BAB : XVI

89 49 49
                                    

Klik bintangnya dulu teman!

READY GUYS?!

□■Happy Reading■□

•Color of Catur•
°Keputusan°

Malam ini, seorang gadis tengah dilanda kegundahan. Pikirannya berkelana mengingat kebaikan Zanayya yang telah menolongnya. Disisi lain, ada Jesslyn yang senantiasa memberikannya tekanan, bahkan mengancam nasib orang tuanya yang bekerja di rumah Jesslyn.

Disebuah rumah kayu, yang minim akan pencahayaan, dan sedikit berdebu disitulah Gia tinggal bersama sang ibu.

Ia menatap wajah damai sang ibu yang tertidur lelap disampingnya beralaskan kasur butut. "Bantu aku ibu, apa yang harus Gia lakuin?" gumam Gia sambil meneteskan air matanya.

"Kamu harus lebih berani."

"Sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain."

Suara Silla dan Zanayya bagai alarm yang terus berdering di hati Gia. Seolah memberitahunya, bahwa inilah waktunya untuk ia bangkit.

Seketika nafasnya memburu, sebuah tekad telah muncul dihatinya. "Aku harus balas kebaikan kak Zanayya." ucapnya mantap.

Keesokan harinya, Gia berniat untuk pergi kesekolah lebih awal.

"Gia, masih jam 6 ini." ucap sang ibu.

"Gia ada tes bu. Gia pergi dulu ya, Assalamu'alaikum." ucap Gia tergesa-gesa menyalimi tangan sang ibu.

"Waalaikumsalam." balas sang ibu pelan.

-SMA PANCASILA-

Gia berjalan gontai menyusuri koridor yang masih sepi, langkahnya menuju sebuah ruangan yang paling ditakuti oleh semua murid, yaitu ruang BK.

Tok tok

"Gia?" tanya bu Ana selaku guru BK.

Gia melirik persekitaran, "Boleh Gia masuk bu?" Bu Ana mengangguk.

Gia mulai menceritakan seluruh kejadian. Bu Ana menyimak dengan seksama apa yang diucapkan. Ia langsung percaya, karena Gia laporan Gia disertai bukti kuat.

Setelah perbincangan yang cukup serius, bu Ana langsung menelepon seseorang. Gia terus menghela nafas kasar sembari meremas rok abu selututnya karena gugup.

"Gia." panggil bu Ana. Gia mendongak sedikit terkejut.

Tangan bu Ana terulur mengusap lembut kepala Gia. "Ibu salut sama keberanian kamu." ungkapnya seraya tersenyum.

Gia tertunduk, "maaf, Gia ganggu waktu ibu. Sampe harus dateng sepagi ini." Bu Ana tersenyum.

"Ini udah kewajiban dan tugas ibu sebagai guru BK. Kalau ada yang seperti ini lagi, cepat kasih tau ibu oke? Jangan ada rasa takut untuk membela kebenaran, langkah kamu sudah benar. Ibu pegang dulu tabletnya sementara ya?" Gia mengangguk.

"Bu, kalo boleh tau, apa hukuman buat Gia?"

---

"Morning." sapa Silla seraya meletakkan tasnya di kursi samping Zanayya.

Zanayya mengepalkan tangan untuk melakukann tos dengan Silla. "Hmm, morning."

Silla duduk diatas meja, menyilangkan kakinya bertumpu pada kursi miliknya. Zanayya mendelik menatap Silla, menaikkan sebelah alisnya.

Color of CaturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang