#20 Realize

1K 133 6
                                    

Yoko dan Jessie tertidur lelap di sofa ruang tengah, tubuh mereka sangat lelah setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh sedangkan yang lainnya sedang menyiapkan makan malam dan sebagian lagi beristirahat.

"Mbak, kenapa diam?" Faye datang ke dapur dan menemukan seorang pembantu rumah tangga yang sedang melamun di depan bahan makanan yang mereka bawa tadi siang.

"Saya bingung Kak, bumbunya mau seperti apa. Kak Neko dan kak Yoko tidak bilang, bilangnya mau di pakai barbeque saja," ucapnya dengan nada yang memang terdengar sangat ragu, "saya takut salah." Tambahnya lagi.

"Biar saya bantu Mbak, tenang." Faye tersenyum dan mulai mengerjakan semua bahan masakan yang tersedia. Karena dirinya sendiri yang pergi berbelanja serta memilih bumbu, ia tidak takut kalau racikannya salah, ia sudah sering melakukan ini di rumah.

"Kakaknya biasa masak ya?" Arini, sang pembantu berusaha untuk membuka pembicaraan dengan Faye.

"Oh, tidak juga Mbak. Saya masak kalau lagi mau saja, kalau tidak mau ya tidak masak." Senyumnya, Faye hanya berusaha untuk menjadi orang yang ramah di lingkungan baru. Selagi sedang tidak ada pekerjaan yang harus ia kerjaan, Faye akan membantu semua pegawai disini melihat dari posisinya disana sebagai supir pribadi anak bungsu tuan Sukvimol.

"Kakaknya teman kak Neko atau kak Yoko? Soalnya saya belum pernah ketemu sama Kakak."

"Saya supir barunya Yoko, Mbak. Ini pertama kali juga saya kesini."

"Oh, supir. Tapi masa perempuan secantik Kakak ini jadi supirnya kak Yoko?" Mbak Rini mengernyitkan dahinya seakan tidak percaya.

"Tapi boleh-boleh saja kan, Mbak?"

"B-boleh, Kak."

Setelah selesai memarinasi daging yang akan dimasak, Faye akan mendiamkannya sampai bumbu meresap sempurna tapi sudah tidak ada lagi pekerjaan yang bisa ia lakukan jadi ia tetap menyibukkan diri dengan mempersiapkan hal yang lain.

"Kau memasak?" Sulax bersandar di bahu temannya itu dan melihat apa saja yang sudah Faye lakukan.

"Aku menyiapkan makan malam tapi belum di masak," jawabnya.

"Ada barbeque? Wah... nanti aku yang memanggang." Sulax membantu Faye mengeluarkan panggangannya ke halaman samping, mereka akan bersantai di luar villa karena langit malam ini sedang cerah.

Yoko terbangun dari tidurnya, ia melihat langit-langit ruang tengah yang sudah di terangi oleh lampu berwarna warm white itu. Tubuhnya masih berusaha mengumpulkan semua nyawa yang menghilang saat ia tertidur, Yoko menoleh ke sisi kirinya dimana Jessie baru saja terbangun dari tidurnya dan berjalan menuju dapur.

"Orang-orang pada kemana sih? Bukannya ini sudah tengah malam ya? Mereka tidak lelah?" pikirnya, Yoko menyambar ponselnya yang ia simpan di meja dan memeriksanya. Sayup-sayup ia bisa mendengar suara beberapa orang sedang berbincang tapi tidak di ruangan yang sama.

"Orang-orang pada kemana ini?!" geramnya, tak ingin penasaran sendirian, Yoko pun membuka pintu kaca yang mengarah langsung ke arah halaman samping tepat di depan kolam renang.

"Oii! Ini panas," Yoko menoleh ke arah sumber suara dan jelas ia mengetahui kalau itu adalah suara Sulax, "tidak usah di tiup, kan pakai kompor gas."

"Bukan aku yang niup itu, kan ada angin." Dea dan Lisa yang ikut menata semua daging di atas panggangan pun merubah posisi mereka, bergerak kesana kemari agar angin yang berhembus di sekitar kompor tidak membuat apinya bergoyang-goyang.

"Kalian masak makan malam?" lirih Yoko, suara parau khas orang baru bangun tidur terdengar jelas oleh Dea.

"Ayo makan." Neko dan Freen berjalan melewati Yoko yang masih mendekat dengan perlahan-lahan. Gadis itu tau kalau ia dan sang supirlah yang membeli semua kebutuhan makan malam hari ini kemarin.

Secret Mission [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang