Charlotte masih belum bisa melupakan sensasi hangat yang tersisa di bibirnya. Ia menyentuhnya berulang kali. Dan mengingat sedahsyat apa perasaan yang ia terima di dadanya hanya karena ciuman singkat itu.
"Jadi bagaimana hasilnya?" Engfa bertanya lembut. Berharap Charlotte memikirkan jawabannya dengan matang. Namun yang Charlotte dapati adalah, kenapa perlakuan Engfa tiba-tiba menjadi lembut padanya? Atau itu hanya perasaannya saja?
Hanya ciuman singkat. Charlotte tidak bisa bilang pada Engfa jika itu tidak akan menghasilkan apapun. Tapi, bagaimana ia mengatakannya?
"Ini pengalaman pertamaku berciuman dengan seorang wanita," Charlotte menahan kalimatnya. Ia ingin menatap mata Engfa, tapi enggan. "Ada perasaan takut." Lanjutnya.
Engfa menarik tangan Charlotte untuk duduk kembali di tepi ranjang di kamar itu. Lalu memandangnya dengan penuh. Kenapa perlakuan gadis ini jadi berbeda. Charlotte sangat bisa merasakannya.
"Boleh kupeluk?" Engfa meminta ijin.
Jantung Charlotte seperti ingin melompat dari tempatnya. Ia mengangguk dan mengiyakan sampai akhirnya ia merasakan pelukan hangat ditubuhnya. Seperti membungkusnya begitu lembut dan hati-hati. Charlotte hampir tenggelam. Ia menutup matanya merasakan kenyamanan yang tidak bisa ia katakan. Rasa takut yang awalnya ia rasakan seperti menghilang entah kemana.
"Itu artinya perasaanmu salah." Engfa mengusap kepala Charlotte dan Charlotte semakin mempererat pelukannya untuk gadis itu. Ia ingin tenggelam. Perasaan yang ia miliki ini sangat aneh. Ia sangat menyukai pelukan ini. Ia ingin selamanya begini. Aroma tubuh Engfa seperti bisa merasuk ke tubuhnya. Menyatu dengan aliran darahnya.
Pernyataan dari Engfa barusan membuatnya menggeleng tidak setuju. "Tidak. Aku belum bisa memastikannya." Ia tidak ingin menyerah.
.
."Nona Austin, kau tidak mendengarkanku?" Pailiu mengetuk-ngetuk penanya di meja sengaja membuat suara agar Charlotte memperhatikannya. Charlotte jadi salah tingkah.
"Ya aku mendengarkanmu." Charlotte menutupi rasa kikuknya.
Tidak. Aku tidak mendengarkanmu, Pailiu. Apa yang kau katakan tadi? Charlotte membatin.
Tak berapa lama, Pailiu sudah mempersilakan dua orang masuk ke ruangannya. Gadis itu terkejut. Karena ia tidak tahu jika ia akan kedatangan dua orang tamu. Dan terlebih itu adalah Aoom dan siapa? Charlotte tidak mengenal seorang lagi.
"Maaf jika aku datang tanpa pemberitahuan." Aoom segera duduk saat Pailiu mempersilakannya. Charlotte tidak merasa keberatan. Sebelum mereka berbicara, ia menyuruh Pailiu untuk segera keluar agar memberi ruang pribadi bagi mereka untuk bertiga.
"Bagaimana kabarmu?" Charlotte tidak tahu harus mengatakan apa. Jika ini berhubungan dengan masalah investasi, harusnya Aoom tidak perlu sampai datang ke sini. Perjanjian mereka adalah perjanjian murni yang tidak bisa diganggu gugat oleh perubahan apapun selama masa berlangsungnya. Dan ketentuannya sudah diawasi oleh pihak paling berwenang. Jadi, apa mungkin ada keperluan lain?
"Buruk. Mana ada anggota keluarga Waraha yang punya kabar baik." Aoom menghiasi wajahnya dengan senyum getir. Charlotte merasa tidak nyaman.
"Jadi ada yang bisa kubantu?"
Jika Mee pernah berspekulasi bahwa ada dua jenis Waraha, dan Engfa adalah yang buruk. Sepertinya Charlotte tidak begitu setuju akan itu. Bukan karena ia sedang memiliki rasa untuk gadis itu. Tapi, sepertinya ia tidak perlu punya kewaspadaan yang tinggi ketika menghadapi Engfa, berbeda dengan saat ia menghadapi Aoom seperti sekarang ini. Sangat bertolak belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Blue Gaze
FanfictionCharlotte Austin tertarik pada Engfa Waraha. Orang yang hampir dibencinya karena sebuah kesalahpahaman.