Tia menyusul langkah Nesa menuju ruangan Aoom. Mereka akan membicarakan sesuatu mengenai Engfa di sana.
Tia memberi tahu pada Aoom jika Engfa memintanya membantu mencari pekerjaan. Ketika Aoom tahu itu, ia meminta Nesa dan Tia langsung menghadapnya. Tidak di rumah, namun di kantornya.
"Aku dan Nesa sedang merencanakan sesuatu." Aoom membiarkan Tia dan Nesa duduk terlebih dahulu sebelum melanjutkannya.
Tia cukup senang mendengar bahwa Aoom melakukan ini untuk Engfa. Ia tidak menduga, rencana yang Aoom buat sudah sematang ini. Itu yang ia pikir setelah mendengar semua penjelasan darinya. Tia pikir Aoom sudah tidak peduli pada kakaknya.
"Aku senang kalian memikirkannya. Tapi apa kalian tahu resiko yang akan kalian hadapi jika Engfa tahu?" Tia tidak sedang menakut-nakuti. Engfa memang tidak terlalu gampang meledak-ledak seperti Aoom. Tetapi Engfa tidak akan memaafkan apapun bentuk perilaku yang mempermainkan kepercayaannya. Apalagi jika itu dari orang terdekatnya.
Perkara Engfa tidak mau bicara selama seminggu itu juga karena ia merasa Tia tidak mau mengungkap perasaannya langsung padanya dan malah memilih mengatakannya pada Tina sampai Tina menyampaikan pada Engfa.
Engfa tidak suka mengalami kejadian serupa.
"Untuk itu aku berharap banyak padamu." Aoom memandang Tia penuh penekanan. Ini tidak mungkin sebuah kebetulan semata. Engfa biasanya tidak akan meminta bantuan apapun mengenai pekerjaan pada siapapun. Karena ia tahu, segalanya akan lebih mudah untuk keluarganya. Ia mau semuanya berjalan alami. Karena kemampuannya, bukan karena pengaruh kekuasaan dari nama keluarganya.
Tapi kali ini Engfa memintanya pada Tia. Sebenarnya bagi Tia ini adalah perkara yang mudah. Tia memiliki banyak koneksi yang bisa memperkenalkan mereka pada Engfa. Tetapi, untuk saat ini keadaan berubah.
Aoom sudah memiliki sebuah peluang untuk Engfa. Ini tinggal bagaimana Tia meyakinkan Engfa bahwa Tia bertanggung jawab atas semuanya di kemudian hari. Yang artinya, kepercayaan Engfa pada Tia sangatlah dipertaruhkan di sini.
"Kau ingin menjebakku, Aoom." Tia merasa khawatir membayangkannya.
"Cepat atau lambat pihak agensi akan menghubungiku atau Engfa. Dan menyampaikan pekerjaan ini padanya. Tinggal bagaimana responmu jika Engfa bertanya." Nesa memperjelas situasinya pada Tia.
"Itu jika Engfa bertanya. Jika tidak, kau tidak perlu menjelaskannya." Sambung Aoom serius.
Sebenarnya situasinya sangat mudah dipahami, tapi agak sulit dijelaskan. Tia mengerti bagaimana maksud Nesa dan Aoom. Mereka menyediakan peluang pada Engfa di saat Engfa meminta bantuan kepadanya. Yang berarti sebenarnya Engfa sudah punya peluang meskipun ia tidak meminta padanya.
Masalahnya, peluang ini adalah hasil campur tangan Aoom dan Nesa. Jika Engfa bertanya, Tia harus punya jawaban yang tidak boleh menyangkutpautkan Nesa dan Aoom di dalamnya. Oke Tia bisa terima. Tapi jika ketahuan, habislah Tia.
"Pokoknya semua urusan ini kuserahkan padamu." Aoom mau main bersih. Nesa memainkan air mukanya tanda bahwa ia setuju dengan perkataan Aoom. Dua orang ini membuat Tia merasa tersudutkan.
"Menurutmu apa dia percaya?" Tia bertanya ragu.
"Oke. Misalnya Engfa bertanya padamu setelah agensinya mengabari bahwa dia mendapatkan tawaran pekerjaan, apa yang akan kau jawab?" Nesa mempersempit kemungkinan. Anggap saja ini telah terjadi. Engfa bertanya pada Tia, apa pekerjaan ini darinya atau tidak.
"Kau ingin aku menjawab apa?" Tanya Tia.
"Ya menurutmu ini pekerjaan darimu? Atau bagimana?" Aoom terlihat mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Blue Gaze
FanfictionCharlotte Austin tertarik pada Engfa Waraha. Orang yang hampir dibencinya karena sebuah kesalahpahaman.