Tiada tentang

2.4K 65 1
                                    

Nesa menggapai gagang pintu di hadapannya. Setelah mendengar hal yang tidak menyenangkan itu, ia bergegas untuk menemui Engfa. Berusaha meminta penjelasan. Setidaknya mencari tahu; kebenaran kah yang ia dengarkan tadi? Atau hanya sekedar isu yang sengaja dihembuskan untuk menutupi sesuatu atau mungkin mengalihkan sesuatu.

"Fa.."

Tapi tiada ia temui sosok itu.

Ia sudah cukup lelah. Sudah lebih dari empat pintu ruangan di rumah mewah itu dibukanya, tapi tak ia temukan juga.

"Kau sedang mencari siapa?"

Nesa berbalik.

Ia melihat Tina berdiri tidak jauh-tidak dekat dengannya. Wajahnya penuh tanya, dan cukup was-was sambil memperhatikan Nesa.

"Engfa. Apa kau melihatnya?"

Tina menurunkan kewaspadaannya. Ia tidak terlalu dekat dengan Nesa. Tapi di rumah ini, mereka cukup sering bertemu karena mereka sama-sama bekerja untuk keluarga Waraha. Meski mereka merasa tidak bekerja dengan tuan yang sama.

Nesa dulunya adalah junior Engfa semasa di universitas. Setelah lulus kuliah, ia menawarkan diri sebagai pekerja lepas di sebuah agensi manajemen yang menyediakan jasa manajemen untuk orang-orang yang memerlukannya.

Kebanyakan yang memerlukan jasa ini adalah orang-orang ternama, dari keluarga-keluarga terpandang. Para selebritas, juga siapa saja yang merasa mampu membayar mahal untuk mengurusi kehidupan mereka yang butuh pengorganisiran.
Dan kebetulan, Waraha adalah salah satu nama keluarga terpandang di Bangkok. Dan saat ini, Nesa sedang melayani generasi ketiga dari keluarga itu.

"Dia sedang berada di ruang baca."

Mendengar itu, Nesa seperti baru mendapat angin segar. Segera ia berterimakasih pada Tina sebelum ia bergegas naik ke lantai atas untuk menemui Engfa.

 "Tapi aku ingin tahu apa yang ingin kau lakukan padanya." Namun sebelum tujuannya terpenuhi. Tina ternyata belum bisa melepaskannya.

.

Nack mengigit ujung kukunya. Ia memainkan mimik wajahnya membuat dirinya seolah-olah menahan perih karena perlakuan temannya, Jinny. Jinny mendongak. Menatap wajah Nack yang memandangnya.

"Jangan berlebihan! Ini hanya luka kecil." Jinny menyelesaikan tugasnya. Setelah selesai mengoleskan sesuatu di luka Nack yang memang terbilang sangat tidak ada apa-apanya.

Luka kecil itu muncul karena tanpa sengaja, ketika sedang berlari, Nack tersandung tali sepatunya sendiri. Untung saja ia terjatuh di atas rerumputan.

Meski begitu, ia tetap menerima luka kecil di lututnya. Dan Jinny yang kebetulan melihatnya, langsung tertawa ketika tahu alasan apa yang menyebabkan bungsu Waraha itu terjatuh.

"Aku takut jika-jika ada orang yang tidak sengaja merekammu. Bukankah nantinya akan memalukan? Aku sedang memmikirkan apa isi captionnya jika memang ada." Jinny tertawa sesaat setelah ia menyelesaikan kalimatnya. Tawanya benar-benar lepas karena membayangkan kemungkinan itu.

"Coba saja!" Nack masih berusaha menahan perih di kakinya. Ada sedikit keangkuhan yang ia buat-buat untuk membalas perkataan temannya itu. "Siapa yang berani main-main dengan keluarga Waraha." Lanjutnya mengakhiri.

Jinny langsung memukul ringan kepala Nack, "Iya.. Iya.. Keluarga Waraha yang terhormat." Usilnya kemudian.

.

Nesa menjejaki lantai marmer mewah yang menghiasi rumah mewah itu. Kadang ia masih tidak percaya bagaimana bisa ia berakhir menjadi salah satu manusia terpilih yang menjadi bagian dari orang-orang paling dekat pada salah satu generasi penerus keluarga Waraha ini.

New Blue GazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang