2] ancaman

1.9K 262 29
                                    

gabisa, aku terlalu nganggur kalau hiatus

"...."

_____________________

Yoona memeluk erat lengan sang putra, keributan orang orang lain di bandara mendadak sunyi baginya, ia dihantui ketakutan, dadanya bergemuruh tak tenang.

"Ma? Mama baik baik aja?"

"A-ah iya, emm berapa menit lagi--"

"YOONA!"

Yoona dan Jemian kompak berhenti dan berbalik, terdiam kala menemukan Siwon berlari mendekat dengan beberapa bodyguard di belakang nya.

Jemian mengernyit tak suka, segera memeluk bahu sang ibu kala Siwon berhenti di hadapan mereka, "Ada apa?"

Siwon menatap keduanya lekat, "Ada apa? Seharusnya aku yang bertanya, kalian akan kemana?"

Yoona kian tak tenang, "Bukan urusan mu--"

"Ini hidup keluarga kami, kenapa anda ikut campur? Anda tak punya keluarga sendiri?" sinis Jemian kesal.

"Kalian tak boleh pergi, ah tidak, Jemian tak boleh pergi, kau tak bisa membawanya Yoona."

"Tak--bisa membawanya? Brengsek, dia putra ku! Berhenti mengganggu kami!"

Siwon menatap sekeliling, sadar beberapa orang mulai menatap mereka, dan mungkin saja mengenali Siwon, hal buruk jika ini di rekam dan di sebarkan.

"Kita bicara di tempat lain, disekitar sini ada restoran--"

"Tak ada yang perlu di bicarakan, pergilah," sela Yoona marah.

Siwon menghela nafas kasar, "Kau ingin bawahanku menyeret paksa Jemian ke mansion?"

Jemian dengan cepat menahan Yoona yang hendak maju, netra hazelnya menatap Siwon tajam, "Ma, kita bicara saja."

Yoona menatap putranya tak setuju, "Tapi--"

"Mama tak mau berpisah dari ku, kan?" bisik Jemian. Mungkin saja bawahan Siwon benar benar akan menyeretnya jika Yoona terus menolak, itu bukan hal susah bagi pria itu.

"...."

Jemian berdehem pelan, "Ayo kita bicara."

______________________________

Hening, keheningan menyelimuti ruangan makan tersebut. Jemian melirik tak minat ke sekitarnya.

Waah, orang kaya ini hanya bisa membuang buang uang ya? Untuk apa menyewa ruangan ini hanya untuk sebentar? Membuat mata Jemian sakit saja..

"Jadi? Tak ada yang ingin di bicarakan? Singkirkan makanan ini, siapa yang akan makan? Berhenti membuang waktu kami."

Yoona melirik putranya, kenapa--Jemian jadi kasar begini?

Siwon menghela nafas pelan, kembali meneliti penampilan Jemian untuk sesaat, "Yang ingin ku bicarakan sama seperti saat itu. Pulang lah dengan ku sebagai putraku yang selama ini ku sembunyikan."

"Dia bukan putra mu!" seru Yoona tak suka. Wanita yang mengenakan sweater biru itu mati matian berusaha menahan amarah nya.

Jemian mengusap tangan Yoona lembut, berusaha menenangkan sang ibu.

"Aku tak berniat untuk jadi putra mu, aku juga tak suka dengan kehidupan mu yang merepotkan, aku tak ingin jadi pewaris."

Jemian menarik senyum miring, "Kau membutuhkan ku untuk pewaris, bukan? Ambil saja anak dari jalang jalang mu, apa tak punya? Ayolah, kau bukan pria yang bersih seperti itu, bukan?"

Waah, Siwon tercengang dengan ucapan dan ejekan blak blakan Jemian..

Siwon menarik senyum tipis, "Benar, aku tak pernah bermain wanita. Jadi aku tak punya anak lain selain mu, tebakan mu salah, aku pria bersih yang seperti itu."

"Aku tak peduli, yang jelas aku tak mau. Cukup, kan? Ayo kita pergi, ma."

"Kau harus mau, atau--aku harus merebut hak asuh mu dari Yoona? Jemian, kau masih terlalu kecil untuk paham bagaimana dunia ini bekerja," Siwon ikut beranjak, lantas melangkah mendekati Jemian yang berdiri di depan Yoona.

"Aku bisa dengan mudah merebut mu kapan pun aku mau, tapi aku berbaik hati mengajak mu dengan baik, apa memang harus memaksa?"

PLAKK

Jemian terdiam, tak sempat mencegah kala Yoona maju dan menampar Siwon dengan kuat.

"Dasar pria tak tau malu," desis Yoona kesal, menatap tajam pada Siwon yang masih diam.

"Mau bagaimanapun dia tetap putraku--"

PLAKK

"DIA PUTRA KU! KAU TAK PERNAH ADA! SAAT AKU MELAHIRKANNYA! SAAT AKU MEMBESARKANNYA! APA KAU ADA? TIDAK! DAN KAU MASIH BERANI MENGAKUI JEMIAN PUTRA MU?!"

Nafas Yoona menderu, "Aku--yang melahirkannya, aku yang memberinya nama, aku yang merawat dan membesarkannya, sekarang apa hak mu datang dan ingin merebut putra ku?"

"Beraninya kau ingin mengambil putra ku? Aku akan membunuh mu jika kau melakukannya!"

Netra kelam Siwon menatap Yoona yang kini menangis, namun masih memasang tatapan tajam dan raut penuh amarah kendati wajahnya mulai basah dengan air mata.

Siwon memilih berbalik, "Aku tak peduli, jika Jemian memang tak mau, aku akan menyeretnya."

"KAU--"

Jemian segera menahan Yoona, memeluk wanita itu seerat yang ia bisa. Siwon kembali berbalik kala mendengar tangis Yoona.

"Aku akan ikut jika kau menuruti satu permintaan ku."

Siwon spontan menatap Jemian, "Apa--"

"Enggak, Jemian udah janji sama mama gak bakal pergi! Jemian gak boleh tinggalin mama!"

Jemian mengusap punggung Yoona lembut, "Mama, aku gak bakal pergi. Aku udah janji."

"Apa? Apa yang kau inginkan?" tanya Siwon mendesak.

Hening sesaat, netra Jemian dan Siwon beradu, suara isakan tangis Yoona yang perlahan mereda mengisi keheningan tersebut.

"Aku akan setuju untuk pulang sebagai putra mu--"

Yoona terpaku tak percaya dalam pelukan sang putra, "Jemian!"

"Asal mama juga pulang sebagai istri mu."

Deg

Tak hanya Yoona, Siwon kini ikut terpaku tak percaya. Namun raut serius Jemian menandakan bahwa anak itu memang tak bercanda.

"Seperti yang kau katakan tadi, aku akan pulang sebagai putra mu yang selama ini kau sembunyikan, begitu juga dengan mama. Katakan saja bahwa kau menyembunyikan kami karena kau takut kami terluka."

Jemian membiarkan Yoona menarik diri dari pelukannya, netra hazelnya masih menatap Siwon lekat.

"Dan mama--harus di hormati selayaknya seorang nyonya yang sah disana."

Jemian maju selangkah, "Kau memaksaku, kau mengancamku. Aku tak punya pilihan selain ikut."

"Tapi--aku bisa membuat kekacauan setiap harinya hingga keluarga besar mu muak dan nama baik mu hancur."

Jemian tak goyah, masih memasang tatapan tak ingin di bantah oleh siapapun, seolah permintaan nya mutlak harus di turuti, "Jadi--turuti kemauan ku agar aku juga menuruti kemauan mu."

"Aku juga mengancam mu, aku tak memberi pilihan lain selain iya, tuan Siwon."

"Atau kau siap saat media memberitakan putra tunggal mu ternyata seorang pemabuk dan gila bermain perempuan?"

"Ini--ancaman besar untuk seluruh hidup mu."









gimanaa? gimanaaa?

komen yang baaanyaaaaakkk

THE HEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang