Datang berkunjung

471 55 9
                                    

Ini kedua kalinya Charlotte berada di lingkungan mewah keluarga Waraha ini. Jika dibandingkan dengan lingkungan tempat ia tinggal, ini jauh lebih mengesankan. Miliknya tidak ada apa-apanya.

Charlotte dipersilakan masuk karena ijin Tina. Itu sudah menjadi prosedur di tempat ini. Jika kau tidak memiliki semacam keperluan, maka harus ada ijin dari orang tertentu agar dapat dibiarkan masuk. Dan ketika Charlotte mengatakan jika ia ingin bertemu dengan Engfa, mereka menghubungi Tina.

"Dia mungkin belum diijinkan bertemu dengan siapapun." Tina berlajan beriringan dengan Charlotte. Ia sudah mendengar sebagian cerita dari Tina. Tapi itu tidak semuanya. Dan Tina juga telah mendengar cerita bagaimana Charlotte bisa sampai di tempat ini, itu pun juga tidak semuanya.

"Aku bukan polisi." Charlotte tak menatap Tina saat berbicara. Ia terkesan dengan kemewahan isi dalam rumah ini. Segalanya terlihat menakjubkan. "Rumah ini benar-benar mengesankan." Lanjut Charlotte.

"Ya. Jika kau menikah dengannya, kau akan mendapatkannya." Tina sedikit menggoda.

Charlotte tersenyum malu.

"Kabarnya Raja sudah melegalkan pernikahan sejenis. Kau sangat beruntung." Lanjut Tina sedikit tertawa. Jika melihat tingkah Charlotte, siapapun akan dengan senang hati menggodanya. Ketika ia merasa malu, ia akan sangat menggemaskan.

"Kami tidak punya hubungan seperti itu." Charlotte  berusaha untuk menemukan ketenangan. Ia tidak mau segala tindakannya terlihat jelas.

"Aku hanya memberikan informasi."

Mereka telah berdiri di depan kamar Engfa. Charlotte menutupi kegugupannya. Semoga keputusannya untuk mengunjungi gadis ini tidak membuatnya terluka karena mungkin Engfa menolaknya. Tina mengetuk kamar ruangan yang tinggi itu. Menunggu pintunya terbuka, atau Tina yang membuka.

"Hai.." Charlotte memberi salam pada Meena yang membukakan pintu. Gadis itu tersenyum membalas salam hangat Charlotte.

"Dia sedang tidur." Meena mempersilakan Charlotte dan Tina masuk.

"Sejak tadi?" Tina mengarahkan Charlotte untuk duduk di sofa. Memperlakukannya seperti tamu agung milik majikannya.

"Kepalanya masih sakit. Setiap bangun, ia hanya minta dibawakan obat. Lalu tidur kembali."

"Sudah berapa kali dia meminum obat?" Tina khawatir.

"Sudah tiga kali. Bahkan dia menambahkan dosisnya."

"Apa dia terluka?" Charlotte terlihat khawatir.

Meena menggeleng.

Tina bangkit berdiri. Ia berjalan ke arah ranjang dimana Engfa terlelap. Ia memanggil namanya lembut sambil menyentuh lengannya.

Engfa mengerang memberi respon.

"Ada yang ingin bertemu denganmu."

Charlotte mendekati Tina. Berinisiatif menunjukan dirinya, agar Engfa tidak mencari tahu lagi siapa yang datang menemuinya.

Engfa membuka matanya.

"Selamat pagi." Tidak, ini bahkan sudah hampir sore hari. Charlotte hanya ingin menggodanya.

"Aku akan meninggalkan kalian." Setelah Engfa terbangun. Tina meminta ijin untuk pergi. Ia mengajak Meena untuk mengikutinya. Meninggalkan dua orang itu agar memiliki waktu bersama.

Charlotte menduduki sisi Engfa yang kosong. Syukurlah jika ia tidak mendapati Engfa terluka. Padahal ia sempat membayangkan jika keributan di club itu akan terlihat seperti baku hantam antara kedua pihak. Tapi, Charlotte segera panik saat menemukan ada luka kecil dibibir gadis itu.

New Blue GazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang