Bangun tidur setelah menangis semalaman memang tidak enak, seperti yang dirasakan Mecca pagi ini. Gadis itu terduduk diatas ranjang dengan memegang kepalanya yang terasa pening.
Fakta mengejutkan kemarin masih membuatnya shock. Tak menyangka, dan merasa tak enak sekaligus sakit hati.
Setelah bilang putus pada Vian, ia segera meninggalkan rumah cowok itu dan bersembunyi agar Vian tak melihatnya sampai akhirnya menelepon Ruben dan dibawa pulang.
Tapi, Mecca harus memastikan ini pada Fika. Ia mulai turun dari kasur menuju kamar mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.
Sampai disekolah, ia melihat Fika tersenyum dibangkunya.
"Fika." panggil Mecca.
"Hai, bestie! Kusut banget muka lo, lo kenapa?" tanya Fika, mengernyit heran.
"Jujur sama gue, ada yang lo sembunyiin dari gue?" tanya Mecca berusaha menahan suaranya agar tidak bergetar.
"Apa?" tanya balik Fika.
"Lo gak mau bilang ke gue?"
"Gue gak ngerti, Ca." Fika menggelengkan kepala.
Mecca menghela napas, berusaha menahan amarahnya. "Kenapa selama ini lo sembunyiin fakta kalo lo pacaran sama Kak Ian!? Dari SMP Fi?? Gue ngerasa jadi orang bodoh banget, Fi! Gue curhat ke elo, gue bilang gagal move on ke Kak Ian di depan pacarnya langsung!? Tega lo bikin gue kayak orang tolol begini."
Fika terhenyak, ia melihat sekeliling yang sudah memperhatikan mereka berdua. Suara Fika bahkan terbata. "Caaa.. g-gue gak maksud, gue... gue belum cerita tapi gue kasian pas lo masih gagal move on dan berusaha deketin Kak Vian lagi. Gue gak nyangka aja kalo lo gak tau soal ini, Ca. Maafin gue...."
"Kenapa lo gak protes pas Kak Vian ajakin gue ke rumahnya? Dan ketemu Mamanya?" kali ini Mecca tak dapat mengontrol suara dan air matanya yang meluncur. Bukan hubungannya dengan Vian yang kandas yang membuatnya sedih, tetapi ia merasa menjadi orang paling bodoh di sana.
Fika bergeming, ia sudah mulai berkaca-kaca. Kini, terbongkar sudah. "Karena... gue u-udah bilang ke Mama kalo lo mau kerumah. Gue yang minta Mama bersikap baik ke elo, Ca. Karena gue takut lo sakit hati kalo tau yang sebanarnya."
Ingatan Fika kembali pada saat Mecca bercerita diajak Vian ke rumahnya, tanpa sepengetahuan Mecca Fika menelepon Yuli dan memberitahu semuanya.
"Mah, Fika mau ngomong."
"Kenapa sayang?"
"Nanti... Kak Vian mau ngajak cewek ke rumah. Mama tolong baik-baikin ya? Dia temen Fika yang paling baik, temen Kak Vian juga. Dia suka sama Kak Vian,"
"Kok bisa Vian mau ajak dia?"
"Karena... aku yang suruh Kak Vian buat bersiap baik ke dia. Mungkin temen aku jadi bawa perasaan, dan Kak Vian juga terbiasa Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Like My Ex
Novela JuvenilLaurora Mecca gagal move on dengan Viandra Klastara--mantan cinta monyetnya di Sekolah Menengah Pertama, dan memutuskan kembali mengejar cinta sang mantan di SMA. Menjadi cegil dalam mengejar Vian, tak mudah bagi Mecca. Ia harus menghadapi beberapa...