"Pagi, Kak Ian! Udah suka sama aku belum?" Mecca tersenyum lebar saat berhasil bersamaan dengan Vian datang ke sekolah. Mecca mengikuti langkah cowok itu berjalan di koridor kelas 10 sebelum menaiki tangga.
"Kasian ganteng-ganteng gak bisa ngomong." kata Mecca lagi tapi masih membuat Vian bungkam dan terus melanjutkan langkah.
Mecca mendengus pelan, ia bahkan sampai berjalan menghadap Vian dan membelakangi jalan. "Kak Iaannn! Jalan, yuk? Aku yang traktir deh!"
Dan berhasil membuat Vian menghentikan langkah. Laki-laki itu mendengus. "Lo punya malu gak, Ca? Inget kodrat lo sebagai cewek. Gak seharusnya lo ngejar gue begini."
Mecca terdiam sesaat, sebelum kembali bersuara. "Emang salah kalo cewek ngejar duluan? Salah kalo aku mau Kak Ian sekali lagi?"
"Gak salah. Yang salah posisinya udah beda. Gue udah gak suka sama lo." balas Vian.
Mecca menggeleng, tetapi kali ini tatapannya datar, tidak ada senyum yang menghiasi wajahnya. "Gak ada yang salah, kok sama posisi kita sekarang. Aku masih bisa berjuang buat dapetin Kak Ian lagi."
Vian menatap lekat gadis di depannya, masih berusaha sabar. "Jangan ngarepin apapun dari gue, Ca. Karena gue udah bilang kalo bukan lo yang gue mau."
"Terus siapa yang Kak Ian mau? Kak Aiza? Atau siapa? Kasih tau biar aku sadar diri." kata Mecca tak kalah ketus. Ia akan mencoba menerapkan apa kata Ruben, menarik ulur dan tidak terlalu terlihat menginginkan meskipun aslinya sedikit sulit melakukan itu.
Vian terdiam, menghela napas sebelum bicara. "Iya. Gue suka Aiza, gue pacaran sama dia."
Mecca tersenyum getir. "Ternyata bener ya. Tapi ya wajar sih, Kak Aiza cantik banget. Lucu. Pinter juga kayaknya. Lemah lembut dan gak seberisik aku. Salah banget aku sampe nyoba biar mirip dia, tapi tetep bukan aku yang Kak Ian mau."
Setelah mengatakan itu, Mecca mulai membalikan badan hendak menjauh tetapi Vian malah menahan lengannya. Mecca terdiam, tapi tidak menoleh.
"Ca," panggil Vian dengan suara melembut, tidak seketus tadi.
"Apa?" sahut Mecca tanpa menoleh. Ia berusaha menghalau air mata yang akan keluar dengan mendongakkan sedikit kepala.
"Jangan marah." Vian malah seperti sedang membujuknya, sekarang cowok itu sudah berpindah tempat kedepan Mecca.
Mecca menggeleng. "Enggak kok,"
"Mau kapan?" tanya Vian tiba-tiba, membuat Mecca mengernyit bingung.
"Apa?"
"Jalan?"
Sial, alih-alih menjadi sok jutek pipi gadis itu malah berkhianat dengan memunculkan rona merah. Dan berkata dengan malu-malu, "Kak Ian... mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Like My Ex
Teen FictionLaurora Mecca gagal move on dengan Viandra Klastara--mantan cinta monyetnya di Sekolah Menengah Pertama, dan memutuskan kembali mengejar cinta sang mantan di SMA. Menjadi cegil dalam mengejar Vian, tak mudah bagi Mecca. Ia harus menghadapi beberapa...