🏐 | 21. Salah Satu yang Kalah

25 1 0
                                    

Mecca berdesakan dengan teman-temannya didepan meja kasir, berebut memilih menu yang membuat cowok dengan celemek barista didepannya tersenyum sabar, sudah tidak aneh anak-anak gadis seusianya heboh ketika memesan menu bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mecca berdesakan dengan teman-temannya didepan meja kasir, berebut memilih menu yang membuat cowok dengan celemek barista didepannya tersenyum sabar, sudah tidak aneh anak-anak gadis seusianya heboh ketika memesan menu bersama.

Sepulang sekolah, kelas Mecca memang mangadakan acara khusus perempuan yang main ke salah satu Cafe di Braga untuk membeli minum. Biasalah anak zaman sekarang, ada sisa bekal mainnya langsung ke Cafe atau Mall.

"Silakan, mau pesan apa?" tanya si cowok barista.

"Lo mau apa? Gue mau Cappucino aja." kata seorang gadis yang sibuk melihat papan menu.

"Gue Lemon Tea aja deh," sahut yang lain.

"Eh, tapi kayaknya enakan Redvelvet." yang lain ikut menimpali.

"Gantian dong gue mau lihat menunya,"

Cowok dibalik meja kasir masih tersenyum sabar. "Satu-satu ya Kak,"

"Kak aku mau matchafrappe satu. Udah itu aja." kata seorang gadis yang membuat cowok itu mengalihakan pandangan, dan matanya bertemu dengan seorang gadis yang dulu sempat menolaknya.

"Mecca?" beonya.

Gadis itu menoleh. "Fahmi?"

"Ngapain disini, Ca?" tanya cowok itu yang langsung berbinar, entah nampaknya si cowok senang sekali melihat gadis itu kembali.

Mecca terkekeh. "Jajan lah. Lo ngapain?"

"Ini cafe Kakak gue, pulang sekolah biasanya gue ke sini." Fahmi—begitulah tadi Mecca menyebutnya—tersenyum semakin lebar. Bahagia sekali nampaknya.

"Lo kenal, Ca?" tanya Nasya penuh selidik, Mecca tahu pasti gadis itu akan melapor pada Gita dan memberitahu Vian yang tidak-tidak.

"Temen SMP." jawab Mecca jujur,

Fahmi tersenyum dan segera melayani setelah semuanya memesan, ia tidak sabar akan mengobrol dengan Mecca.

Setelah mengantarkan pesanan, Mecca terlonjak tiba-tiba Fahmi duduk, ikut bergabung dengan mereka. Dan pemandangan itu tak lepas dari tatapan Nasya yang ingin tahu.

"Gimana di Pasundan, Ca?" tanya Fahmi. Mecca tahu betul itu hanya basa-basi. Sejujurnya Mecca sedikit tak enak karena dulu pernah menolaknya. Fahmi baik, hanya saja Mecca terlalu buta pada Vian saat itu—bahkan sampai sekarang.

"Ya menyenangkan, di SMANSA gimana?" tanya balik Mecca.

"Seru juga, tapi gak ada lo sih jadi gak pake banget serunya." kekeh Fahmi yang langsung disoraki teman-teman Mecca.

"Apa sih?" Mecca menampik, ia takut temannya berpikir macam-macam walaupun sudah pasti begitu.

"Hahaha, btw lo makin cantik." kata Fahmi, Mecca berdeham dan tersenyum tipis.

"Thanks."

"Tapi sayang," kata Fahmi lagi.

Mecca mengernyit. "Sayang kenapa?"

Like My Ex  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang