Selain mengajaknya mengitari gedung perbelanjaan dan membelikan apapun yang ia inginkan, Nack juga diajak makan malam bersama kali ini. Jujur saja, Nack tidak tahu harus mengatakan apa. Engfa tidak pernah mengajaknya makan malam bersama. Ini seperti sesuatu yang hanya terjadi sekali dalam hidupnya.
Nack masih mengacau dengan tidak percaya di dalam mobil. Membuat kebisingan yang menyenangkan bagi Tina dan cukup menganggu bagi Engfa. Sedangkan Meena, ia tidak terlalu terpengaruh apapun.
"Tapi aku ingatkan sekali lagi ya kak Fa. Aku tidak berulang tahun loh hari ini." Nack kembali mengingatkan. Siapa tahu saat sampai di tempat, Engfa menyediakan rangkaian kejutan ulang tahun dengan tema putri dongeng. Nack hanya berjaga-jaga.
"Iya aku tahu. Tapi tolong diamlah." Engfa mencoba bersabar. Pikirannya masih tidak tenang dengan pengakuan Sun siang tadi. Itu sangat menganggunya. Ia tidak yakin dengan apa yang harus ia lakukan saat ini. Pikirannya sangat berantakan.
"Apa sesuatu terjadi padamu?" Tanya Nack menyadarinya.
Engfa menggeleng pelan. "Kau hanya perlu untuk tenang."
Sebenarnya sesuatu jelas telah terjadi. Dan itu sangat mengguncang Engfa. Tapi ia tidak akan bisa mengatakan itu pada Nack. Karena selama ini ia menutupi kenyataan bahwa ayah mereka masih hidup. Nack bukanlah seorang anak yang kehilangan ayahnya.
Tapi selama yang Nack tahu saat ini, ayah mereka sudah lama meninggal dunia.
Engfa tidak mengerti kenapa mereka kembali mengganggu hidupnya. Ada banyak hal yang ingin ia pertanyakan. Banyak kejadian yang harus ia hadapi. Tapi tujuan sebenarnya ia hanya ingin melindungi adiknya. Keluarganya. Dan orang-orang yang ia cintai.
"Kau harus memberitahu padaku apa yang telah terjadi, Tia." Cidera lukanya masih cukup parah. Tapi Engfa merasa perlu untuk mengetahui sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Kecelakaan hebat itu hampir membunuhnya. Dan ia ingin tahu bagaimana dengan keadaan calon suaminya.
Tia mengeratkan genggamannya pada tangan Engfa. Ia tidak terluka, tapi ia bisa merasakan rasa sakit yang sudah pasti dialami gadis ini.
"Kau harus menunggu keadaanmu membaik. Jangan terlalu pikirkan apa yang terjadi." Tia tidak ingin kesehatan Engfa memburuk. Apalagi ketika mendengar calon suaminya tidak bisa diselamatkan.
"Tia..." Engfa memohon sepenuh hati. Ia harus punya alasan untuk bertahan hidup. Tapi Tia takut mengatakan yang sebenarnya. Ia harus berunding pada Aoom. Ia tidak bisa mengambil keputusannya seorang diri.
"Tia.. aku percaya padamu. Aku mohon katakan bagaimana keadaannya." Engfa menangis dengan permohonan yang sulit untuk Tia turuti. Tapi, bagaimana bisa mereka menyembunyikan kebenarannya. Lambat laun, Engfa tetap akan tahu.
Tia meraih tubuh gadis itu dan memeluknya dengan hati-hati. Sebelum ia mengatakannya, air mata sudah membasahi pipinya. Engfa tak mampu menahan pedih hatinya. Ia tidak mau apa yang ia takutkan terjadi. Tapi ia harus menerima kenyataannya.
"Mark tidak bisa diselamatkan."
.
."Kau baik-baik saja?"
Engfa tersadar dari bayangan masa lalunya. Ia pikir bayangan itu hanya akan datang saat ia tertidur. Tapi, ternyata kali ini ia masih sangat bisa merasakannya seperti baru terjadi beberapa hari lalu. Engfa memandang tangannya. Memperhatikan bagaimana dulu tangan itu penuh dengan luka dan berlumuran darah.
"Kalian duluan saja. Aku akan menyusul. Tidak usah menungguku."
Ucapan itu membuat Tina khawatir. Tidak. Engfa tidak baik-baik saja. Ia sudah sering melihat gadis ini, dan ia tahu apa yang terjadi. Tina meraih tangan Engfa sebelum gadis itu berlalu. Membuat tontonan kecurigaan bagi Meena dan Nack yang tidak tahu apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Blue Gaze
FanfictionCharlotte Austin tertarik pada Engfa Waraha. Orang yang hampir dibencinya karena sebuah kesalahpahaman.