Keinginan

433 55 5
                                    

Jika tidak ada halangan, Charlotte ingin mencoba mengajak Engfa pergi akhir pekan ini. Ia tidak pernah melakukan tindakan semacam ini selama mereka bersama. Ia selalu ragu mengambil langkah pertama untuk menyampaikan kemauannya. Ia masih punya sedikit keraguan akan kemampuan dirinya untuk membujuk Engfa. Padahal terkadang keyakinan yang begitu besar bisa tiba-tiba muncul entah dari mana.

"Apa nanti aku bisa pulang lebih cepat?" Pailiu meletakan dokumen terakhir di meja Charlotte. Pekerjaannya ia paksa selesai lebih cepat karena ia punya janji pergi bersama seseorang.

"Jam berapa?" Charlotte memeriksa dokumen yang diberikan Pailiu. Pekerjaan yang bagus.

"Aku ada janji jam tujuh. Tapi aku ingin lebih banyak waktu untuk bersiap-siap."

"Ini masih jam tiga. Kau ingin berkencan?" Charlotte menelisik air muka Pailiu saat gadis itu terlihat bersemangat ketika mendengar pertanyaan darinya. Kenapa wanita sangat mudah ditebak jika sedang dalam keadaan kasmaran? Sama seperti dirinya.

Pailiu terlihat antusias. Ia menarik kursi untuk lebih dekat dengan Charlotte. Mungkin ia siap untuk menceritakan sesuatu pada bosnya itu.

Charlotte terkejut.

"Nack mengajakku pergi!" Mata Pailiu sangat bersinar ketika ia mengucapkan nama Nack. Gadis ini mungkin telah mendapat kesan pertama yang menyenangkan saat bertemu bungsu Waraha itu. Ia tidak bisa menyembunyikannya.

"Kalian bertemu baru sekali. Apa sudah sedekat itu?" Charlotte penasaran.

"Dia menyenangkan. Aku menyukainya."

Charlotte melihat aura menyenangkan yang terpancar dari gadis ini. Ia jadi mengingat bagaimana pertama kali ia merasa tertarik dengan Engfa. Perasaan itu sangat menyenangkan. Ia masih bisa merasakannya hingga sekarang. Tapi ia masih bisa mengendalikannya agar tidak terlalu terlihat. Tidak seperti Pailiu yang ia saksikan sekarang.

"Jadi kau tidak menyukai Engfa lagi?" Charlotte berhati-hati. Ia tidak bermaksud menghitung Pailiu sebagai saingan. Tapi, karena ia tahu Pailiu juga menyukai seorang wanita, ia merasa sedikit terancam. Sedikit saja. Tidak banyak. Tapi tetap ada perasaan waswas.

Pailiu menahan tawanya. Lucu sekali Charlotte sampai berpikir seperti itu tentangnya. "Aku tidak akan mengambil milikmu." Pailiu langsung meledek. Manis sekali melihat Charlotte cemburu padanya.

Charlotte berdehem. Ia selalu melakukan hal yang sama jika mulai terpergok.

"Jadi bagaimana dengan hubungan kalian?"

Charlotte mempersibuk dirinya. Ingin mengalihkan  pertanyaan Pailiu tapi tidak bisa. Ia hanya menunggu waktu agar ia bisa lebih dulu mengendalikan perasaannya. Sebelum menjawab pertanyaan gadis ini.

Hubungan yang bagaimana yang Pailiu maksud? Charlotte sendiri tidak tahu hubungan apa yang telah ia jalin dengan Engfa. Ia tidak punya hubungan apa-apa dengan Engfa. Bahkan Engfa belum memiliki rasa padanya. Tapi, jika memang mereka tidak punya hubungan seperti yang Pailiu harap, mengapa mereka sudah saling bercumbu satu sama lain?

Pailiu bisa melihat rona merah di pipi Charlotte. Bosnya itu tidak bisa mengelak darinya kali ini.

"Kalian benar-benar berhubungan?" Pailiu jadi bersemangat.

Charlotte membayangkan sekilas bagaimana saat ia dan Engfa berciuman. Bagaimana saat dimana mereka saling menatap. Tiba-tiba semua kilas balik yang paling menyenangkan diantara ia dan Engfa mengitari kepala dan mengisi ingatannya. Itu membuatnya sangat candu.

"Tidak. Aku dan Engfa Waraha tidak punya hubungan seperti itu. Seperti kau bayangkan." Charlotte tetap ingin menutupi perasaannya.

"Padahal aku tak menyebut namanya." Goda Pailiu sebelum ia menjauh dari bosnya yang menahan malu itu.

New Blue GazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang