"BAGAIMANA JIKA PUTRA KU DALAM BAHAYA?! KAU HARUSNYA BISA LEBIH BERHATI HATI!" Yoona berseru penuh amarah pada Siwon.
"Yoona--"
"Jika sampai putra ku terluka karena musuh mu! Kau akan tau akibatnya Siwon!"
Jemian yang sedaritadi diam memilih menarik sang ibu untuk mundur, "Ma udah--"
"Diam! Kamu lihat?! Kamu lihat gimana nyawa kita hampir dalam bahaya?! Kalau dia memang bisa di andalkan, kita gak akan gini!" Yoona menunjuk Siwon kesal.
Baiklah, Jemian rasa kesabaran Siwon mulai habis.
"Mama, kita baik baik aja, gak usah ribut lagi--"
"Gimana bisa, gara gara dia kamu luka gini, dia yang bawa kamu kesini tapi dia yang gak becus jadi ayah--"
"Yoona!"
Jemian sontak menatap Siwon tajam, menatap pria itu tak suka, "Turunkan nada bicara mu, tuan Siwon."
Siwon menarik nafas dalam, "Disini semuanya salah, sudah ku katakan untuk tak pergi dari mansion, kau bahkan tak mengabari ku--"
"Oh wow! Jadi sekarang aku harus mengabari mu tiap pergi?! Aku di kurung disini?!" Yoona menyela tak terima.
Jemian menyugar rambutnya kasar, sadar situasi semakin memanas, namun bagaimana cara menghentikan sepasang suami istri yang sedang ribut ini?!
"Ini demi kebaikan kalian! Aku berusaha melindungi kalian, apa kau tak mengerti?!"
Yoona tersenyum remeh, "Kau tau, jika sejak awal kau tak memaksa putra ku untuk masuk ke keluarga mu, ini semua tak akan terjadi. HARUSNYA KAU TAK MEMBAWA PUTRA KU KESINI! KAU YANG TAK MENGERTI!"
"Ma, aku pusing," bisik Jemian dari belakang, menunduk dan menidurkan kepalanya ke bahu sang ibu.
Yoona dengan cepat berbalik, meneliti wajah sang putra dengan tatapan khawatir, "Yaudah, ayo ke kamar. Kamu harus istirahat."
Waah, Siwon kehabisan kata kata dengan nada lembut dan perubahan wanita itu dalam seperkian detik..
"Jemian, kamu membunuh supir itu?"
Langkah ibu dan anak itu sontak terhenti kala Siwon melayangkan pertanyaan.
Jemian mengerjap, "Perlu di tanya? Sidik jari siapa yang ada disana? Aku, bukan? Apa kau tak bisa memahami itu?"
"Aku membunuh nya, kau tak suka anak mu seperti ini? Sayang sekali--"
Senyum lebar Jemian terbit, "--kau--mempunyai putra seorang kriminal sekarang, papa."
___________________________
Soobin melotot, melepas kacamata bacanya dan berlari mendekati Jisung yang berada di taman belakang mansion, "Jivan!"
Jivan berbalik, tersenyum tanpa beban pada sang kakak, "Ya?"
"Kau--astaga, apa yang kau lakukan?" Soobin segera menarik sang adik untuk berdiri.
Netra kelam nya menatap dua kelinci yang kini nyaris tak berbentuk, lantas beralih pada tangan Jivan yang berlumur darah.
"Kakak, masih ada satu kelinci lagi," ucap Jivan dengan nada merengek dan tak suka.
Soobin menarik nafas dalam, "Ayo masuk."
"Belum selesai, masih ada satu kelinci lagi, yang ini juga matanya belum di ambil--"
"Jivan! Kakak bilang ayo masuk!" seru Soobin menyela, menarik sang adik untuk masuk ke mansion.
"Kakak menyebalkan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEIRS
Novela JuvenilDunia yang tak pernah Jemian bayangkan, perlakuan yang tak pernah Jemian terima, tugas dan kewajiban yang tak pernah Jemian pikirkan. Semua itu--kini terpampang jelas di hadapannya, menyerang nya tanpa memberi celah sedikitpun.. Dan itu--hanya kare...