Akibat dari tindakan Nesa. Beberapa kali Tia kena dampaknya. Bukan karena kinerja Nesa yang tidak baik atau bermasalah. Tapi karena kehadirannya yang tidak menentu. Tia merasa harus mencari solusinya. Apalagi ketika Tia tahu jika Engfa sudah mendapatkan tawaran untuk mengisi acara.
Tapi, ia tidak bisa membiarkan Nesa dan Engfa bersama. Nesa memiliki kemampuan yang baik untuk membantu manajemen Waraha. Ia tidak mungkin menyia-nyiakan kualitas diri yang ada pada Nesa. Untuk itu, Tia mencoba bicara pada Engfa hari ini. Berharap permohonannya akan sesuatu itu disetujui oleh gadis ini.
"Aku tidak masalah jika kau memakai Nudee. Tapi aku tidak butuh orang untuk membantuku. Aku sudah punya Tina." Ucapan Engfa pada Tia yang telah menjelaskan semuanya. Tia bermaksud untuk mencarikan Engfa seseorang yang bisa membantunya. Seperti Patcha yang membantu Aoom. Tia tidak mungkin membiarkan Engfa sendirian.
"Aku tidak akan membiarkanmu sendirian." Tia mengupayakan agar kalimatnya terdengar jelas untuk Engfa. Gadis itu mendekat pada Engfa. Mereka hanya berdua di ruangan itu. Setelah Engfa menyelesaikan kegiatannya memeriksa dokumen, Tia meminta ijin padanya untuk berbicara sesuatu.
Pagi ini Tia sengaja mengunjungi rumah itu, hanya untuk berbicara pada Engfa. Ada satu isu yang membuatnya harus segera berbicara serius pada Engfa. Untuk itu, ia memutuskan jika Nesa harus lebih fokus pada perusahaan dari pada Engfa.
"Aku tidak melarangmu dan bakatmu. Tapi, kau harus tahu jika keluarga ini membutuhkanmu."
Ucapan Tia, mau tidak mau membuat Engfa merasa terganggu. Ada beberapa hal yang akhir-akhir ini menjadi bahan pikirannya. Dan sikap Tia yang saat ini sedikit aneh membuatnya harus kembali memikirkan hal apa yang telah mengganggunya.
"Apa mereka menghubungimu?"
Seperti yang Tia duga. Engfa pasti sudah mengetahuinya.
"Apa kabar, Fa?"
Engfa tidak menjawab. Ia membiarkan kalimatnya tertahan. Ia paham betul kenapa perasaannya berubah menjadi tidak enak setelah menerima telpon apalagi mendengar suara orang ini.
"Aku akan kembali. Semoga kau bisa menyambutku."
"Aku hanya ingin membantu."
Engfa tahu tekanan seperti apa yang Tia rasakan kini. Apalagi sampai harus memutuskan jika Nesa harus fokus pada perusahaan. Sepertinya keadaan keluarga mereka menjadi lebih menakutkan.
"Aku tidak akan mau menangani perusahaan apapun. Kau paling tahu itu, Tia." Engfa merasa dipojokan.
"Aku tahu, Fa. Tapi kau tidak punya pilihan. Adikmu butuh bantuan. Aoom tidak akan bisa menanganinya sendirian. Ambil sedikit pekerjaannya. Bantu dia menangani beberapa masalah. Aku sudah bicara pada Ibuku untuk berusaha meyakinkanmu. Jika tidak, beliau juga tidak mampu membantu." Tia harus mengatakannya.
Anggota keluarga Waraha cukup banyak. Semua punya kuasa dan saling menyaingi satu sama lain. Jika bukan karena kekuatan dan kejeniusan Aoom untuk tetap bertahan, Engfa dan adik-adiknya mungkin sudah tersingkir. Ada bagian-bagian rumit yang sulit untuk dijelaskan. Terkadang memiliki keluarga bukan untuk saling membantu, tapi terkesan untuk saling menyingkirkan.
Itulah kenapa Engfa tidak mau terikat pada perusahaan apapun milik keluarganya. Ia tidak mau menjadi bagian dari mereka. Yang memikirkan kuasa lalu menyingkirkan anggota keluarganya. Tetapi saat mengetahui Aoom memiliki kesulitannya sendiri, apa Engfa tega membiarkannya?
"Tapi kenapa Aoom tidak mau bicara padaku?" Engfa merasa jika Aoom benar-benar tidak pernah ingin menghargainya sebagai seorang kakak. Sebagai kepala keluarga Waraha. Apa semua hal harus ia tahu dari orang lain? Oke, baik. Tia memang bukan orang lain. Tetapi, kenapa Aoom tidak mau melibatkannya dalam hal apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Blue Gaze
FanfictionCharlotte Austin tertarik pada Engfa Waraha. Orang yang hampir dibencinya karena sebuah kesalahpahaman.