yang sudah terjadi hari ini membuat kepalanya terasa pening. Anak bungsu tuan Sukvimol semakin sulit untuk di mengerti apalagi dengan kegiatannya akhir-akhir ini.

Di pagi hari saat Tuan Sukvimol sedang berdiri di teras sembari memandang ke arah halaman depan rumahnya, Faye segera menghampiri pria paruh baya itu dan menunduk beberapa kali, memberi salam.

"Selamat pagi, Tuan," Faye berusaha untuk bersikap sangat ramah dan sopan, "Tuan memanggil saya?"

"Iya, Faye. Bagaimana orang tuamu? Apakah mereka menikmati liburannya di Jakarta?"

Faye mengangguk, "Iya, Tuan. Mereka cukup menikmati liburan disini sayangnya kata daddy waktunya hanya sebentar, mereka harus kembali ke Bangkok hari ini." Faye berdiri setegap mungkin di samping Tuan Sukvimol.

"Jes–?" Yoko dan Neko berjalan bersama dengan kepala yang sama-sama tertunduk dan fokus pada ponsel mereka masing-masing.

Brugghh...

Neko yang sudah menghentikan langkahnya berbeda dengan sang adik yang menabrak sang supir pribadi sampai wajahnya yang polos tertegun sejenak.

"Ouh..." Yoko melihat tubuh di hadapannya dari kaki sampai kepala, "sejak kapan kau berdiri menghalangi jalan?"

"Aku sedang berbicara dengan Ayahmu," jelas Faye, "mau kemana?"

Tuan Sukvimol dan Neko sama-sama menoleh ke arah Yoko dan Faye.

Secret Mission [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang