Dan kemudian

414 32 2
                                    

Pa, aku tidak bisa datang menjemputmu. Tetaplah bersama kak Mee. Aku sudah menyuruhnya untuk menjagamu. Aku ada keperluan mendadak saat ini. Salam sayang, Charlotte.

Charlotte menyimpan ponselnya setelah pesan itu ia kirim ke ayahnya. Ia merasa sangat berdosa ketika ia lebih memilih untuk ikut bersama tiga gadis ini dari pada menjemput ayahnya yang menjadi tujuan utamanya datang ke gedung bergengsi tersebut.

Nesa tiba-tiba mengajak Charlotte bergabung saat Charlotte mengatakan jika ia akan pergi mencari makan. Charlotte sengaja mengatakannya. Ia memilih alasan itu karena dengan begitu akan ada kemungkinan jika mereka juga akan pergi mencari makan.

Charlotte sangat tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya bertemu dengan Engfa.

"Jadi bagaimana dengan seseorang yang ingin kau temui tadi, Char?" Nesa menoleh ke belakang memandang gadis itu seperlunya, sebelum ia kembali sibuk dengan beberapa barang bawaannya.

Dari tadi entah berapa banyak kebohongan yang sudah Charlotte katakan pada orang-orang ini. Awalnya ia mengatakan bahwa ia tidak tahu dimana letak kantornya. Ini memang tidak sepenuhnya kebohongan. Tetapi harusnya Charlotte bisa menelepon untuk mencari tahu. Atau bertanya pada pihak administrasi jika itu memang perlu.

Belum lagi pada akhirnya ia mengatakan bahwa nomor temannya tidak bisa dihubungi hingga ia akhirnya memilih untuk kembali. Setelah Nesa bertanya kemana ia akan pulang, Charlotte mengatakan bahwa ia ingin mencari tempat untuk makan. Itulah sebabnya mengapa Charlotte berada di sini.

Biasanya, Charlotte akan merasa jika suasana malam kota Bangkok tidak terlalu nyaman baginya. Ada perasaan aneh yang membuatnya merasa tidak ingin berada di jalanan Bangkok disaat-saat malam seperti ini. Mungkin karena ia mengendarai mobilnya sendiri. Karena meskipun tidak semenyenangkan yang ia inginkan, ia akan tetap melaluinya.

Tetapi kali ini agak berbeda. Ia merasa sedikit menikmati malam kota Bangkok yang ia lewati saat ini. Sama seperti ketika di malam lalu ketika ia melewati malam kota Bangkok bersama Engfa.

"Aku sudah mengirim pesan padanya. Nomornya tetap tidak bisa dihubungi." Charlotte sedikit berdusta.

"Kita mau kemana, Fa?" Tina tidak punya tujuan sejak tiga gadis ini masuk ke dalam mobil. Ia masih bingung kenapa Charlotte bersama dengan mereka. Tetapi ia tidak begitu ingin bertanya.

"Aku mau pulang."

Sontak, Nesa dan Charlotte menoleh ke gadis itu ketika ia menjawabnya sedikit malas.

"Bukannya kita mau cari makan?" Nesa memperjelas.

"Aku tidak bilang jika aku ingin makan. Kau sendiri yang memutuskan." Engfa membalas datar.

Nesa menarik napasnya. Ampun jika menghadapi Engfa ini.

Tina memperlambat laju kendaraannya. Ia tidak bisa melakukan perjalanan jika tidak punya tujuan. Lain kali jika terjadi hal seperti ini, ia tidak akan mau melaju sebelum tujuannya ditentukan.

Charlotte mulai tidak enak dengan keadaan yang ada. Jika begini, untuk apa ia duduk manis di sini?

"Ya makanya katakan sesuatu. Jika kau hanya diam, siapa yang tahu?" Nesa mulai kesal.

Charlotte merasa jika aura di dalam mobil kini membuatnya mulai tidak nyaman. Padahal tadi ia baru saja mengakui jika ada keinginan yang ia temukan sebelum dialog antara Nesa dan Engfa terjadi di depan matanya.

Tina sepenuhnya menepi dan menghentikan laju kendaraannya. Ia hanya akan menunggu sampai dua orang gadis yang berargumen ini menentukan tujuannya.

Charlotte tidak melihat jika Tina merasa terintimidasi dengan apa yang baru saja terjadi. Apa kejadian seperti ini tidak membuatnya merasa tertekan? Karena jujur saja, Charlotte merasakannya. Apalagi ia merasa jika kehadirannya tidak dibutuhkan.

New Blue GazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang