32

269 40 4
                                    


Selama Xiao Zhan tinggal di rumah orang tuanya, suasana di sana terasa berbeda dari rutinitas yang biasa ia jalani di apartemennya bersama Yibo.
Itu juga atas kemauan ibunya, yang masih merindukan anaknya.
Sedangkan Yibo, dirinya juga masih sambil memperbaiki hubungan nya dengan Zhan yang dilanda perang dingin, dia juga sedang mengakrabkan diri dengan mertuanya, dia ingin diterima dengan baik dikeluarga Zhan.

Sekitar seminggu ini hubungan keduanya masih belum mereda. Mereka, malah perang dingin sekarang. Tepatnya Xiaozhan yang memulainya.

Riley, teman nya yang selalu bisa diandalkan, akhir-akhir ini sering terlihat menghabiskan waktu bersama, mulai dari jalan-jalan, membantu Zhan di dapur, hingga mengobrol berbagai hal ringan atau pekerjaan. Tawa mereka sering memenuhi rumah.

Membuat Yibo merasa cemburu melihat kedekatan Xiaozhan dan Riley. Setiap kali ia melihat Xiaozhan tertawa bahagia bersama Riley, perasaan cemburu dan kesedihan semakin mendalam dalam hatinya. Ia merasa terasing dan makin merasa jauh dari istrinya sendiri. Meski berusaha keras untuk memperbaiki hubungannya dan mendapatkan restu dari mertuanya, Yibo merasa usahanya tampak sia-sia ketika melihat Xiaozhan lebih memilih menghabiskan waktu dengan Riley ketimbang bersamanya.

Kondisi seperti ini menjadi semakin nyata saat Xiaozhan merencanakan pergi bersama Riley, dia mengantar Xiao Zhan pergi ke Rumah Sakit.

Malam itu, suasana di kamar terasa sunyi. Xiaozhan berbaring dengan membelakangi, menyembunyikan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya, karena beberapa akhir ini dirinya terganggu dengan bujukan dan rayuan nya Yibo.

"Zhan," suara Yibo terdengar lembut namun sarat dengan kegelisahan, "besok biar aku saja yang mengantarmu, yah? Dari awal, aku yang menginginkan nya, aku mau menemanimu besok."

Xiaozhan tetap diam untuk beberapa saat, menghela napas panjang, lalu menjawab, "Riley sudah merencanakannya, Yibo. Aku sudah bilang padanya, dan dia juga sudah setuju untuk mengantarku. Kau tidak perlu khawatir soal itu."

Yibo menatap punggung Xiaozhan dengan rasa frustrasi yang semakin menumpuk. "Tapi, Zhan, aku ini suamimu. Aku yang seharusnya pergi denganmu."

Xiaozhan menggigit bibirnya, masih tetap memunggungi Yibo. "Aku tahu. Tapi akhir-akhir ini, aku merasa kau lebih seperti orang asing. Aku butuh seseorang yang benar-benar ada untukku, lebih baik kau menyibukkan dirimu dengan kegiatan tidak jelasmu di luar sana. Aku sudah tidak mau peduli lagi padamu."

Kata-kata Xiaozhan menusuk hati Yibo seperti pisau. Ia menelan ludah, menahan perasaan sakit yang muncul. "Aku tahu aku sudah banyak salah, Xiaozhan. Tapi tolonglah beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku mohon... izinkan aku menemanimu besok."

Xiaozhan tidak langsung menjawab. Matanya terasa berat dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia tahu Yibo berusaha, tapi hatinya masih dipenuhi dengan rasa kecewa dan tidak percaya. Akhirnya, dengan suara yang hampir tak terdengar, ia menjawab, "Aku sudah terlalu sering memberimu kesempatan, Yibo. Dan setiap kali, aku selalu berakhir kecewa. Aku lelah..."

"Aku tahu aku belum bisa membuktikan apa-apa. Tapi biarkan aku mencoba, Zhan. Setidaknya untuk besok. Aku ingin berada di sana untukmu dan bayi kita."

Xiaozhan menutup matanya, berusaha meredakan gejolak emosi yang terus membayangi pikirannya. Ia merasakan tangan Yibo yang tiba-tiba memeluknya dengan lembut. Ada kehangatan di sana.

Setelah beberapa saat, Xiaozhan akhirnya berbalik menghadap Yibo. Matanya yang penuh dengan rasa lelah menatap langsung mata Yibo yang tampak penuh dengan penyesalan.

"Kau sudah menerima bayi ini?"

Yibo mengangguk, "Ten-tentu saja, aku sudah lama mulai menerima bayi ini. Dia anakku juga. Sebentar lagi aku akan jadi ayah."

My Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang