🏐 | 23. Ragu

12 1 0
                                    

Mecca senang sekali hari ini, karena entah yang keberapa kalinya Vian mengajaknya untuk pulang bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mecca senang sekali hari ini, karena entah yang keberapa kalinya Vian mengajaknya untuk pulang bersama.

Membereskan tas setelah mata pelajaran terakhir selesai, Mecca melirik Fika disebelahnya yang nampak murung dan tidak ada pergerakan. "Fi..."

"Eh? Ah, kenapa Ca?" Fika terlonjak dan mengusap wajahnya.

"Kenapa?" tanya Mecca prihatin, akhir-akhir ini Fika kelihatan tidak bersemangat ke sekolah apalagi saat ekskul Voli. Padahal awalnya dia yang menggebu-gebu mengajak Mecca masuk Voli.

"Gapapa," Fika memaksakan senyum. "Lo udah selesai? Yuk pulang,"

"Pulang sendiri lagi?" tanya Mecca.

Fika mengangguk dan mulai menenteng tasnya. "Ya, seperti biasa bareng abang ojol."

"Bareng aja yuk, Kak Ian bawa mobil hari ini." tawar Mecca yang langsung membuat Fika menggelengkan kepala.

"Nggak lah, gue ganggu orang pacaran nanti. Kalo dulu sih iya kalian belum pacaran, gak enak gue." kata Fika.

Mecca menggeleng cepat, meraih lengan Fika untuk menuntunnya keluar kelas. "Gapapa, ya ampun. Kayak sama siapa aja. Yuk, yuk?"

Fika akhirnya menurut. "Y-yaudah, deh. Tapi Kak Vian gak marah kalo gue ikut?"

"Gampang, mana bisa nolak kemauan gue dia. Gue kan yang ngajak. Yuk," Mecca tersenyum dan langsung menggamit lengan Fika menuju parkiran.

Mereka sampai di parkiran saat melihat Vian yang sudah menunggu di sana, Mecca tersenyum penuh dan Vian tentu saja membalas senyumnya. Tapi ia mengernyit melihat Fika di sana. "Kenapa?" cowok itu memandang Mecca meminta penjelasan.

"Ah, Fika lagi ada masalah keluarga, Kak. Dia boleh ikut kita, ya?" usul Mecca, Fika langsung memalingkan wajah takut melihat wajah Vian yang menatapnya tajam.

"Ya." mau tak mau Vian mengiyakan, Mecca tersenyum lega sedangkan Fika merasa tak enak karena ia harus membuat Mecca kembali duduk di belakang.

"Tapi Kak—Ca, gue ... boleh duduk di depan lagi?"

Vian memutar kedua bola matanya, ia teringat Fika yang katanya mabuk perjalanan. "Minum antimo dulu lain kali kalo mau pulang bareng gue sama Mecca."

Fika meringis. "Maaf, Kak."

Mendengus, Vian segera memasuki mobil. "Buruan. Gue anterin lo dulu, abis itu nganterin Mecca bair bisa berduaan."

"O-oke, Kak." Fika segera ikut memasuki mobil dan Mecca yang kembali duduk di belakang.

"Kak Ian! Jangan kasar-kasar, Fika sampe berkaca-kaca ih! Maaf ya, Fi." Mecca segera mengusap bahu temannya itu.

Fika tersenyum tipis, matanya sudah berkaca-kaca. "Gapapa, Ca."

"Eh, kok nangis?" Mecca panik melihat Fika yang malah terisak, ia melirik Vian dengan tatapan tajam.

"Gue.."

Like My Ex  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang