Kekesalan

344 36 8
                                        

Hari ini adalah hari terakhir Raihana di Yordania, dan besok dia harus pergi untuk mengunjungi sang putra sesuai janjinya. Dengan langkah tegas dan diikuti oleh para ajudannya, Alvarez menemani Raihana untuk berbelanja di sebuah mal.

"Kita berjalan di belakang saja, biarkan mereka berdua," ucap Ilham berbisik pada ajudan Alvarez yang lain. Dengan sorot mata mengerti, mereka menganggukkan kepala.

Mereka berhenti di sebuah toko tas. Alvarez duduk di sudut ruangan yang telah disiapkan. Matanya mengikuti Raihana yang sibuk memilih-milih tas di dalam, sesekali mencoba menelaah mana yang menurutnya cocok. Ia dari dulu memang sangat jarang berbelanja, tetapi jika terkadang Raihana meminta untuk ia temani, ia pasti akan menyetujuinya.

dengan mata fokus pada koran tersedia ia mulai menikmati waktu waktu seperi ini, seperti masa lalu dimana ia selalu menemani Raihana dan menjadi pundak yang sigap akan segala keluh kesahnya.

sesaat sudut matanya memperhatikan Raihana, yang manatapnya kembali, seakan meminta persetujuan akan tas pilihannya. ia mulai memperhatikan setiap sudut tas tersebut tapi bukan ke hal itu yang di fokuskannya malah ia fokus pada wanita yang memegang tas tersebut dan menatapnya seolah meminta pendapat.

hal ini memang sejak dulu mereka lakukan jika pergi berbelanja bersama, hanya dengan tatapan dan sedikit kode saja mereka sudah mengerti satu sama lain.

dengan sekali anggukan tipis yang membuat senyum wanita itu terbit, dan membuat nya langsung menegakkan badannya, ketika melihat Raihana akan membayar hal itu membuat nya berjalan cepat sebentar saja ia sudah berada di samping Raihana.

"gung dompet saya" ucapnya dan tentu langsung di berikan oleh agung

" saya yang bayar" ucapnya menatap wanita tersebut dan memberikan kartunya pada kasir agar memproses nya dengan cepat

Ketika Alvarez dan Raihana sedang berkeliling di mall mencari hal hal lain, mereka tak sengaja bertemu dengan seorang pria yang seperti nya sangat mereka kenal. Pria itu langsung menyapa Raihana dengan senyum hangat, dan mereka mulai berbincang akrab, seolah tak ada waktu yang terlewat. Alvarez yang semula berada sedikit jauh dari Raihana karena berbicara dengan ajudannya pun tiba tiba saja sudah berada di samping Raihana Dangan mata yang menyorot tajam, dan badannya yang di tegakkan menunjukkan kepemilikan. matanya mengikuti percakapan mereka dengan tajam, meskipun ia berusaha untuk tetap tenang.

Raihana tampaknya tidak menyadari ketegangan yang muncul pada Alvarez. Ia senang bertemu teman lamanya, dan mereka berbicara dengan penuh tawa. Namun, Alvarez tahu bahwa pria itu bukan sekadar teman biasa untuk Raihana. Ia sangat mengenali pria itu, bukan hanya dari cara mereka berinteraksi, tetapi juga dari bagaimana pria itu memandang Raihana dengan tatapan yang penuh makna, yang membuat Alvarez sedikit merasa tidak nyaman.

Alvarez menahan diri, berusaha tidak menunjukkan ketidaksenangannya. Namun, ada rasa cemburu yang menggelayuti hatinya, yang semakin kuat ketika pria itu mulai mengingat kenangan lama bersama Raihana, berbicara tentang masa-masa kuliah mereka, dan hal-hal pribadi yang hanya diketahui oleh mereka berdua. Setiap kata yang terucap dari mulut pria itu membuat Alvarez merasa sedikit lebih kesal, meskipun ia tidak mengungkapkannya.

Raihana, yang tampaknya tidak menyadari perasaan Alvarez, melanjutkan percakapan itu dengan semangat. Sesekali ia tertawa ringan, namun Alvarez hanya diam, sedikit kesal. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan tak sengaja ini, dan itulah yang membuatnya merasa tidak nyaman.

ajudan nya dan Ilham pun tak berkutik melihat raut tak enak bosnya, yang seperti nya sangat mereka pahami, dengan langkah yang tubuh yang tegas mereka juga membantu Alvarez memberikan sorot mata tak suka agar membuat lawan bicara tersebut merasa tak enak.

Cinta Dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang