Vian memasuki kelas dan menyimpan tasnya dikursi saat seseorang duduk dibangku depannya dengan tatapan sulit diartikan. "Yan, lo jadian sama Mecca?"
Vian menoleh. "Kenapa emang?"
Cewek itu menggelengkan kepala dan bersuara lirih. "Setelah yang kita lakukan kemaren-kemaren?"
Vian mengernyit, perkataan perempuan didepannya sedikit ambigu. "Kita ngelakuin apa, Ai? Gue gak ngelakuin apapun sama lo."
Aiza berdecak, bahkan Vian melihat kesedihan pada matanya. "Ngobrol berdua? Makan berdua? Lo pikir itu gak bikin gue baper apa? Lo juga panggil gue 'Ai' bukan 'Za' dan gue pikir gue spesial!"
"Ai, gue gak maksud begitu." Vian menggeleng pelan, sungguh hal kecil yang ia lakukan ia kira tak berdampak jauh pada Aiza. Karena memang sejak awal Vian hanya menganggap Aiza sebagai teman yang baik, teman berbagi cerita, berbagi makanan, dan lainnya. Tak berpikir bahwa Aiza bawa perasaan padanya.
"Deketin gue, jadian sama yang lain? Padahal lo baru kenal sama cewek itu?" kali ini suara Aiza sedikit keras dan berapi-api, sampai beberapa orang yang sudah ada dikelas menoleh pada mereka berdua.
Vian jadi tak enak. Mau tak mau ia menjelaskan. "Gue udah lama kenal Mecca, Ai. Dari SMP, dan kita pernah pacaran makanya gue gak ragu buat kembali sama dia lagi."
"Terus gimana sama gue, Yan?" lirih Aiza, yang saat itu dipandang prihatin oleh teman-teman sekelasnya.
Vian menghela napas, menatap sekeliling sebelum kembali menatap Aiza. "Ai, sori kalo gue bikin lo baper. Sejak masuk Pasundan, gue emang punya pacar dan gak deket sama siapapun. Akhir-akhir ini, gue deket sama lo karena awalnya lo yang deketin gue, kita jadi teman satu kelompok waktu itu, Ai. Lo jadi sering ngajak makan bekal lo berdua, gue iya aja karena gue pikir lo gak suka sama gue. Gue juga cuma sekali jalan sama lo karena lo maksa minta anter beli bahan buat masak bekal, gue iyain juga. Gue kira lo sukanya sama Haikal, karena lo sama dia ribut mulu, biasanya yang ribut emang ada sesuatu, semacam rasa saling suka yang ditutupi."
"Kode gue kurang jelas, Yan?" kata Aiza lagi, dan Vian menyesal karena terlalu merespon yang membuatnya jadi tak enak.
"Sori, Ai."
"Gue sakit hati." ujar Aiza terang-terangan.
Vian tersenyum masam. "Gue minta maaf. Lo cantik Ai, lo juga baik pasti dapat yang baik juga."
•••
Seusai makan di kantin bersama Fika, Mecca berniat akan kembali ke kelas dan berpas-pasan dengan Aiza di koridor. Perempuan itu menatap Mecca sulit diartikan dan tiba-tiba mendekat, mengulurkan tangannya.
"SELAMAT, YA?" katanya tiba-tiba, membuat Mecca dan Fika mengernyit bersamaan.
"Selamat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Like My Ex
Teen FictionLaurora Mecca gagal move on dengan Viandra Klastara--mantan cinta monyetnya di Sekolah Menengah Pertama, dan memutuskan kembali mengejar cinta sang mantan di SMA. Menjadi cegil dalam mengejar Vian, tak mudah bagi Mecca. Ia harus menghadapi beberapa...