Chapter 26: Kenyamanan.

169 120 134
                                    

Chapter 26: Kenyamanan.

Sudut pandang Neva.

Suara ketukan kuda yang menarik kereta kuda, akhirnya melambat. Gerbang kediaman Tuan Marquis pun terbuka lebar ketika kereta kuda yang sedang kunaiki ini memasukinya.

Seketika berhenti. Aku secara perlahan membuka pintu kereta kuda tersebut, terlihat Tuan Marquis yang sudah siap membantuku untuk turun dari kereta kuda.

Dia tersenyum kecil kepadaku, mengulurkan tangannya dengan gerakan yang lembut. Oleh karena itu, aku menerima uluran tangannya.

Ketukan sepatu hak tinggiku terdengar ketika aku mulai melangkah menuruni tangga kereta kuda. Tuan Marquis menatapku dengan tatapan yang membuatku cukup keheranan.

Neva: "Ada apa dengan tatapan mata itu? Alex?"

Aku berbalik sedikit untuk menghadap ke arahnya. Kereta kuda yang sebelumnya kunaiki akhirnya pergi perlahan memarkirkan.

Namun, Alex tak kunjung menjawab pertanyaanku. Dia justru menatapku dengan tatapan yang sebelumnya tak pernah diberikan kepadaku. Dia terlihat kesal, aku bahkan tidak tahu apa penyebabnya.

Tanpa jawaban, dia dengan sigap mengangkatku sampai kakiku tidak tersentuh lagi dengan tanah. Kami berdua membuat kontak mata.

Lengan kanannya mengintari punggungku, sedangkan lengan kiri nya berada di bawah lututku. Dia mengangkatku dari tanah dan membopongku layaknya sepasang suami istri.

Tidak sedikit pelayan di kediaman ini yang telah melihat kami dan karenanya aku merasa hal itu cukup memalukan.

Neva: "Alex? ada apa denganmu? berhenti!"

Ujarku, terlihat noda kemerahan yang mulai tergambar jelas di wajahku karena malu. Tuan Marquis kini menatapku dalam diam, tatapannya bukan tatapan lembut seperti biasa yang selalu dia berikan kepadaku.

Apakah aku telah berbuat salah kepadanya? atau? dia sama seperti yang lainnya? dia akan pergi dariku juga?

Aku terdiam kebingungan, sementara Alex menghela napas sejenak. Dia menurunkanku tepat di bangku taman bunga kediamannya, dengan begitu dia membiarkan kududuk disana.

Aku sedikit mendongak untuk saling bertatapan dengannya. Sinar matahari yang silau seakan cocok dengannya. Tatapan matanya kini tidak seperti dahulu, dia berubah. Mengapa?

Aku yang terduduk di bangku dan dia yang berdiri di hadapanku. Kami berdua terjebak dalam keheningan fana yang ambigu.

Tn. Marquis: "Mengapa?"

Dia justru balik bertanya kepadaku yang sedari tadi keheranan karena tingkahnya?

Neva: "Mengapa? maksudmu?"

Lirikan matanya seakan ber isyarat kepadaku.

Tn. Marquis: "Mengapa kau tidak menggunakan sepatu yang telah kuhadiahkan untukmu?"

Escape the Destiny || by noonaaanathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang