Masih Berlanjut

579 52 6
                                    

Note : ijin ganti cover ya 🫰

.
.

Aoom meraih ponselnya ketika benda itu berdering lagi untuk yang kesekian kali. Ia merasa tubuhnya masih lelah. Mendapati Tia masih berada dalam dekapannya, ia jadi ingat apa yang mereka lakukan semalaman di kamar ini.

Mereka masih tak berbusana.

"Pagi.." Aoom merespon panggilan Patcha yang mungkin sudah menyadari jika ia tidak ada di rumah. Sepanjang malam mereka bercinta dan hari ini akan menjadi hari yang panjang.

"Bukankah hari ini kau ada janji?" Patcha mencoba mengingatkan jika bosnya itu lupa akan janji temu mereka pagi ini. Aoom memandang layar diponselnya. Ingin mencari tahu sudah jam berapa saat ini.

"Aku agak telat. Pertemuan hari ini dibatalkan saja." Serunya. Memandang Tia dipelukannya.

"Kau dimana? Aku tidak menemukanmu di sini."

"Aku akan kembali beberapa jam lagi. Tidak usah menungguku." Aoom menutup ponselnya. Ia tidak ingin pembicaraannya dengan Patcha mengusik putri tidurnya yang terlelap.

.
.

Patcha hampir mengutuk. Ia tidak suka waktunya terbengkalai seperti ini. Ia beralih menuju ke ruang makan, menemukan Nack yang sedang berada di sana. Mengolah sarapan yang ia buat sendiri.

"Apa yang kau lakukan?" Patcha mendekati lemari es. Membuka pintunya untuk mengambil sesuatu. Ia mengeluarkan beberapa buah dan sayuran juga susu yang berada di sana. Ternyata ia juga belum sarapan pagi ini.

Nack tidak menjawab pertanyaannya. Tapi ia memperhatikan wanita itu sedang mempersiapkan sesuatu. "Kak Aoom mana?" Tanyanya melihat rumahnya sangat sepi.

"Aku juga tidak tahu dia dimana. Mungkin malam tadi tidak pulang." Patcha memperhatikan makanan yang dibuat Nack. Sebuah roti dengan lapisan keju yang membuatnya terlihat memprihatinkan. Gadis itu membuatnya asal-asalan. Tidak terlihat berseni.

"Apa mereka tidak menyiapkan sarapan?" Patcha bertanya karena biasanya ia akan melihat orang-orang pekerja mengaturkan sarapan buat keluarga besar ini. Tapi hari ini tidak.

"Aku yang menyuruh mereka untuk tidak mempersiapkannya. Karena kak Aoom dan Kak Fa tidak ada di rumah." Nack masih mengoles-ngoles rotinya sampai akhirnya Patcha meraih dan menghentikan. Ia tidak bisa melihat cara kerja Nack yang sangat mengganggu matanya. Gadis ini, bahkan membuat roti lapis pun tidak bisa.

"Biar kubuatkan sarapanmu. Duduklah." Patcha mulai memerintah. Nack cukup patuh. Ia mengelilingi bar dan duduk di sisi berbeda dari Patcha yang sedang mempersiapkan semuanya. Patcha mencuci beberapa sayuran dan buah. Lalu mengambil dua gelas untuk di letakan di hadapan Nack. Seperti semua sudah sangat ia kuasai.

Dan Nack hanya memperhatikan.

"Si sulung tidak pulang juga?" Tanya Patcha yang selesai dengan roti lapis buatannya. Ia menyerahkannya pada Nack. Dan memenuhi susu di gelas kosong bagian Nack.

"Aku tidak melihat mereka sejak tadi."

"Itu mereka." Patcha memandang ke arah belakang Nack. Hanya ada Meena yang hadir di antara mereka berdua.

"Pagi." Sapanya dengan penampilan yang sudah rapi. Apa mungkin mereka akan pergi hari ini?

Nack memandangnya, dan membiarkan ia duduk di sebelahnya.

"Kau mau? Biar sekalian kubuatkan." Patcha menawarkan roti yang ia pegang. Meena mengangguk.

"Jam berapa kalian pulang?" Nack bertanya sambil mengunyah roti lapis buatan Patcha. Paduan rasanya berbeda dari yang biasa ia buat. Ini lebih enak.

New Blue GazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang