Pailiu merasa perutnya benar-benar telah penuh. Ia bersyukur Charlotte telah mengajaknya ke sini. Beberapa pelayan telah membersihkan meja mereka. Membawa semua peralatan makan yang sudah selesai mereka gunakan. Dan hanya meninggalkan minuman yang selalu menjadi favorit semua orang hang berkunjung di sana. Bagian ini memang tidak boleh dilewatkan.
Tapi, Tina selalu mengingatkan jika mereka tidak boleh kembali dalam keadaan mabuk.
Jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam. Masih banyak waktu sampai tengah malam yang bisa mereka habiskan bersama. Apalagi minuman yang tersedia masih sangat banyak.
Nesa mengisi semua gelas yang kosong. Ia tidak mau menghabiskan malam ini dengan cara yang membosankan. Berhubung Pailiu ada di sana, ia mengajak mereka bermain sebuah permainan.
"Bagaimana jika kita bermain?" Nesa memberi ide. Pikirannya saat ini seperti sedang dalam keadaan setengah sadar. Padahal ia belum banyak minum.
Pailiu tidak menyia-nyiakan kesempatan. Pekerjaannya yang banyak membuatnya jarang menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri. Dan mungkin ini adalah kesempatan baginya untuk bersenang-senang. Apalagi ada Charlotte di sana. Harusnya selama Charlotte taj keberatan, mereka bisa melakukannya bersama.
"Aku setuju!" Pailiu terlihat antusias.
Nesa memandang Pailiu dengan bangga. Seperti telah membesarkan anak yang berbakti dalam hidupnya. Lalu, ia memandang Charlotte yang sejak tadi terlihat hanya diam. Seperti menahan diri.
"Aku tidak pandai bermain." Jawabnya saat ia tahu Nesa menuntut dukungan moril darinya.
"Bagaimana denganmu, Fa?"
Nesa butuh dukungan dari orang yang lebih berpengaruh. Jika Engfa memberi suara, permainan akan ia lanjutkan. Karena Nesa tahu jika Tina akan menolak idenya.
"Ya terserah. Aku akan mengikuti alur." Jawabnya tidak menolak.
Nesa langsung menepuk tangannya keras. Seperti seorang prajurit yang baru melihat musuh menginjak ranjau rancangannya. Nesa terlihat sangat bersemangat.
Ia memeriksa gelas siapa yang kosong, lalu menuang minuman itu kembali ke dalamnya.
"Dalam permainan ini, siapa yang tidak bisa menjawab akan minum." Nesa menjelaskan peraturannya. Ia memandang semua orang satu persatu, tetap Pailiu yang terlihat sangat antusias. Nesa merasa jika Pailiu telah cocok dengannya.
"Aku tidak ikut jika harus minum." Charlotte langsung menolak. Ia tidak mau lagi berurusan dengan mabuk-mabukan.
"Jika tidak mau minum, ya kau harus menjawab." Desak Nesa memberi pilihan.
Tina memperhatikan.
"Kau tidak keberatan?" Engfa memandang Tina yang sejak tadi ribut melarang mereka minum. Tapi, sepertinya untuk saat ini entah kenapa ia malah bersikap pasrah.
"Terserah dia saja." Ucapnya malas membantah.
Nesa semakin semangat.
Tina memberikan ponselnya untuk digunakan. Tidak perlu menggunakan botol atau sesuatunya, ini jaman sudah canggih. Permainan yang mereka mainkan adalah permainan yang memencet satu tombol agar panah berputar mengelilingi nama mereka yang sudah didaftar oleh Nesa sebelumnya. Jika panah itu berhenti di salah satu nama yang ada, maka ia yang berhak memberi pertanyaan dan yang lain menjawab.
Nesa memulai lebih dulu. Ia memutar panahnya. Dan terlihat sekali Charlotte menunggu dengan was-was. Ia tidak begitu paham permainan seperti ini. Ia tidak pernah bermain seperti ini dengan pergaulannya yang lain.
Nama yang terpilih adalah, Engfa.
Charlotte menelan ludahnya.
"Beri pertanyaan yang susah, Fa! Kita harus berpesta malam ini." Seru Nesa semangat. Ia berharap Engfa memiliki pertanyaan yang ekstrim.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Blue Gaze
FanfictionCharlotte Austin tertarik pada Engfa Waraha. Orang yang hampir dibencinya karena sebuah kesalahpahaman.