Malam Dengannya

565 60 10
                                    

"Bagaimana dengan negosiasinya?"

Patcha sedang duduk merenung sebelum Aoom datang. Akhir-akhir ini ia memiliki banyak pekerjaan. Mengurus masalah Engfa, juga menyelesaikan masalah Nack. Ia yang mengajukan ide pada Aoom untuk menyelidiki Nack karena intuisinya cukup kuat bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada gadis itu. Dan atas ijin Aoom, ia bisa menyelamatkan Nack.

"Berhasil. Korban sudah keluar dari rumah sakit. Dan memilih untuk tutup mulut dengan apa yang terjadi." Patcha tidak bangkit atau pun berpindah dari tempatnya. Ia tetap diposisi yang sama di tempat itu.

"Jika kau merasa lelah, kau bisa istirahat." Aoom adalah gadis yang cukup peka pada keadaan disekitarnya. Mungkin Patcha memang butuh istirahat. Ia bisa merasakannya.

Patcha menggeleng malas. "Jika aku istirahat, aku akan semakin lelah." Ucapnya tak berharap apapun dari perkataannya.

"Dan aku mengucapkan terimakasih karena berkat kecurigaan dan kerja kerasmu, aku bisa menyelamatkan Nack." Aoom tersenyum tulus.

"Anggap saja itu bagian dari pekerjaanku. Aku tidak suka melihat kondisi Nack saat itu. Apalagi saat kau seperti tidak ingin memberinya kesempatan untuk memikirkan situasinya."

Aoom mendesah. Jujur saja ia tidak sempat untuk memperlakukan orang lain secara istimewa. Hidupnya saja sudah cukup melelahkan. Ia tidak mungkin bisa memikirkan semua keadaan dan situasi orang lain disekitarnya, apalagi memahami kondisi mereka.

"Kita tidak usah membahasnya lagi. Yang penting saat ini masalahnya sudah selesai." Ucapnya.

Patcha menegakkan tubuhnya. Berusaha membuat dirinya senyaman mungkin. Mungkin ia memang terlalu lelah karena pekerjaan ini menyita waktu dan tenaganya.

.

Engfa menjejaki langkahnya di sebuah gedung perkantoran dari sebuah rumah sakit. Ini juga milik keluarga Waraha. Dan sebagian dikelola oleh Tia sebagai komisarisnya. Kebetulan, Engfa ingin bertemu dengannya di sini. Sebab sudah hampir seminggu Tia tidak datang berkunjung ke tempatnya.

Meena tahu keluarga ini memiliki hampir semua bisnis di segala bidang. Rumah sakit ini, bukannya tidak pernah Meena kunjungi. Ini rumah sakit yang cukup mewah di Bangkok. Tetapi untuk gedung perkantorannya, Meena baru ini berada di sini.

"Keluargamu benar-benar luar biasa." Meena baru tahu jika gedung perkantoran rumah sakit itu terletak terpisah dari rumah sakit. Ia pikir selama ini berada di gedung yang sama.

"Aku tidak suka kau membahas keluargaku." Engfa tak menatap Meena. Ia tetap fokus pada langkahnya. Meena menutup mulutnya spontan saat ia mendengar Engfa bicara. Ia lupa jika peraturannya adalah tidak boleh membahas keluarga di depan Engfa.

Beberapa mata memandang ke arah Engfa dan Meena selama mereka melewati beberapa orang yang bekerja di sana. Sebenarnya bukan karena mereka mengenal siapa Engfa, meski Meena merasa sebaliknya. Ia berpikir jika Engfa mampu menyedot perhatian orang lain yang ada di sana karena auranya sebagai sulung Waraha akan membuatnya sangat menonjol.

Nyatanya, keluarga Waraha itu sangat jarang terekspos. Mereka seperti tersembunyi diantara orang-orang lain yang tidak mengenal mereka. Dan orang-orang juga tidak akan langsung mengenal siapa keluarga Waraha jika memang mereka tidak berkutat di dunia bisnis. Bahkan pebisnis saja tidak semuanya mengenal mereka, seperti Charlotte.

"Apa ini perasaanku saja atau orang-orang sejak tadi memandangi kita?" Meena mulai was-was seperti dijadikan buruan di dalam hutan. Matanya mengawasi, seakan mereka sangat berbeda dari orang-orang di sana.

"Jelas saja mereka memandangi kita, kita menerobos masuk tanpa tanda pengenal." Engfa mempercepat langkahnya hingga Meena merasakan tekanannya.

.

New Blue GazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang